Part IX

2K 216 6
                                    


"Terimakasih Pak. Besok aku bisa langsung membuat skripsi."

Pemuda manis dengan tubuh mungil itu merunduk. Meninggalkan dosen dingin yang hobinya mengkritik.

"Taehyung. Bagaimana? Di terima?"

"Hm... diterima lah. Jungkookie sudah mulai garap ya?"

"Ya begitulah. Sudah beres. Tinaggal sidang nya."

Mereka berjalan bersama. Jungkook lulus tahun ini. Ia menjadi siswa cerdas sehingga bisa melompat satu tahun. Taehyung pun sama. Setelah menjabat menjadi ketua BEM di tahun keduanya, Taehyung berhasil mendapat beasiswa full. Ditinggalkan oleh kedua orang tua nya membuat Taehyung semakin kuat.

Taehyung mulai menerima banyak proyek.  Perusahaan, perumahan, taman bermain. Ia juga kerja sambilan jadi penyanyi Cafe. Suara indahnya berhasil memukau banyak orang. Yah intinya Taehyung sudah punya banyak tabungan untuk masa depannya.

Rencananya Taehyung ingin beli apartment di sekitar tempat proyeknya. Tapi belum dapat karena waktu yang begitu padat. Belum lagi sekarang ditambah skripsi.

"Jungkookie sudah makan? Kalau belum mau bareng tidak?"

Kantin kampus begitu ramai. Taehyung bergegas memesan ramen dan menyuruh Jungkook mencari tempat duduk.

Jungkook duduk setelah bilang pada Taehyung ia mendapat tempat di dekat jendela.

Taehyung datang dengan nampan dan beberapa minuman kaleng. Jungkook yang akhir akhir ini memperhatikan keadaan Taehyung yang semakin mungil. Walau tetap manis rasanya Taehyung semakin tirus.

Kata Namjoon, Taehyung juga sering mengeluh sakit perut.

"Nah, ini untuk Jungkookie."

"Taehyung. Kalau perut mu terus bermasalah periksa ke dokter. Jangan di biarkan."

Taehyung hanya magut magut. Mulai memasukan ramen ke dalam mulutnya hingga penuh. Jungkook bawel sekali seperti Jimin. Tidak ada bedanya. Sebelas dua belas, jika menyangkut Taehyung, mulutnya menjadi dimana mana.

Jungkook melihat Taehyung yang serius dengan ramen. Jungkook juga ikut makan. Tapi pikirannya terus terbayang akan obrolan seriusnya dengan Taehyung tempo hari.

Tiga tahun yang lalu. Saat Taehyung bilang kalau Jimin adalah kekasihnya. Jungkook sempat kecewa. Ia galau bukan main. Pasalnya, hanya Taehyung yang membuatnya seakan akan jatuh berkali kali. Hanya Taehyung yang membuatnya bisa merasakan degup jantung yang teramat kencang jika di peluk seseorang.

Namun, Jungkook mencoba untuk tidak menjadi perusak kebahagiaan orang lain. Walau ia menyukai Taehyung sebagaimana pun, ia akan tetap bersyukur walau bisa sebatas teman.

Setiap satu semester Jimin mengunjungi Taehyung. Besoknya pasti Taehyung bercerita pada Jungkook. Bohong jika Jungkook tidak bersedih, tapi melihat Taehyung bercerita dengan semangat dan bahasa anehnya selalu saja membuat Jungkook ingin tertawa.

"Hey! Kookie, tidak boleh bengong. Ayo makan. Lagi pikirin aku ya."

-Ya. Andai saja Jungkook bisa jawab dengan jujur.

"Kamu ada kelas lagi tidak Kookie? Kalau ada cepat habiskan ramennya. Terus cepetan ke kelas , nanti telat di marahin Pak Kim."

Bagaimana Jungkook bisa membuang rasanya, walau tau kenyataan pahit Taehyung? Taehyung selalu menunjukkan sikap peduli yang sangat detil pada Jungkook. Menyuruhnya berhenti begadang. Membantu mengerjakan tugas. Mengatur pola makan. Dan masih banyak hal yang Taehyung pedulikan soal Jungkook.

Semakin hari rasa sayangnya semakin besar untuk Taehyung.

"Aku daritadi ngomong loh, Jungkookie."

ANGLE [KookMinV] ; EndWhere stories live. Discover now