34

730 58 10
                                    


Sebulan kemudian.

Hari ini setelah sholat isya, Jimin oppa baru datang dari kantor. Ya,mulai seminggu yang lalu dia bekerja dikantor milik teman papa. Sembari memasak air untuk Jimin oppa,aku berniat untuk memanaskan kembali masakan tadi untuknya. Ah tapi kenapa mencium bau -bau bumbu masakan ini membuatku mual sekali.

"Sayang..." panggil Jimin padaku dan aku menghiraukannya karena rasa mual ini semakin menjadi-jadi.

"Kamu terlihat pucat Wa,kamu sakit...?" aku menghiraukan pertanyaan Jimin dan segera berlari kearah wastafel. Rasa mual menguasai diriku dan aku memuntahkan sesuatu yang rasanya pahit ditenggorokanku. Setelah mendengar suara kompor dimatikan, aku merasa Jimin mengelus-elus punggungku. Aku rasa,aku sudah memuntahkan semua,aku segera berkumur dan berpegangan pada Jimin oppa.

" Kau tidak papa kan Wa..?" aku hanya diam rasanya badanku sangat lemas bahkan hanya untuk menjawab pertanyaan Jimin oppa saja terasa sulit.

"Sepertinya kita harus ke dokter." ucapnya.

"Gak usah oppa,sepertinya aku hanya masuk angin." ucapku lemas.

"Tidak,kita harus memastikannya." Aku tahu apa yang ada dipikirannya. Tapi aku tidak siap jika semuanya nanti tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Jimin oppa tetap keukeuh mengajakku ke dokter. Mama juga ikut menemani kami.
,

,

,

Mama membantuku untuk bangun dari tempat pemeriksaan. Aku segera menghampiri Jimin dan duduk disebelahnya. Sementara mama masih menggengam tanganku yang gugup. Aku yakin disebelah Jimin oppa juga merasakan hal yang sama. Aku tidak tega jika hasilnya tidak sesuai dengan yang ia harapkan. Sungguh aku akan sangat sedih jika itu benar-benar terjadi.

Dokter tersebut mencatat hasil pemeriksaan. Beliau menatapku dan Jimin oppa bergantian. Sungguh itu membuatku semakin gugup.

"Selamat anda akan menjadi seorang ayah. Usia kandungan bu Halwa sudah sekitar tiga minggu."

Alhamdulillah. Rasanya aku sangat bersyukur mendengar ini semua.

"Alhamdulillah aku akan menjadi seorang ayah." seketika aku menoleh ke arah Jimin. Sungguh aku melihatnya sangat bahagia.

"Selamat ya sayang." ucap mama menepu pundak kami berdua.

" Iya ma." tak terasa aku menitihkan airmata haru. Mama dan Jimin oppa tersenyum kearahku. Sungguh aku sangat senang. Terimakasih Allah.

***
Sesampai dari rumahsakit aku disambut Arfan dan papa. Arfan segera berhambur kepelukkanku.

"Bunda kenapa..? Bunda sakit..?" tanya Arfan khawatir padaku.

"Enggak sayang bunda cuma kecapekkan." ucapku tersenyum kearahnya.

"Arfan, papa punya kabar gembira buat Arfan."

"Kabar apa pa..?"

"Arfan sebentar lagi jadi kakak."

"Yea..asyik Arfan mau punya adik. Nanti adiknya cewek aja ya pa."

"Kalau cewek atau cowok papa sama bunda belum tahu sayang. Itu semua tergantung Allah yang memberikan. Arfan berdoa saja supaya Arfan punya adik cewek. Oke."

"Iya pa siyap. Arfan juga akan jagain calon dedeknya bang Arfan." ucap Arfan sembari tersenyum girang. Aku fikir dia akan marah karena akan punya adik. Ternyata tidak.

"Bunda sama calon dedek mau istirahat dulu ya."

"Iya bunda. Selamat malam." ucap Arfan seraya menciumku dan Jimin oppa.

Syahadat Cinta Untuk Halwa(Faith,Love,and Destiny)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang