Mausoleum Chapter Delapan : Sleep On Your Shoulder?

6.2K 720 15
                                    

__________________________________________________________
Ka baik kalo sama yang suka vote, apalagi yang ninggalin komen. Ka doa’in bisa ketemu plus berjodoh sama bias kalian. Tapi kalo kalian Cuma numpang baca tanpa ngevote sekalipun, Ka suka doa’in bias kalian Cuma bakalan numpang lewat dikehidupan kalian tanpa ngasih perhatian dan pergi tanpa ninggalin jejak :”) kayak kalian yang datang namun pergi tanpa pamit. Ngomong apaan, sih? Ngebacot?!

Dah ah, happy reading. Abaikan manusia diatas yang lagi mode devil!
__________________________________________________________

Sasori melangkah gagah dengan jas terpasang rapih membalut tubuhnya, cuaca sedang hangat-hangatnya saat ia berjalan dilorong-lorong gedung perusahaan Haruno Company, sesekali tersenyum tipis ketika karyawan yang berpapasan dengan sang atasan menya...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sasori melangkah gagah dengan jas terpasang rapih membalut tubuhnya, cuaca sedang hangat-hangatnya saat ia berjalan dilorong-lorong gedung perusahaan Haruno Company, sesekali tersenyum tipis ketika karyawan yang berpapasan dengan sang atasan menyapanya dengan ramah. Tak lupa dengan beberapa bawahannya yang mengikuti dari belakang, terutama sang asisten yang senantiasa membacakan jadwalnya pagi ini sambil terus menyamakan langkah dengan langkah Sasori.

“Ya, itulah jadwal mu hari ini. Untung hanya ada dua meeting, satu makan siang bersama para petinggi perusahaan dan setelahnya jadwal mu benar-benar kosong.” Pria disamping Sasori menaikkan kacamata yang bertengger manis dihidung mancungnya, mata biru itu berkilat saat cahaya matahari menyapa netranya.

Sasori mengangguk sekilas. Kini mereka sedang di dalam lift, menanti sampai benda kotak itu berhenti di lantai dasar. Pria yang menjabat sebagai asisten personal Sasori itu kembali berkutat dengan iPad ditangan kanannya, mengecek data-data apa saja yang masih perlu ia urus.

“Ah, Sasori...” Asisten Sasori kembali mengangkat kepalanya dari semula terfokus pada iPad, kini beralih menatap Sasori. Sasori hanya mengangkat sebelah alisnya sedikit sebagai respon.

“Bagaimana pekerja yang ku tawarkan pada mu waktu itu? Bukan kah dia sangat professional?  Tapi sayang, dia terlihat dibuat jengkel oleh adik kesayangan mu.” Pria itu terkekeh, ia melangkahkan kakinya saat pintu lift terbuka, beriringan bersama sang CEO yang mengarah ke parkiran tempat mobilnya berada.

“Sasuke bekerja dengan sangat baik,” Sasori berdiri di samping mobilnya, menunggu orangnya untuk membukakan pintu, kemudian masuk ke bangku penumpang disusul oleh pria yang menjadi asistennya tersebut. “Kenapa kau bisa kenal orang seperti itu,” Sasori menajamkan matanya, menilai pria ceria sepertinya mendadak menjadi pria penuh misteri baginya, “ Naruto?”

Naruto tersenyum manis, membuat kedua pipi berwarna tan itu terangkat sedikit membentuk lengkungan pada kedua matanya yang menyipit. “Tentu saja aku kenal Sasuke. Dia temanku, sama halnya dengan mu.”

***

Sakura membanting pintu mobilnya dengan bersemangat, membuat debaman nyaring. Dia bersandar pada kursi samping kemudi sambil mendesah lelah, dia baru sadar kalau semalaman suntuk dia tak dapat tidur sama sekali. Pekerjaannya banyak yang terbengkalai, tapi apa pedulinya? Kesehatan Akira lebih penting untuk saat ini.

Mausoleum [✔]Where stories live. Discover now