Mausoleum Chapter Tiga Puluh Delapan: This Is Our War Zone

3.5K 373 10
                                    

Kaki Sakura berubah selemas jeli. Dia tak sanggup bergerak. Apalagi melarikan diri. Semuanya jelas sudah, apalagi yang lebih menyakitkan dari pada melihat langsung orang yang kau cintai berniat hendak membunuhmu dengan sebilah pedang yang tajam?

Sakura mengabaikan rasa sakit yang menjalar diseluruh tubuhnya yang tadi terhempas ke lantai. Hatinya lebih sakit. Kepalanya tertunduk dalam dengan air mata yang berlinangan, tangannya tercengkram erat diatas lantai semen yang kasar.

Sakura ingin mati saja. Seperti ... reinkarnasi Haori Aozora. Seperti masa lalu yang mengharuskannya terbenam dalam kelam seperti sekarang.

Bukankah sudah kukatan, jika kau tak membunuhnya. Maka kau dan aku yang akan dibunuhnya.

Sakura jatuh dalam alam bawah sadarnya yang kelam. Sudah sebulan Sakura tak mendengar suara lembut namun kejam itu tak tertangkap kesadarannya. Dia mengedarkan pandangan, semuanya tetap sama. Kelam, hampda, dan ruang kosong yang tak berujung.

“Aku tak peduli lagi.” Jawab Sakura frustasi. Suaranya parau dan serak. Tubuhnya kehilangan semangat.

Gadis itu tertawa terbahak-bahak. Sesosok dari kegelapan berlahan muncul, menampakkan siluet seorang gadis dengan rambut panjang menjuntai hingga hampir menyentuh lantai. Sakura terdiam, memandangi si gadis yang semakin mendekatkan jarak dengannya.

Jadi ...”

Sakura membelalakkan mata saat gadis itu sudah menampakkan diri sepenuhnya. Jadi dialah selama ini yang menggerogoti jiwa Sakura dari dalam?

“Mau kau bertukar tempat denganku sebentar?” gadis itu tersenyum iblis, dia menurunkan tubuhnya agar sejajar dengan Sakura yang terduduk. Gadis berhelaikan merah muda itu hanya mampu membeku, tak tahu harus melakukan apa lagi. Gadis dihadapannya mengulur tangan, menutup kedua mata Sakura hingga kesadarannya hampir direnggut oleh kegelapan.

“Selamat tertidur, Sakura Haruno. Biar aku yang menyelesaikan semuanya.”

“Ha ... ori?”

Dan semuanya menggelap dalam sekejap.

(***)
Sasuke hendak melayangkan pedangnya jika saja gelak tawa Sakura terdengar nyaring menyapa indra pendengarannya. Sasuke menoleh, menatap punggung kecil yang kini tengah terduduk tak berdaya dilantai. Angin berhembus kian garang, menerbangkan apa saja yang dilaluinya.

Lalu tawa Sakura mereda, kepalan tangannya mengerat. Sasuke mengeraskan rahang saat dia merasakan aura aneh dari Sakura. mata elangnya tak lepas menatap setiap pergerakan Sakura. Gerak-gerik itu ... tak mungkin Sasuke salah terka.

“Sialan,” Sasuke mengumpat pelan. Dia terlambat selangkah. Lengkap sudah kesulitan yang akan dia hadapi dari detik ini. Kakinya hendak melangkah mendekati tubuh Sakura, namun Kirito mencegatnya saat sang pendekar pedang hitam menangkap hal ganjil dari gelagat Sakura.

“Matanya ...” Kirito memicingkan mata, meyakinkan diri bahwa dirinya tidak salah lihat. “Berwarna biru? Bagaimana bisa?”

Sasuke mendelik tajam pada Kirito. Tangannya menepis kasar tangan pemuda yang tengah bertengger dibahunya. “Sudah kukatakan, ini bukan urusanmu. Ini tak semudah yang kau kira, Pendekar Pedang Hitam.”

Sakura bangun dari keterdiamannya. Awalnya tubuhnya terhuyung saat mencoba berdiri dengan kedua lutut yang terluka. Namun tak berselang lama, Sakura bisa menyeimbanginya.

Sakura memutar tubuhnya, menatap Sasuke yang terlihat tak tampak terlalu terkejut lagi dengan kedatangannya. Rambut yang semula berwarna merah muda berlahan memudar, tergantikan dengan helai abu-abu kelam yang memanjang hingga menjuntai menutupi punggung.

Mausoleum [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang