6. Weird Demand

763 154 65
                                    

Adhara benar-benar berhenti bekerja sebagai dokter. Tentu saja karena paksaan Angkasa. Lelaki itu bilang Adhara tidak boleh terlalu lelah agar kandungannya tetap sehat.

Orang tua Adhara dan Angkasa tentunya sangat senang mendengar kabar Adhara hamil. Mereka bahkan semakin sering berkunjung untuk sekadar menemani Adhara di rumah.

Hari ini, setelah pekerjaan rumah selesai, Adhara memutuskan untuk menonton televisi sebentar. Ia menyandarkan punggungnya di sandaran sofa lantas menyalakan tv.

"Ish, kok isinya berita selebriti semua, sih?" gumamnya kesal.

Selama beberapa kali Adhara mengganti-ganti channel televisi, namun tidak ada yang menarik perhatiannya sama sekali. Ia memutuskan mengambil ponsel di kamar kemudian mengirim pesan pada Angkasa.

Adhara. H: Angkasaaaaaaa

Beberapa menit kemudian, terdengar denting notifikasi dari ponselnya.

Angkasa. H: Kenapaaaaa

Jari-jemari Adhara mengetikkan balasan dengan cepat. Pandangannya beralih pada televisi yang masih menampilkan acara yang sama. Gadis Kartika itu mendengus pelan lantas mematikan televisi dengan raut wajah sebal.

Adhara. H: Ke kantor Galaksi, yuk?

Entah kenapa Adhara tiba-tiba ingin mengunjungi Galaksi. Rasanya seperti keinginan yang tidak boleh ditolak. Mungkin ia rindu pada kakaknya itu karena sudah cukup lama tidak bertemu.

Angkasa. H: Aku masih kerja, by

Angkasa. H: Galaksi juga pasti lagi kerja

Angkasa. H: Nanti aja, ya?

Wajah Adhara mengerut kesal. Ia mengetik balasan singkat lantas berlalu pergi ke kamarnya. Meninggalkan ponsel yang tergeletak di meja ruang tengah dengan spam chat terus bermunculan dari Angkasa.

***

"Gue minta lo berhenti, Tsa."

Ghaitsa yang awalnya sedang memainkan ponsel sontak mengangkat kepalanya. Ia tersenyum sinis pada Axel yang duduk di depannya dengan secangkir americano di tangan.

"Kenapa jadi lo yang gak suka? Emang lo siapa berhak ngelarang-larang gue?" sarkasnya.

Helaan napas samar terdengar dari mulut Axel. "Angkasa udah punya istri. Lebih baik lo jauhin dia. Kalo lo masih nekat ngejar-ngejar Angkasa, gue bakal turun tangan," jelasnya.

"Lo sebenernya di pihak siapa, sih? Angkasa atau gue?" sela Ghaitsa cepat.

"Angkasa. Gue di pihak dia."

Mata Ghaitsa berotasi malas. "Terus kenapa lo mau bantuin gue? Dan lo tiba-tiba nyuruh gue berhenti. Aneh," cibirnya.

Axel menghentikan kegiatannya mengaduk-aduk kopi. Sebenarnya ia hanya kasihan melihat Ghaitsa terus-menerus memohon bantuan kepadanya. Jika saja ia tahu tujuan utama gadis itu adalah menghancurkan hubungan Angkasa dan Adhara, lebih baik ia tidak ikut campur lebih jauh lagi.

"Gue cinta sama dia. Gue mau dia sama gue. Bukan sama Adhara," gumam Ghaitsa pelan. Tatapannya berubah menjadi terlihat sendu.

[2] Semesta | 2HyunjinWhere stories live. Discover now