Mausoleum Chapter Dua puluh Delapan: Resign.

4.5K 573 70
                                    

Hari ini hujan turun begitu derasnya diluar sana. Menimpa bumi seakan tanpa beban, jatuh bebas diatas dedaunan, ranting, dan juga rerumputan yang bergoyang lembut dihembus angin. Beberapa burung hinggap di balkon. Menjadi pemandangan tersendiri untuk Sakura.

Tubuhnya tidak terlalu lemas lagi, jadi dia bisa berdiri sedikit dipinggir balkon meskipun terkena tempias hujan. Tak apa, dia senang dengan kondisi yang seperti ini.

Tadi Sasori juga sudah menjelaskan, kalau dia akan meminta Sakura untuk resign terlebih dahulu dari dunia hiburan. Segala halnya juga sudah diatur Sasori. Dia meminta Sakura untuk menenangkan diri dan menikmati waktu senggang ini selama dua bulan kedepan. Setidaknya, sampai Sasori mendapatkan asisten baru untuk menggantikan tugas-tugas Akira.

Sakura tak bisa menolak perintah sang kakak. Meskipun keinginan hatinya adalah untuk tetap menjalani hidup seperti biasanya, dia tak membantah, lebih memilih untuk menuruti kemauan Sasori.

Setelah penjelasan singkat itu pun, Sasori pergi lagi ke kantor untuk bekerja. Tak mengambil istirahat barang sejenak setelah perjalan lelahnya keluar kota selama tiga hari. Sebelum pergi dia juga menggerutu sebal sambil memaki-maki sebuah nama yang tak dikenali oleh Sakura. Namun dari apa yang Sakura tangkap, Sasori mengumpati asisstent personal-nya yang tak bisa dihubungi beberapa hari ini. Membuat pekerjaan Sasori menumpuk, hingga Sasori harus bekerja ekstra tanpa henti untuk menyelesaikannya.

Pluk.

Sasuatu yang empuk menyelimuti kepala Sakura hingga ke seluruh tubuhnya, membuat Sakura tersentak dari pemikirannya. Diikuti dengan satu pelukan hangat yang Sakura terima dari belakang. Ia menoleh sekilas, matanya disambut dengan wajah Sasuke yang menatap datar kedepan.

“Kenapa disini? Tidak dingin?” tanya Sasuke sembari menopang dagu dipucuk kepala Sakura.

Sakura menggeleng pelan, “Hm, tidak sama sekali. Apalagi sekarang kau memelukku dan ada satu selimut yang ikut menghangatkanku. Itu sudah lebih dari cukup.”

Kemudian hening. Tak ada pembicaraan sama sekali. Keduanya sibuk terhanyut dalam melodi okestra yang dimainkan oleh setiap tetesan hujan yang jatuh dari langit. Menikmati rintikan dan tempias air yang sesekali menimpa wajah keduanya saat angin berhembus pelan.

“Ingin makan sesuatu?” tawar Sasuke akhirnya. Sakura berpikir sejenak.

“Kurasa tidak, aku tak sedang ingin makan sesuatu.” Tolak Sakura halus. Tangannya ikut memeluk lengan Sasuke yang melingkar ditubuhnya. Kepalanya bersandar nyaman didada bidang Sasuke.  Seraya tersenyum tipis, menikmati suasana mendung yang malah membuat suasana hatinya membaik.

Benar-benar nyaman.

Keheningan kembali melingkupi keduanya. Namun tak berselang lama, pintu kamar Sakura didobrak secara kasar dari luar. Sakura ingin memaki si pelaku, jika saja yang berdiri diambang pintu bukanlah sosok Sasori. Sakura dan Sasuke secara serempak membebaskan diri. Bersikap biasa-biasa saja seperti tak ada yang terjadi saat Sasori berjalan ke arah keduanya.

Sasori terengah. Jasnya awut-awutan. Sasori menatapi Sasuke dan Sakura secara bergantian. Belum sempat Sakura menyuarakan keheranannya. Sasori segera membuka mulut.

“Sasuke,” panggil Sasori dengan napas yang masih tersengal. Dia meneguk ludah, lalu menatap Sasuke dengan tatapan sendu. “Naruto, dia ... meninggal dunia. Dia ... mati karena dibunuh seseorang.” Suara Sasori kian lirih saat menjelaskan. Dirinya secara pribadi pun cukup shock saat mendengar kabar yang baru dia terima.

Bagaimana asistennya yang cerewet namun baik hati itu bisa mati dibunuh? Ini kabar yang benar-benar membuat hati siapa pun tak dapat menerimanya.

Termasuk sahabatnya, Sasuke Uchiha.

Mausoleum [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang