Part XI

1.9K 224 8
                                    

Jungkook tertawa sendiri. Melihat hadiah sederhana yang amat membuatnya merasa menjadi orang paling bahagia di dunia. Apalagi tau jika ini merupakan rajutan tangan Taehyung. Jungkook pikir, jika ini sudah kotor sekotor apapaun ia tidak akan membuat bahan kimia seperti sabun menyentuhnya.

Jungkook juga mengingat kejadian malam tadi. Dimana ia mencium pipi Taehyung.

"Maafkan aku Taehyung. Aku lepas kendali. Tapi sepertinya aku harus meminta maaf langsung."

Jungkook mengambil kunci mobil. Kini ia tidak tinggal di Kosan lagi. Berbeda dengan Taehyung yang masih betah ngekos, Jungkook sudah pindah ke Apartement yang lebih luas. Hasil jerih payah sendiri.

Tidak ada setengah jam. Jungkook sudah berada di depan pintu kosan Taehyung dengan seplastik makanan ringan yang ia beli di supermarket depan gang. Sebelum mengetuk, ia sibuk merangkai kata maaf, dan bagaimana caranya menghindari rasa canggung.

Setelah siap, Jungkook mengetuk pintu. Lumayan lama, sekitar lima belas menit si hiperaktif Taehyung belum membukakan pintu.

"Pintunya tidak dikunci. Aku masuk."

Jungkook langsung menghampiri tubuh mungil Taehyung yang tergeletak dengan panik. Taehyung masih sadar, tapi tidak ada respon ketika Jungkook menepuk pipinya pelan.

"Taehyung?! Taehyung?!"

"S-sakit... akh sakit s-sekali."

Taehyung menekan bagian perutnya. Jungkook segera menggendong Taehyung. Membawanya masuk kedalam mobil.

"Sabar Taehyung. Aku akan membawamu ke rumah sakit."

Jungkook secepat mungkin membawa mobil ke rumah sakit paling dekat. Taehyung masih mengerang kesakitan. Bahkan sekarang sudah menangis. Jungkook tak tega melihatnya.

***

Jimin dan Yoongi sedang mengobrol soal pekerjaan di sebuah taman. Jimin merasa Yoongi orang yang asik dan dapat di percaya.

Sosok Yoongi sangat berbeda dengan Taehyung. Yoongi mandiri dan tidak banyak mengeluh soal sesuatu. Anak rantau yang hidup berdasarkan tekad. Tidak seperti Taehyung yang bergantung dengan orang tua dulu. Kuliah jauh saja tidak berani karena takut. Jimin akui Yoongi pemuda yang pemberani dan mengesankan. Ia kuliah di Busan karena itu Universitas yang ia sukai. Kata Yoongi, ia juga sempat bertengkar hebat dengan sang ayah karena ingin kuliah jauh dari Seoul.

Mereka sekarang sudah memesan makanan dan minuman. Sudah habis satu jam yang lau, dan berakhir dengan obrolan obrolan ringan masalah kampus.

Tiba tiba ponsel Yoongi bergetar. Panggilan darurat dari rumah sakit. Katanya ada pasien yang datang dengan sakit parah.

"Aku ikut ya Yoongi hyung. Biar sekalian bantu."

Yoongi mengangguk, dengan cepat masuk kedalam mobil dan menuju rumah sakit. Ia tidak mengemudi, Jimin bersikeras ingin mengemukan mobil, katanya agar selamat sampai tujuan. Aneh, tapi lebih anehnya lagi Yoongi menyukainya.

***

"Tenang Taehyung, tahan sebentar!"

Taehyung bergerak gelisah diatas banker. Jungkook yang melihat itu sangat merasa bodoh. Ia tidak bisa melakukan apapun saat ini. Para suster masih mendong banker Taehyung menuju ruangan untuk di periksa lebih lanjut.

Tapi tebakan Jungkook, ini bukan magh. Tidak mungkin Taehyung sampai meringis seperti sakitnya luar biasa.

Tak lama, Jungkook melihat seseorang yang ia kenal. Jimin.

"Jimin?"

"Loh?" Jimin sudah lengkap dengan setelan dokter. Disampingnya ada Min Yoongi yang dingin menatap Jungkook.

ANGLE [KookMinV] ; EndWhere stories live. Discover now