Mausoleum Chapter Sepuluh: We Talking.

5.3K 742 9
                                    

Apakah sulit menekan tombol vote?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah sulit menekan tombol vote?

Oke, bagi yang udah vote terima kasih banyak. Kalian adalah semangat Ka untuk menulis pada tengah malam ini. (manusia yang kebiasaan tidur nggak lebih dari jam Sembilan malam)

Happy reading.

(***)

Argh!

Sakura terbangun dari tidurnya dengan napas tersengal, wajahnya banjir keringat. Dia menarik napas dengan kasar saat mengusap wajahnya putus asa. Samar-samar cahaya nakal rembulan menyusup lewat sela tirai yang tersingkap, membuat sedikit pencahayaan pada ruangan Sakura yang tamaram, hampir mendekati gelap.

Matanya melengok ke kiri, ke arah jam digital diatas nakas disamping tempat tidurnya. Pukul 2 lewat lima belas pagi. Hebat! Bahkan Sakura hanya bisa tertidur selama sepuluh menit lamanya.

Sakura mengusap wajah pucatnya, mengumpati Sasuke dengan beribu kalimat kasar yang ia punya.

Sasuke sialan! Permainan macam apa yang melibatkan nyawa dan membuat Sakura dihantui bayangan mengerikan?

Saat pagi menyapa besok, yang Sakura lakukan pertama kali adalah menemui psikiaternya.

Matanya turun, menatap tangan tremor Sakura yang seperti berlumuran darah dengan satu revolver pemberian Sasuke. Tidak! Itu hanya halusinasi Sakura saja! Tidak ada lagi revolver atau pun simbahan darah diujung kakinya.

Namun tak merasa lebih baik dengan ucapan penyemangat dalam hatinya, Sakura berusaha turun dari ranjang dengan tungkai yang lemas. Berjalan ke kamar mandi seperti orang mabuk, berdiri dengan shower ditangan kanan, menunduk dalam hingga rambut merah mudanya menghalau pemandangan wajahnya. Lalu mengguyuri kepala dengan air yang benar-benar dingin, seakan membeku.

Sakura menghela napas panjang, berharap dengan ini isi kepalanya akan hanyut bersamaan dengan air yang membasahi kepala dan jatuh ke lantai kamar mandi. Membiarkan sedikit tengkuknya basah, ia perlu membuat kepaladanya dingin sekarang.

Butuh waktu lima menit bagi Sakura, untuk mendapatkan kewarasannya kembali. Meskipun Sakura masih ingat dengan  sensasi bagaimana Sasuke memeluk dirinya dari belakang, mengarahkan tangan Sakura yang menggenggam revolver dengan gemetaran pada komplotan yang menyudutkan mereka. Membisikkan kalimat keparat seperti rayuan dari iblis.

Tarik pelatuknya, Nona.”

Dor!

Sakura tersentak dari lamunannya. Napasnya kembali menderu kencang. Hampir menyesakkan. Ia semakin memperbesar intensitas air yang mengguyur tubuhnya, biarkan saja dia demam sehabis ini karena mandi pada pukul dua pagi, dari pada harus dihantui dengan pikiran-pikiran dimana dia yang menghilangkan nyawa seseorang. Memikirkannya saja membuat Sakura berniat memejamkan matanya kian erat.

Bukan seseorang, tapi empat orang lebih tepatnya. Tangan Sasuke yang mengarajarkannya bagaimana menghilangkan nyawa manusia. Benar-benar pelayan iblis!

Mausoleum [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang