mendung; kookv

654 91 11
                                    

rabu mendung.

jeongguk bangun karena suara gerimis di luar rumah. selimut tersingkap. lampu neon menyala di langit-langit kamar. entah sudah berapa lama dia lupa tak matikan lampu sebelum tidur.

setelah terbiasa tidur ditemani, jeongguk jadi tak nyenyak terlelap sendiri.

dia bangun dengan tengkuk yang pegal. peregangan dilakukan sekenanya. lelah mendera tubuh. dia ingin pejamkan mata lagi, namun waktu yang diteriakkan jam dinding menggeretnya keluar kamar buat mandi.

dia menyeduh dua saset kopi dan meminumnya sekaligus dalam mug besar.

hoseok telepon dia saat jeongguk sedang bersiap. "aku akan menunggumu di pengadilan," katanya. "kau tak lupa jalan, kan?"

jeongguk hanya berdeham mengiyakan. dasi biru tua di lingkaran kerah kemeja masih belum terpakai.

"ini sidang terakhir, jeongguk. kamu yakin?"

"aku hanya mengikuti keinginannya, hyung." hoseok di seberang menghela napas. jeongguk masih tetap pada pendiriannya, mengikuti apa mau taehyung. "dia ingin kami bercerai, maka aku akan mengabulkannya."

"tapi kamu dan taehyung masih bisa memperbaiki hubungan kalian, gguk."

jeongguk terkekeh. roti hambar di mulut yang dijepit bibir jatuh ke lantai.

"sudah terlambat, hyung. aku terlambat. dia sudah tak ingin hubungan kami diperbaiki."

hoseok diam, memilih menyerah. dia kembali menekankan agar jeongguk datang tepat waktu ke pengadilan.

keputusan jeongguk sudah bulat.

setelah ini, keluar dari ruang sidang, dia akan resmi berpisah dengan suami enam tahunnya.

sebelum menutup panggilan telepon, hoseok mengajukan tanya untuk terakhir kali;

"apa kau menyesal menikah dengan taehyung?"

"tidak. bagiku, itu adalah keputusan terbaik yang pernah kuambil seumur hidupku."

cecah (mixed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang