Part VII

2.1K 231 7
                                    

"Namaku Taehyung. Kim Taehyung. Jika ada informasi lebih tentang lowongan pekerjaan ini tolong hubungi aku ya. Ini nomor ku."

"Iya tuan."

"Terimakasih."

Taehyung berjalan di kawasan pabrik. Menanyakan pada satpam ada lowongan pekerjaan atau tidak. Dan yang tadi adalah satpam ke dua dua yang di beri nomor ponsel Taehyung.

Taehyung memang lulusan SMA untuk saat ini. Tapi nilainya cukup bagus. Masa diantara pabrik pabrik terkenal itu tidak ada yang menerima Taehyung.

Semester depan Taehyung harus mencari uang sendiri. Sekarang pun Taehyung sudah mencari cari beasiswa yang cocok untuknya. Tidak mungkin kan ia putus kuliah di semester satu.

"Huuh. Panas sekali."

Cuaca yang biasanya mendung kini cerah. Matahari begitu terik membakar tubuh Taehyung.

"Aku istirahat disini saja."

Ponsel canggih di ambil dalam saku. Jimin masih belum ada kabar. Pesan yang di kirim melalui line tidak di baca sama sekali. Taehyung sudah sms juga karena takut Jimin tidak punya kuota internet. Tapi masih tidak ada kabar.

Taehyung tetap mencoba berpikir positif. Masih menganggap Jimin sedang sibuk dengan tugas kuliahnya. Toh, Jimin sering menghilang selama dua hari lebih.

"Jiminie, aku sendirian..."

"Taehyung?"

Itu Namjoon. Sedang naik sepeda menuju kampus. Namjoon memang anak yang rajin. Padahal jarak dari tempat Taehyung ke kampus cukup jauh. Lagipula kenapa Namjoon bisa berada di kawasan pabrik seperti ini.

"Kamu sedang apa?"

Ia lekas memarkirkan sepeda dan duduk di samping Taehyung.

"Soal ayahmu. Aku turut prihatin ya. Kemarin Jungkook bilang ibumu masuk rumah sakit? Bagaimana keadaannya sekarang?"

Taehyung menggeleng. Ia bahkan belum menjenguk ibunya. Karena terakhir kali ibunya masih kritis. Kata dokter ibunya mengalami serangan jantung mendadak. Taehyung tidak tau bahwa ibunya punya riwayat jantung. Ia merasa menjadi seorang anak yang gagal.

"Aku tidak tau Namjoon hyung. Aku sedang mencari kerja. Namjoon hyung sendiri sedang apa?"

"Loh? Cari kerja? Aku baru dari kantor ayahku. Antar proposal yang ketinggalan."

"Begitu." Taehyung bangkit. Menepuk bagian bokong untuk memastikan tidak ada debu yang menempel. "Aku duluan ya hyung. Mau lanjut."

Taehyung pergi dengan senyum kotak dan tas di tangan. Namjoon jadi iba melihatnya. Taehyung bukan tipikal anak yang tegar. Sejak kecil ia mendapatkan kasih sayang dan perlindungan dari orang tua nya. Dan Namjoon juga kurang mengerti mengapa keadaan keluarga Taehyung bisa berubah secepat ini.

"Semoga kamu selalu beruntung, Taehyung."

***

"Tae?!"

Sumpah rasanya Taehyung ingin menangis. Jimin nya datang dan langsung memeluknya.

"Maaf, maafkan aku." Namun sebelum Taehyung menangis, Jimin sudah menangis duluan. Entah apa penyebabnya.

"Jiminie? Hey kamu ko menangis?"

Masih tidak melepaskan pelukannya. Jimin malah semakin erat.

Ruang rawat ibunya begitu sepi. Jangankan teman sosialita ibu Taehyung datang menjenguk. Hanya karena dikabarkan kekayaannya di dapatkan dari hasil korupsi mereka tidak datang bahkan untuk basa basi menanyakan kabar Ibu Taehyung.

ANGLE [KookMinV] ; EndWhere stories live. Discover now