Part VI

2.4K 229 2
                                    

Sore itu, Taehyung sangat menyesal. Ia dengan bodohnya memeluk Jungkook dengan waktu yang terbilang cukup lama. Hati nya kini di selimuti rasa bersalah.

Bagaimana jika Jimin tau? Taehyung tidak mau ada kesalahpahaman. Ia harus memberitahu Jimin sebelum ia tau dari orang lain.

Tapi, bagaimana jika Jimin marah? Arghh Taehyung bingung sekaligus takut.

Ponselnya bergetar. Menunjukan nama kontak sang kekasih.

"Ya, Jiminie?"

Taehyung mengapit ponsel antara bahu dan telinganya. Ia sedang melipat asal cucian yang di cuci Jimin tempo hari.

"Iya aku belum makan. Nanti minum obat. Ibu sudah memberi uang bulanan."

Taehyung berjalan ke kamar mandi. Melihat stok sabun mandi vanilla yang sudah sedikit. Jimin sedang bertanya apa yang kurang di kosannya.

"Mungkin aku akan ke Supermarket nanti malam. Beli stok bulanan."

Terdengar sedikit decakan dari Jimin. Sudah tahu Jimin tidak suka jika Taehyung pergi malam sendirian. Kan gawat.

"Yasudah kalau begitu nanti siang saja deh."

Jimin berbicara panjang lebar. Taehyung hanya mengiyakan. Masalahnya ia juga harus mengerjakan tugas bangunannya dari Dosen tua itu.

"Iya Jiminie, aku juga menyayangimu."

Ponsel di lempar begitu saja ke atas kasur. Taehyung bertekat pagi ini ia harus merapihkan semuanya. Kata Jimin tidak boleh jorok. Tidak boleh ada banyak sampah yang berserakan.

Kekasihnya yang calon dokter itu sangat menjaga kesehatan tempat Taehyung. Ia tidak mau Taehyungnya sakit hanya kerena tempatnya yang kotor.

"Huuh?"

Taehyung lupa mengembalikan jaket yang di pakainya. Saking malunya bahkan Taehyung lupa mengucapkan terima kasih saat itu.

Sekarang baru pukul sembilan pagi. Cukup lah wakti untuk mencuci dan mengeringkan jaket Jungkook. Mungkin nanti ia akan mampir sebentar ke Caffe tempat Jungkook bekerja.

Dengan cepat Taehyung menyelesaikan pekerjaannya. Kosan dua petak sudah bersih dan rapih. Jaket Jungkook pun sudah ia setrika dan di beri parfume vanilla milik Taehyung.

Taehyung berencana pergi ke Caffe. Tapi apa tidak apa apa?

Dengan sedikit bimbang, ia merapihkan pakaian. Memakai sweter tipis hadiah ulang tahunnya dari Jimin. Apa salah nya cuman mampir dan mengucap terimakasih pada seorang teman.

Setelah mengunci pintu, Taehyung bergegas melangkah. Caffe tempat Jungkook bekerja tidak terlalu jauh. Ada di belokan dekat dengan supermarket tempatnya di beri susu tempo hari.

"Taehyung? Kau mampir? Duduklah."

Caffe Ovillet tidak begitu ramai, hanya beberapa pengunjung yang ada di sana. Taehyung melihat Jungkook menarik kursi, mempersilahkan ia duduk.

"Mau apa? Biar aku yang bayar deh."

"Eh? Tidak perlu Jungkookie. Aku hanya ingin sarapan saja. Dan mengembalikan jaket kamu."

Jaket itu disodorkan. Jungkook mengambil seraya tersenyum. Taehyung merasakan getaran pada saku celana nya. Ternyata ponselnya berdering tanda ada yang menelpon.

Ia memberi isyarat pada Jungkook untuk izin mengangkat telpon dulu.

Nomor Jung Hoseok tertera. Tumben sekali tetangganya itu menelpon.

"Halo?"

Jungkook masih memeperhatikan setiap ekspresi yang Taehyung tunjukan. Wajah itu begitu manis. Entah sejak kapan Jungkook begitu senang melihat wajah Taehyung yang selalu damai.

ANGLE [KookMinV] ; EndWhere stories live. Discover now