Mausoleum

23.8K 1.3K 64
                                    

Mausoleum Chapter Satu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mausoleum Chapter Satu.

Pria dengan pakaian serba hitam itu mengibaskan pedangnya yang sudah berlumuran darah. Berdiri angkuh di tengah tumpukan mayat yang bersimbah darah. Pekerjaannya selesai sudah, ia tak pernah merasakan sensai apapun dengan pembunuhan sebanyak seratus tiga orang tersebut. Baginya nyawa sebanyak itu tidak berarti apa-apa, saat dirinya yang haus darah dan telah melewati sekian banyak kematian tidak pernah merasa terpuaskan. Memasukkan pedangnya yang berkilat di terpa cahaya bulan ke dalam sarung katana disamping tubuhnya. Ia melenggang pergi, bertepatan dengan berhembusnya angin malam yang menerbangkan dedaunan tengah hutan, tubuhnya menghilang seolah ditiup angin.

===

Sasuke Uchiha, dijam yang menunjukkan pukul setengah Sembilan pagi hari, masih duduk bersantai di dalam rumah mewahnya yang tak akan pernah terusik kebisingan kota. Ia bersandar pada kursi santainya, memejamkan mata sambil melipat tangan di bawah dada menikmati musik klasik yang melantun lembut. Adante F major, musik  klasik itu selalu menjadi favoritnya. Meskipun sudah berpuluh tahun sejak pertama kali ia mendengar lagu tersebut.

“Tidak ada pekerjaan?” tanya Naruto Uzumaki, rekan satu timnya yang terbiasa bekerja dalam ‘bayangan’, membawakan secangkir kopi hangat lalu meletakkan diatas nakas samping Sasuke duduk. Sasuke hanya bergumam sebagai jawaban, tak ingin membuka matanya ataupun mengakhiri aktifitas tenang yang ia jalani saat ini.

Naruto mengambil tempat duduk tepat di hadapan Sasuke, memperhatikan gerak-gerik pria itu yang sepertinya dalam mode mood bagus.

“Ku dengar CEO dari Haruno Company sedang mencari seseorang untuk melindungi adik semata wayangnya. Kau tahu, nyawa mereka seperti berlian yang selalu di incar setiap saatnya.”

“Tak tertarik.” Pungkas Sasuke cepat, tak membiarkan Naruto melanjutkan kalimatnya. Pria Uzumaki itu hanya menghela napas kecil. Beranjak pergi, hendak ke tempat Kirigaya Kazuto, berlatih pedang. Well, hanya dialah satu-satunya lawan duel Naruto yang mampu menyaingi pedang miliknya selain pedang milik Sasuke.

“Omong-omong ...” Naruto membatalkan niat awalnya untuk pergi, kembali menghadap kearah Sasuke. “Kenapa tidak dicoba saja dulu? Aku tahu uangmu sudah banyak dan kau tak memerlukan sebuah gaji yang besar atas pekerjaan mu. Namun kudengar, para pembunuh yang mengejar kakak adik Haruno itu memang komplotan yang bisa dikatakan memiliki kemampuan yang gila. Siapa tahu bisa memberikanmu hiburan? Apakah kau tidak lelah berdiam di rumah sepanjang hari?”

Lagu yang berputar tadi pun habis, membuat Sasuke membuka matanya dan menatap Naruto, sepertinya ia sedikit tertarik.

Naruto menepuk pelan bahu Sasuke, kemudian berucap sambil terus berjalan menuju gudang belakang, hendak mengambil peralatan berpedang yang biasa ia gunakan. “Pergilah ke kantor Haruno Company sekarang, sebelum kau melewatkan sesuatu yang kau sukai.”

Sasuke hanya mendengus kecil, mata tajamnya menelisik seisi rumah yang memang tampak sepi dan ia sudah bosan melakukan hal tersebut setiap satu jam sekali.

Mausoleum [✔]Where stories live. Discover now