Mausoleum Chapter Dua puluh Sembilan: Who Are You?

4.2K 524 45
                                    

Sehari sebelumnya ...

Sakura menyentuh jepit rambut dengan tiga bunga sakura yang tadi Sasuke pasangkan diatas telinganya. Berpikir beberapa saat, ada beberapa hal yang akhir-akhir ini terus menerus menghampirinya dalam mimpi.

Sebuah mimpi buruk ... yang benar-benar mengerikan.

“Kak,” panggil Sakura pelan, suaranya yang serak masih mampu menarik perhatian Sasori yang sudah hampir sepuluh menit hanya terdiam disamping Sakura dengan sebuah gadget ditangan.

“Hm?” respon Sasori singkat, dia menaruh gadgetnya, lalu mengalihkan atensi untuk Sakura.

“Ini jadwalku ke psikiater, aku tak ingin ditemani oleh Sasuke. Kau mau menemaniku kesana?”

Sasori tampak berkedip beberapa kali, sejenak dia seperti tercenung akan sesuatu. Kemudian dia mengulas senyum simpul, bergumam pelan sambil menganggukkan kepala. “Tentu saja.”

****

“Jadi, Nona Haruno. Sudah berapa lama kedua orang tua anda meninggal?”

“Sudah satu tahun yang lalu,” jawab Sakura mantap tanpa berpikir dua kali. Dia tak akan pernah melupakan kejadian nahas itu. Hanya saja, setiap mengenangnya, Sakura tak bisa mengabaikan bagaimana sesuatu yang tajam serasa mengiris ulu hatinya hingga terasa begitu perih.

Pria paruh baya bernama Asuma itu melemparkan pandangan simpati pada Sasori yang duduk disampingnya. Wajah sang sulung Haruno tampak mendung mendengar jawaban Sakura. Sasori mengusap wajahnya gusar, namun tak berkomentar apapun.

“Kapan kejadian itu terjadi?” tanya Asuma lagi. Dia mencatat beberapa poin penting didalam rekam medis milik Sakura.

Sakura adalah pasiennya yang paling lama ia rawat. Hampir sekitar tiga tahun perawatan tanpa ada kemajuan.  Banyak psikiater yang sudah Sakura dan Sasori datangi, namun semuanya mengangkat tangan pasrah karena tak mampu melanjutkan pengobatan. Entah bagaimana, kasus Sakura yang satu ini bisa dikatakan cukup unik, namun diwaktu yang bersamaan, begitu sulit dipecahkan dan nyaris mendekati jalan buntu.

Biasanya, pengidap suatu phobia pasti memiliki alasan tersendiri hingga membuatnya takut. Seperti adanya trauma pada masalalu atau pemikiran yang telah tertanam didalam kepala. Namun Sakura berbeda, sebanyak apa pun Asuma melemparkan pertanyaan seputar apa sekiranya penyebab phobia Sakura, gadis itu selalu tak tahu jawabannya. Hingga Asuma pun hanya bisa melakukan semua terapi yang bisa ia coba, tanpa tahu penangan bagaimana yang lebih tepat untuk Sakura.

Jika bisa Asuma berkata jujur, Sakura Haruno nyaris mustahil bisa sembuh dari phobianya. Namun Asuma tak bisa mengatakannya, karena dia tak ingin mematahkan semangat Sakura yang ingin terbebas dari rasa takutnya.

Ditambah dengan kasus yang satu ini...

“Saat umurku lima belas tahun,” jawab Sakura dingin, wajahnya menatap kosong kedepan dengan binar mata yang tak bercahaya.

Asuma menghela napas panjang, lalu mencatat kembali direkam medis Sakura. “Seperti yang anda lihat, Tuan Haruno. Nona Sakura belum memiliki kemajuan yang berarti.”

Membuat Asuma kian merasa iba pada Sakura.

Sakura mengerutkan dahinya. Apa ada yang salah dari jawabannya? Atau pertanyaan yang lebih tepatnya, apakah ada masalah lain dalam dirinya selain phobia yang menyebalkan itu?

Mausoleum [✔]Where stories live. Discover now