Part I

10.5K 536 26
                                    

"Tae, jangan lari lari seperti itu. Nanti kamu jatuh."

"Ini sangat menyenangkan Jiminie. Aku sudah lama tidak bermain hujan."

Di bawah guyuran hujan yang deras. Pemuda cantik berlari riang. Sepatu di kedua tangannya sudah basah kuyup. Jangan tanyakan baju yang ia kenakan.

"Kalau begitu pakai sepatunya. Kalau ada benda tajam, nanti berdarah."

Ucap Jimin setengah berteriak. Kim Taehyung sama sekali tidak menggubrisnya. Kekasih mungilnya itu terus berputar putar karena terlalu senang.

"Jiminie kemari lah. Ada siput."

Jimin mendekat. Ia masih lengkap memakai sepatu. Jika sudah asik begitu Taehyung tidak akan mendengarkannya. Bila sudah sakit saja, baru ia menyesal dan meminta maaf.

Taehyung berjalan mendekati siput. Ia tidak melihat sebuah pecahan kaca di aspal yang begitu tajam sedang menunggu di injak oleh kakinya.

"Arrghhh... Jiminie.."

Jimin yang awalnya santai segera berlari saat mendengar Taehyung memanggilnya. Benar kan apa yang di ucapkannya. Taehyung benar benar ceroboh dan sangat keras kepala.

"Tae! Coba sini aku lihat!"

Taehyung terduduk. Memperlihatkan telapak kakinya yang mengeluarkan darah.

"Sakit Jiminie... tidak bisa berdiri..."

Walau air hujan terus mengguyur, tidak bisa di pungkiri bahwa darahnya terus keluar. Bahkan serpihan kaca itu belum di cabut dari telapak kakinya.

"Tahan sebentar Tae, aku akan mencabut kacanya dulu. Kamu tahan sebentar ya. Pegang bahu aku kalau kesakitan."

Jimin dengen cepat mencabut serpihan kaca dari kaki Taehyung. Ia mengerti sebagai calon dokter, mencabut dengan perlahan akan terasa begitu sakit dibanding dengan mencabutnya dengan cepat.

Taehyung mengeluarkan ekspresi menangis. Padahal Jimin sangat tau jika Taehyung hanya berpura pura menangis. Kekasih cantiknya selalu saja bergurau walau sedang kesakitan.

Hari ini, adalah hari kelulusannya.

Kelulusan Taehyung dan Jimin di SMA dan sekaligus hari penerimaan mereka di Universitas yang mereka inginkan.

Maka dari itu, Taehyung yang senang nya luar biasa dapat diterima di Universitas Seoul tidak berhenti berlari sepanjang jalan.

Sedangkan Jimin terus berkecambuk dengan pikirannya.

"Naik ke punggung ku."

Jimin sudah berjongkok. Tapi ia melihat Taheyung menggeleng.

"Kenapa?"

"Jiminie pasti akan meledekku gemuk saat tau berat badan ku."

Jimin menghela nafas seraya tersenyum lembut. Rintik hujan tidak menutupi wajah cantik kekasihnya dan ekspresi cemberut sang kekasih yang takut Jimin ledek masalah berat badannya.

"Tidak Tae. Naiklah, aku sudah lama tidak menggendongmu."

Walau sedikit bete, Taehyung akhirnya naik. Kedua sepatunya ia taruh di perpotongan leher Jimin. Jimin tidak marah, ia tau sikap jahil malaikatnya.

"Kamu tenang saja. Saat aku sudah jadi dokter nanti, kamu tidak akan terluka seperti ini lagi."

"Kamu juga tenang saja Jiminie, saat kita sudah menikah dan mau membuat rumah. Aku akan mendesign dengan rancangan ku sendiri. Kamu pasti bangga pada ku."

Keduanya saling tersenyum.

Taehyung mengeratkan kedua tangannya pada leher Jimin. Bagaimana pun, Taehyung sangat menyayangi makhluk ciptaan Tuhan ini.

ANGLE [KookMinV] ; EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang