11. Teras Rumah

516 113 12
                                    

"Ayo masuk, Kak."

Rumah berlantai dua dengan cat putih yang mendominasi berdiri kokoh di hadapan Adhara. Rumah besar yang ia kenal sebagai rumah Galaksi, mantan pacarnya dulu, atau sekarang dikenal sebagai saudara tirinya.

Farrel mengernyitkan kening, merasa asing dengan kontruksi rumah bergaya Eropa tersebut. Bukankah rumah Tantenya, Pelangi Seulgi Hapsari, tidak terlihat seperti ini?

Kosong.

Rumah itu besar tapi terlihat kosong di mata Farrel. Halamannya nampak asri dengan pot-pot berisi bunga krisan yang tersebar di seluruh penjuru. Ditambah dengan rumput hijau yang terpotong rapi menambah kesan 'hijau' ketika pertama kali tiba. Tapi itu semua tidak memberi efek apa-apa. Tetap tidak ada rasa hangat di sana.

"Kok, malah bengong sih, Kak?" tanya Adhara diakhiri tawa kecil.

Terdiam sejenak, Farrel membuka suara, "Ini rumah siapa?"

Adhara mengulas senyum. Ia yakin Farrel pasti bingung dengan keadaan sekarang. Sudah bertahun-tahun laki-laki yang lebih tua darinya itu pergi. Ada banyak rangkaian kejadian yang terlewatkan, rangkaian kejadian yang terlampau penting bagi Adhara.

"Rumah Mama aku, Kak," jawab gadis itu.

"Tante Pela-"

"Bukan. Ibu kandung aku, Mama Kemala."

Farrel seketika terdiam. Matanya membelalak menatap Adhara yang masih tersenyum. "Maksud kamu apa?"

"Mama Pelangi ternyata bukan Mama aku, Kak. Dan aku baru tau semuanya di hari pernikahan aku. Awalnya aku nggak percaya. Tapi setiap inget Mama selalu nyebut 'anak haram' atau apalah itu, aku ngerti." Gadis Kartika itu tersenyum getir.

Merasa ada sedikit kejanggalan pada penjelasan Adhara, Farrel mengajukan pertanyaan lagi, "Terus Tante Pelangi sama Om Langit sekarang ke mana?"

"Mereka udah gak ada," lirih Adhara.

Untuk kedua kalinya, Farrel terdiam. Beribu pertanyaan yang bahkan ia tak tahu jawabannya tiba-tiba saja memenuhi kepala. Tangan lelaki Prawira itu bergerak merengkuh pundak Adhara yang berdiri di sampingnya lantas mengelusnya pelan.

"I'm sorry," ujarnya tulus.

Helaan napas keluar dari mulut Adhara. "No, you don't need to apologize. Seharusnya aku yang minta maaf karena gak ngasih tau Kakak."

Tidak ada balasan.

Adhara menolehkan kepala, tersenyum lagi. "Ayo, masuk. Mama pasti lagi duduk di halaman belakang sambil minum teh. Kita kagetin," ajaknya.

"Emang kamu gak bilang mau ke sini?"

Cengiran lebar terbit di wajah gadis Kartika itu. "Enggak, hehe."

"Dasar bandel."

"Gapapa, dong." Adhara menjulurkan lidah, tangannya menekan kenop pintu. Tanpa rasa bersalah, Adhara menarik tangan Farrel untuk mengikutinya ke halaman belakang.

Lelaki Prawira itu menahan tangan Adhara. "Heh, kok langsung masuk aja, sih? Gak sopan!" tegurnya.

"Ih, 'kan namanya juga kejutan gimana sih, Kak," decak Adhara gemas.

[2] Semesta | 2HyunjinWhere stories live. Discover now