18. Trust Me, Okay?

443 106 9
                                    

Angkala tidak pernah tahu kenapa ia tidak bisa jatuh cinta pada orang lain selain Adhara. Padahal jika diingat-ingat, kejadian kerikil itu sudah berlalu belasan tahun lamanya.

Di tahun ketujuh Angkala tinggal di Singapura, lelaki itu bertemu Ghaitsa. Sosok gadis cantik yang menyenangkan dan ramah itu menemani Angkala selama kurang lebih sepuluh hari. Hingga akhirnya gadis Zahira itu pulang ke Indonesia.

Sebelum pesawat Ghaitsa lepas landas malam itu, Angkala sempat meminta nomor ponselnya. Ia ingin tetap berkomunikasi dengan gadis itu walaupun terpisah jarak yang cukup jauh.

Ghaitsa memang pribadi yang menyenangkan. Selama beberapa tahun mereka berhubungan melalui media sosial, Angkala tak kunjung bisa melupakan Adharanya.

Hingga suatu hari, Ghaitsa bilang ia bertemu seseorang yang sangat mirip dengannya. Angkala hanya tersenyum tipis, mengatakan bahwa orang yang ia lihat adalah kembarannya.

Lalu setelahnya, telepon dan pesan yang masuk dari Ghaitsa selalu berisi tentang Angkasa. Apakah Angkala cemburu? Sayangnya, tidak. Lelaki itu masih kukuh mempertahankan rasanya pada Adhara.

Kabar pernikahan Adhara dan Angkasa yang ia dengar dari Ghaitsa membuatnya kehilangan harapan. Hingga gadis Zahira itu memutuskan untuk menghancurkan hubungan saudara kembarnya dengan cara menyabotase mobil Adhara.

Katakanlah ia jahat, karena memang seperti itu kenyataannya. Angkala tidak pernah mau menyerahkan apa yang ia inginkan bahkan pada saudaranya sendiri.

Ghaitsa yang terobsesi dan Angkala yang ingin menang sendiri adalah perpaduan yang cukup menyeramkan.

***

Hari ini Adhara berencana untuk mengecek kandungannya ke rumah sakit. Angkasa bilang ia tidak dapat mengantar karena ada beberapa pekerjaan yang menuntut untuk diselesaikan segera. Tidak masalah, ia bisa berangkat sendiri.

Adhara baru saja selesai merapikan ruang tengah ketika bel rumah berdering. Ia meluruskan punggungnya yang kaku dan sedikit pegal karena usia kandungannya sudah mencapai tujuh bulan lantas memeriksa siapa yang bertamu di pagi hari seperti ini.

Pintu rumah terbuka. "Siap---Oh, Angkala."

Laki-laki berkemeja biru langit itu tersenyum sembari menyerahkan bungkusan yang dibawanya. "Tadi gue lewat ke tempat bubur Mang Didi. Jadi gue berinisiatif bawain buat lo."

Adhara menerimanya dengan senang hati. Aroma bubur menyeruak ke dalam indra penciumannya, membuat ia lapar seketika. "Thanks, Ka. Ayo, masuk," ajaknya.

Ruang tengah menjadi tempat Adhara dan Angkala duduk. Adhara berlalu ke dapur untuk memindahkan bubur ke dalam mangkuk lantas kembali lagi. Uap mengepul di atas mangkuk, bersamaan dengan rasa hangat yang menjalar di telapak tangan Adhara.

"Lo gak makan?" tanya Adhara sembari menyuapkan satu sendok bubur ke dalam mulutnya.

Angkala menggeleng singkat. "Udah makan di sana tadi."

Berada di posisi berdua saja dengan Adhara membuat jantung Angkala mendadak ribut. Ia menatap gadis di depannya cukup lama hingga suara gadis itu membuyarkan lamunannya.

Semua aspek yang ada di dalam diri Adhara membuatnya jatuh cinta lagi dan lagi.

"Ka, gue boleh minta tolong gak?" tanya Adhara sembari meraih gelas berisi air putih di atas meja.

Angkala mengangguk, tersenyum simpul. "Boleh, minta tolong apa?" tanyanya sembari mengamati pergerakan Adhara.

"Anterin gue ke rumah sakit, ya. Gue mau cek kandungan tapi Angkasa gak bisa nganter," jelasnya.

[2] Semesta | 2HyunjinWhere stories live. Discover now