Mausoleum Chapter Dua puluh enam: Disappointed

4.8K 566 51
                                    


Sakura memasuki area perkarangan rumah belakangnya yang dipenuhi pepohonan dan membentuk hutan kecil. Sebuah bangunan semi permanen berdiri dengan kokoh ditengah-tengah rerimbunan pohon. Sakura menurunkan bahunya yang sejak tadi menegang akibat menahan amarah, sebelum menghembuskan napas kasar seraya meraih gagang pintu.

Namun gerakan tangannya tertahan oleh sesuatu yang mengganjal dihatinya. Membuatnya berdiri kaku menatapi pintu kayu yang mulai menua dimakan masa, dia mengepalkan tangan erat. Meredam kembali perasaan amarah, emosi, dan segala bentuk perasaan negatif lainnya yang mulai merundungi hati kecilnya.

Ayo lakukan sebelum Sasori pulang, atau kakaknya akan lebih menggila saat tahu ada yang berniat buruk mencelakai dirinya. Ucap Sakura meyakinkan diri sendiri.

Namun sugestinya tak cukup ampuh. Tangannya bergetar kecil, mencengkeram udara kosong kian erat. Satu tepukan lembut dibahu Sakura membuatnya terasadar dari lamunan. Sebuah tangan besar dan hangat menggenggam tangannya yang terkepal, membuat perasaan buruk yang bergelayut dalam hati Sakura sirna seketika.

Digantikan rasa tenang dan perasaan aman.

Sasuke memandangnya seolah-olah berkata, ‘kau baik-baik saja?’ . Sakura hanya tersenyum tipis yang terkesan dipaksakan. Dia meraih genggaman tangan Sasuke pada kepalan tangannya, lalu jari keduanya saling bertaut, menggenggam erat satu sama lain. Memberikan kata semangat pada hati kecil Sakura yang mulai merasa lebih baik.

Sakura mengangguk yakin, melepaskan genggaman tangan Sasuke lalu meraih gagang pintu dengan rasa percaya diri. Ada empat orang yang berada dalam ruangan pengap itu, dua anataranya adalah tahanan Sasuke dan dua lainnya bertugas menjaga mereka. Sasuke mengisaratkan agar mereka keluar,  yang langsung dipatuhi tanpa protes.

Cahaya nakal yang masuk melewati ventilasi yang dibuat seadanya, menjadi pencahayaan satu-satunya yang mampu membuat matahari terlihat bersinar diluaran sana. Tidak ada jendela. Hanya ada satu lampu neon ditengah-tengan ruangan, membuat penerangan yang tidak cukup membantu saat malam hari. Udara terasa pengap didalam sini, membuat siapapun tidak ingin berdiri berlama-lama didalamnya. Ditambah bau darah kering yang menusuk penciuman membuat ruang eksekusi itu memiliki aura yang berat dan menyeramkan.

Sakura maju melangkah dengan anggunnya ke arah Yahiko. Menatap beberapa saat pria itu sesaat, sebelum menamparnya keras hingga Yahiko memejamkan matanya erat.

Satu kali, dua kali, tiga kali. Bahkan sampai tamparan yang keempat dan kelima pun Sakura masih belum bisa merasa puas melampiaskan rasa kesalnya. Dia terengah, tangan kirinya terkepal erat. Dengan satu tarikan kuat dan bertenaga Sakura membuka lakban yang menutup mulut Yahiko. Pria itu hanya mendesis kasar, perlakuan Sakura sudah cukup membuatnya habis kesabaran.

“Merasa puas?” tanya Yahiko dengan kekehan meremehkan. Membuat Sakura kian naik darah. Namun dengan baik dia mengendalikannya. Sakura menyeringai sebelum menampar pipi Yahiko-lagi. Hingga membuat sudut bibir Yahiko sobek dan mengeluarkan darah.

Sasuke dibalik punggung Sakura hanya diam memperhatikan.

“Belum,” jawab Sakura tak kalah tajamnya. Matanya berkilat penuh amarah, mencengkram kasar dagu Yahiko, membuat kuku-kuku tajam Sakura menancap pada kulitnya dan membuat kulit Yahiko terluka. Meneteskan darah dan jatuh mengotori keramik yang sudah menghitam

“Sebelum aku bisa membunuhmu, bajingan. Sebuah penghinaan karena kau dan akal dangkal mu itu menjebakku dengan obat sialan itu. Asal kau tahu, aku tak akan jatuh pada pelukan pria berengsek seperti mu, Yahiko Pain.”

Yahiko tertawa terbahak-bahak mendengar umpatan kasar Sakura yang jelas tertuju padanya. “Jangan bersikap naif, gadis manis. Kau juga menginginkannya. Bukankah kau berkata kau penggemar beratku? Harusnya kau juga tahu tabiat burukku. Aku juga butuh ‘hal-hal’ yang membuatku bisa bersemangat bekerja.”

Sakura menggeram menahan emosi, dia menepis dagu Yahiko secara kasar. Membuat Yahiko menoleh, namun pria itu tak menghilangkan seringaian dibibirnya. “Aku benar, bukan?”

“Aku tak pernah mengatakannya,” bentak Sakura tak terima.

“Oh, benarkah? Lalu kenapa seorang Haruno Sakura yang tak pernah menerima pekerjaan yang mengekpos tubuh seksinya, mendadak berubah pikiran ketika mendengar kalau rekan kerjamu adalah aku?” Yahiko kian main-main dalam kalimat yang dia gunakan. Berusaha memancing seluruh emosi Sakura. “Apakah itu bukan berarti kau juga ‘mengundangku’ secara tidak langsung?”

Sakura melirik Akira yang terkekeh dibalik tubuh Yahiko. Tubuhnya yang berubah sepucat mayat itu terhuyung dikursi yang Akira duduki. “Tentu saja, itu juga pekerjaanku.” Jawab Akira tanpa berusaha menyangkal, saat tatapan Sakura seolah mengisaratkan penuh tanya kearahnya.

Yahiko ikut tertawa, menertawakan kebodohan Sakura yang tidak tahu menahu apapun. “Asal kau tahu, dia juga yang menyarankan agar aku menjebak mu. Aku tak tahu alasan tepatnya, namun, kurasa dia adalah musuh mu yang sesungguhnya.”

Sakura menatap nanar dua orang yang dulu sungguh berarti baginya, berubah menjadi orang-orang yang menginginkan kehancurannya. Matanya berkaca-kaca, namun sebisa mungkin Sakura tak ingin menangis untuk dua orang berengsek yang mempermainkan hidupnya.

Sakura menghela napas berat. “Kenapa?” Suara Sakura hampir bergetar, namun raut datar wajahnya berhasil menutupi luka hatinya yang mulai menganga.

Yahiko mengangkat kedua bahunya acuh, tangannya yang perih terikat rantai besi tak terlalu dia pedulikan. Dia ingin menyakiti Sakura, sebelum dia kehilangan nyawa. Setidaknya dia tak akan mati oleh rasa kesal yang bertimbun, karena dipermainkan oleh Sakura, Akira, dan orang-orang yang dia libatkan.

“Setidaknya aku bisa menikmati tubuhmu saat proses pemotretan, Sakura.” aku Yahiko dengan seringaian lebar. “Itu foto yang sangat menakjubkan apa bila dicetak. Oh dan juga, aku berniat memajangnya di kamarku. Seharusnya kau bersyukur untuk itu.”

Ocehan Yahiko tak hanya mengundang percik api amarah dihati Sakura, namun dihati Sasuke juga.  Hatinya bergemuruh hebat saat mendengar kalimat kurang ajar Yahiko. Tanpa aba-aba, Sasuke menarik rantai yang mengikat tangan Yahiko. Yahiko berteriak kesakitan, kakinya tak berpijak lagi pada lantai. Melainkan benar-benar digantung.  Sasuke menarik bola besi yang terletak disudut ruangan, mengikatkannya pada kaki Yahiko.  Pria itu hanya mampu memberontak kecil.  Namun tak terlalu Sasuke pedulikan. Hingga  akhrnya bola besi itu membuat beban tubuhnya bertambah berkali-kali lipat. Tangan Yahiko serasa hendak putus hanya untuk menahan beban tubuhnya.

“Argh!” teriak Yahiko penuh kesakitan. Wajahnya sembab akibat air mata menahan sakit. Sasuke menatap datar, mendengar teriakan pilu Yahiko sama sekali tak membuat hatinya tergugah untuk melepaskan Yahiko barang sejenak saja.

Bahkan niat membunuhnya menjadi berkalikali lipat dari yang sebelumnya.

“Lain kali,” Sasuke sedikit menengadah, menikmati raut kesakitan yang terpatri jelas diwajah Yahiko. “Perhatikan kalimat yang kau gunakan, Tuan. Sungguh, perkataan mu membuatku ingin memotong-motong tubuh mu hingga tak bersisa.”

Sakura memejamkan mata. Jangan sampai phobianya kambuh sekarang dan membuatnya terlihat lemah didepan dua musuhnya. Dia menenangkan diri, berusaha untuk tidak terlalu membayangkan kematian yang mungkin saja akan menjeput Yahiko dan Akira sebentar lagi.

“Kenapa?” tanya Sakura sekali lagi. Kali ini berdiri tepat dihadapan tubuh Akira yang terkulai lemas. Rambutnya acak-acakan, kepalanya menengadah sejenak untuk melihat wajah Sakura. lalu terkekeh pelan.

“Agar kau tahu, kalau seluruh pria didunia ini berengsek. Dan saat kau terpuruk oleh Yahiko, aku berniat akan menjadi penopang mu dan membuat mu tak pernah bisa lepas dariku. Kau harus selamanya bergantung padaku, Sakura. Tidak pada Yahiko, Sasori, ataupun,” Akira menjeda sejenak, manik matanya bergulir menatap Sasuke. “Si iblis Sasuke. Dia bukan manusia, kau tak boleh bergantung pada mereka semua. Dan harus padaku, Sakura.”

Sakura menelan ludahnya. Napasnya berubah sesak hanya selang dua detik dari kalimat yang Akira lontarkan. “Lantas, jika Sasuke adalah iblis. Apakah kau pikir, dirimu juga lebih baik dari sesosok iblis?”

Akira tertawa hambar, kepalanya kembali terkulai lemas. “Setidaknya iblis ini mencintaimu dengan tulus, bukan? Bahkan aku sudah melakukan banyak hal untuk mu. Agar kau dan aku tak terpisahkan. Awalnya, hanya orangtua mu yang menjadi ancaman, aku membunuhnya. Itu hal mudah,” ujar Akira dengan suara parau namun menggebu-gebu dan penuh semangat.

Mendengar ungkapan Akira sontak membuat Sakura membelalakkan mata,” A-a—apa kau bilang?” Sakura gemetaran. Kalimatnya tergugu.
“Memangnya Mebuki dan Kizashi punya hak apa melarangku jatuh cinta padamu? Kenapa mereka harus menjauhkan mu dariku, sedangkan aku hanya ingin berada disisi mu? Aku masih ingat saat itu, kau yang berumur lima belas tahun menangis tersedu melihat kedua orang tua mu mati tertembak. Menangis dipelukanku yang waktu itu hanyalah orang asing yang pura-pura peduli padamu. Ah, tidak-tidak! Aku sungguh peduli padamu, kalau tidak aku tak akan membunuh mereka berdua, bukan? Astaga,itu masa-masa yang indah. Awal umur Sembilan belas tahunku yang begitu penuh kenangan.”

Sakura menggigiti bibirnya menahan isakan. Wajahnya banjir air mata, tangannya terkepal erat. Jadi selama ini ... dia bersama dengan pembunuh kedua orang tuanya? “Kau gila,” desis Sakura penuh dendam disela isak tangisnya.

“Aku gila juga karena mu,” Akira terkekeh sinis. “Lalu, Sasori. Ah, dia tak tahu apa-apa. bahkan dia tak tahu jika orang-orang yang selama ini mengejar nyawanya adalah orang suruhanku. Aku takut dia akan jadi penghalang berikutnya. Namun karena dia tak kunjung mengetahui sesuatu apapun, maka kulepaskan saja dia. Aku menginginkan kematiannya bukan untuk memiliki perusahaannya, namun untuk memilikimu.”

Hening sejenak. Teriakan Yahiko yang sedari tadi mengisi ruangan eksekusi mendadak terhenti ketika pria itu sudah kehilangan kesadaran. Sasuke tak menurunkan rantainya, membiarkan pria itu tergantung dilangit-langit ruangan hingga ajal menjemputnya.

Namun jikalau pria itu tak kunjung mati, maka Sasuke yang akan menjadi malaikat pencabut nyawa Yahiko hari ini.

Sakura tetap terdiam dalam tangisnya.

“Lalu Sasuke muncul. Dari awal aku tahu kalau kau akan jatuh hati padanya. Tapi, tentu saja aku tak akan membiarkan mu dan Sasuke bersama. Mau taruh dimana perasaanku?” Akira tertawa hambar. Kepalanya benar-benar diujung kewarasannya. Dia tak bisa lagi menahan seluruh rahasia busuk yang dia tutup rapat selama ini dari Sakura. “Namun perasaan Sasuke itu seperti anak kecil yang disuruh memilih antara dua pilihan, memilih mainan atau cokelat. Dia bingung, dan aku memanfaatkan kebingungannya untuk pura-pura jatuh cinta padanya. Agar dia menjauh darimu, Sakura.”

Sasuke menolehkan kepala, jangan sampai dia membunuh gadis gila itu sekarang sebelum semuanya terpaparkan pada Sakura. dia berdecih sebal, bagaimana bisa dia sempat-sempatnya menjadi bodoh seperti yang Akira sebutkan?

“Namun semuanya kacau balau!” Tiba-tiba Akira berteriak histeris. Matanya menatap nyalang pada Sasuke. “Iblis itu melakukan sesuatu padaku hingga membuatku menunjukkan segala rahasia yang kusembunyikan darimu. Dia membaca pikiranku, mengaturku seperti boneka-entah bagaimana caranya-hingga tubuhku pun mengkhianati diriku. Dia iblis, bahkan dia sanggup membunuh orang-orangku dalam satu kedipan mata. Dia iblis, Sakura! kau dengar aku?!” Teriak Akira semakin menggila. Sasuke hanya bergeming, menatap Akira tanpa minat. Kakinya melangkah ke arah Sakura, menuntun tubuh mungil yang kehabisan tenaga itu untuk mundur. Menajuhi Akira yang sudah kehilangan kewarasannya.

“Kau tak bisa membenciku, Sakura! Kau harusnya membenci Sasuke! Bukan aku!”

“Kau harus pergi dari sini. biar aku yang mengurus mereka.” Bisik Sasuke sambil membawa Sakura kepelukannya. Gadis itu menangis penuh rasa kecewa. Sakura merasa dikhianati oleh seluruh dunia. Bahkan orang terdekat Sakura pun berbalik meninggalkannya. Apakah Sasori akan melakukan hal yang sama pada Sakura? apakah Sasuke juga akan~

“Jangan pernah tinggalkan aku, Sasuke.” Isak tangis Sakura pecah saat wajahnya terbenam didekapan hangat milik Sasuke. “jangan tinggalkan aku seperti Akira dan Yahiko yang meninggalkan ku. Aku hanya punya kau dan Sasori. Jika kalian pergi dariku juga, apa lagi gunanya aku hidup?” tangis Sakura penuh dengan frustasi.

Sasuke menepuki punggung Sakura menenangkan. Dia mengangguk berulang kali tanpa bisa Sakura lihat. “Tidak akan pernah,” jawab Sasuke pendek. Hatinya ikut merasa sesak mendengar tangisan pilu Sakura.

Sasuke mengurai pelukan mereka, mengusap wajah sembab Sakura dan mengecup singkat pipinya. “Bisa kau tinggalkan aku disini? Aku tak ingin mengundang phobia mu disaat aku merasa tak bisa menahan diri untuk tidak memperlakukan mereka seperti binatang.” Aku Sasuke jujur. Dirinya sudah diselimuti nafsu membunuh. Bahkan Sasuke yakin, dirinya akan bersikap sebagai pembunuh psikopat hari ini.

Sakura mengangguk patuh. Meninggalkan rumah eksekusi dengan teriakan nyaring Akira yang terdengar dari kejauhan. Disusul dengan suara-suara teriakanYahiko dan Akira yang saling bersahutan.  Tangis Sakura kembali pecah, antara kesal dan juga kecewa akibat segala hal yang kini berbalik menghancurkan hidupnya. Dia menekuri jalanan setapak, membiarkan matanya berkabut akibat air mata yang membendung dipelupuk. Rumput liar dan ilalang yang tumbuh subur bergoyang pelan ditiup angin. Hingga akhirnya, kepala Sakura berdenyut nyeri dan kesadarannya direnggut saat itu juga.

Tubuhnya terjatuh diatas jalan setapak yang lengang.

Mausoleum-Bersambung.

Say Goodbye para pelakor. Akhirnya Yahiko-Akira berhasil disingkirkan secara sekaligus. Terima kasih atas kerja keras kalian yang selama ini membuat pembaca gregetan. Tinggal Sasusaku yang berart: konflik sudah dekat!

Oh ya, kemarin ada yang komentar kalau Afrodit, ibunya Sasuke a.k.a Eyre Rodevil itu adalah Mikoto Uchiha. Ka Cuma mau menegaskan, kalau ini ceritanya nggak sepenuhnya ngambil karakter Masashi, jadi setengahnya memang karakter buatan Ka sendiri. Jadi disini ibu Sasuke bukan Mikoto, melainkan si Afrodit. Dan ayahnya adalah Ares, bukan Fugaku. Dan kakaknya yang Deimos, bukan berarti Itachi. Tapi benar-benar si Deimos.

Sebenarnya Ka dari lama mau berhenti dari fanfiction, namun mengingat kalian semua masih menunggu tulisan Ka yang masih berlabelkan ‘ff Sasusaku’, maka inilah hasilnya. Jadi mohon pengertiannya ya, teman-teman. Ka pelan-pelan mau lepas dari dunia ff, dan ciptakan karakter Ka sendiri. Jadi Sasuke dan Sakura ini Cuma namanya aja yang dipinjam, dan karakternya Ka ubah.

Banyak yang minta Mausoleum Season 2, kalau menurut Ka, bisa aja sih dibikin. Tapi nanti ceritanya bukan antara Sasuke-Sakura lagi. alias Eyre-Haori. Sebab, mereka berdualah sosok sebelum Sasuke-Sakura yang sekarang. Ntar ujungnya nggak fanfiction lagi, tapi malah fiksi bergenre fantasi.

Apa kalian mau baca kalau bukan Sasusaku lagi?

Atau cukup sampai ending Mausoleum ini aja?

Komentar disini kalau kalian setuju sama pemikiran Ka.

Sekian, salam hangat dari Okanarsa yang kepingin makan mie rebus lagi-padahal udah makan mie rebus tadi.

Purple with love for you all.
Sabtu, 15 Juni 2019.

Mausoleum [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang