Mausoleum Chapter enam: Arti menjalani hidup.

7.5K 766 22
                                    

Seperti yang diinginkan oleh sang nona, Sasuke menuruti permintaan Sakura dan langsung menuju dapur setelah meninggalkan kamar Sakura, menyiapkan sarapan dengan cekatan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seperti yang diinginkan oleh sang nona, Sasuke menuruti permintaan Sakura dan langsung menuju dapur setelah meninggalkan kamar Sakura, menyiapkan sarapan dengan cekatan. Selang sejam kemudian, Sakura turun dari kamarnya dan menduduki meja makan mewah, namun salahnya, hanya ada dirinya dan beberapa maid dan pelayan pribadinya yang diam dan berberdiri kaku untuk menemani Sakura makan. Sasori pasti sudah pergi pagi-pagi sekali, karena kakaknya sudah mengatakan pada Sakura jauh-jauh hari, bahwa Sasori akan jarang berada di rumah akibat tuntutan pekerjaan.

Sebenarnya, Sakura kesepian jika tak ada Sasori di rumah, namun ia juga tak bisa menahan sang kakak untuk tetap di rumah sepanjang hari, bagaimana pun, ada banyak tanggung jawab yang harus Sasori jalankan. Jika tidak, akan ada banyak orang yang menjadi pengangguran, atau bahkan tidak dapat makan jika seandainya Sasori menjalani perusahaan peninggalan sang ayah dengan main-main.

Sakura mengusap ujung bibirnya, makan paginya ia lalui dengan hening seperti hari-hari dimana ia baru kehilangan orang tuanya. Namun sekarang, Sakura sudah bisa membiasakan diri dengan kesepian yang ada.

Sakura beranjak pergi dari dapur, diikuti oleh Sasuke yang masih diam tak bersuara. Saat Sakura berjalan ke halaman samping rumah yang menjadi tempat di mana garasinya berada, ia berhenti di salah satu depan mobil mewahnya yang berwarna hitam mengkilap, Sasuke ikut berhenti dibelakang Sakura.

Tujuh detik berselang, Sasuke masih betah dengan posisi awalnya. Membuat Sakura mengernyitkan dahi dan menoleh kea rah Sasuke untuk menatap pria itu.

"Kau tak membukakan pintunya untukku?" ketus Sakura.

"Apakah kau tak punya tangan untuk membukanya?" Sasuke balas pertanyaan Sakura dengan perkataan yang terdengar menohok, Sakura mendengus. Ini masih pagi, dan Sasuke sudah membuat mood-nya buruk.

"Bajingan sialan."

"Terima kasih, ucapan anda membuatku tersanjung."

Mendengarnya sontak membuat Sakura naik darah, tak mau memperpanjang masalah, akhirnya Sakura membuka pintu mobilnya sendiri dan duduk dengan menghempaskan bokongnya dengan kasar disamping bangku kemudi.

Sasuke tersenyum dalam hati, meskipun wajahnya tak menampilkan ekspresi yang berarti. Ia memutar badan, dan duduk dibelakang kemudi, siap untuk menyetir.

"Pagi ini mau kemana?" tanya Sasuke sekilas, memutar kunci dan menghidupkan mesin. Menarik persneling saat Sakura menjawab dengan nada setengah menahan dendam.

"Ke tempat photoshoot." Jawabnya asal-asalan tanpa berniat memberi tahu alamat detail dimana letak lokasi photoshoot tersebut.

Sakura memandang lurus ke depan, berharap dengan tidak memberitahu seperti ini. Kesalahan menuju tempat lokasi, bisa ia jadikan alasan untuk menghukum Sasuke sekali lagi. Dan Sakura berjanji akan melakukannya lebih sadis, agar lidah pria itu tak lagi berkata seolah-olah ia memiliki derajat yang sama dengan dirinya.

Mausoleum [✔]Where stories live. Discover now