Mausoleum Chapter Lima: Room Of Pain

8.2K 822 41
                                    

     

Disisi lain hutan, di bagian yang tampak terpisah dari mansion megah kebanggan Haruno, berdiri sebuah bangunan yang tampak sedikit seram jika dilihat dari luar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Disisi lain hutan, di bagian yang tampak terpisah dari mansion megah kebanggan Haruno, berdiri sebuah bangunan yang tampak sedikit seram jika dilihat dari luar. Disana rumput liar tumbuh dengan subur, menutupi setiap sudut halaman yang tak terurus. Dengan pagar setinggi dagu orang dewasa yang mengelilingi sekitaran bangunan, membuatnya tampak terpisah dari dunia luar. 

Di dalam tak jauh beda dengan yang terlihat di luar bangunan, terlihat menyeramkan dan mengerikan. Dinding yang rusak, cat yang mengelupas dan memudar.  Meskipun bangunan yang mirip rumah itu hanya memiliki luas 10x15 meter persegi, namun lebih dari cukup menjadi tempat dimana nyawa-nyawa terbiasa hilang dan kepala mereka dipenggal di sini.

Sakura mulai terengah, cambuk yang bersarang ditangannya tak mampu membuatnya merasa puas barang sedikitpun selama ia menyiksa Sasuke. Pria itu sudah tampak berlumuran darah, bekas cambukan Sakura yang entah keberapa sudah bersarang di sekujur tubuh. Sasuke sama sekali tak protes, ia membiarkan gadis itu menuntaskan rasa amarahnya.

Sakura mendekati tubuh Sasuke yang tangannya terikat pada sebuah rantai yang menggantung ditengah ruangan, tubuhnya yang bertelanjang dada naik turun menahan rasa perih yang menjalar disekujur tubuh. Sakura menumpu salah satu lutut diatas lantai yang dipenuhi bercak darah, mensejajarkan wajah dengan tubuh Sasuke. Menatapnya sesaat, Sakura mencengkram pipi Sasuke kuat hingga membuat kuku tajamnya menancap dipipi pria tersebut.

“Kenapa tidak menjerit, hm? Apakah masih kurang? Aku ingin kau menangis dibawah kaki ku dan membuat mu meminta kematian mu saja daripada harus ku siksa secara berlahan,” Sakura berbisik pelan, namun matanya tak kunjung berhenti mengobarkan amarah yang masih membara didalam dada.

“Sialan, memiliki pelayan seperti mu benar-benar membuat ku kesal. Apakah kau ingin menungguku terbunuh dahulu, baru kau akan datang menjemput ku, hm?” Sakura melepaskan cengkaramannya dengan kasar, menarik rambut Sasuke, membuat kepala Sasuke tersentak secara keras, kepalanya harus mendongak, mata kelamnya tak terlihat takut sama sekali saat menyelam didalam emerald yang dimiliki oleh Sakura.

“Jawab jika aku sedang bicara, berengsek?!” Sakura mulai naik pitam, wajahnya berubah sangar. Seolah-olah ia bisa membunuh Sasuke saat itu juga jika ia mau. Sasuke hanya tersenyum kecil, tak salah ia memilih mainan bagus sejenis Sakura.

“Maaf, Nona. Tak akan saya ulangi.” Ia menyeringai tipis, perkataannya tak sejalan dengan raut wajah tampannya yang tidak tampak menyesal sama sekali.

Sakura menjadi geram sendiri, ia menarik rambut Sasuke dengan kencang. Lalu mendaratkan satu tamparan dipipi Sasuke dengan keras. Mendengus sesaat, ia berdiri seraya membersihkan debu yang menempel di bajunya yang sama sekali tak kotor.  Satu jam lamanya ia mencmbuk Sasuke sesuka hatinya, dan pria itu tak berteriak sama sekali. Membuat Sakura merasa kesal, ia merasa gagal menyiksa orang menyebalkan sekelas Sasuke.

Yang ia kesalkan bukan dirinya yang hampir terbunuh, namun Akira yang ikut terseret dalam kejadian kemarin itulah, yang membuat Sakura kesal setengah mati pada Sasuke. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Akira? Karena bagaimana pun, Akira adalah satu-satunya orang yang masih bisa ia percaya selain Sasori. Ia tak punya siapa-siapa sekarang, semua orang yang berlagak baik didepannya bisa berubah licik kapan saja.

Mausoleum [✔]Where stories live. Discover now