#2 - Anything Is Possible

366 68 25
                                    

Biasakan vote n comment sebelum membaca

☕☕☕

Sebenarnya, Risa penasaran dengan anak baru yang dikatakan Rena tadi. Akan tetapi, Risa tidak mau dikatakan bahwa ia kembali tertarik dengan seseorang. Sekarang, ia terhanyut dalam pikirannya. 'Apa yang harus kulakukan? Apakah aku harus bertanya siapa orangnya?' Itu yang terus Risa pikirkan. Setelah lama berpikir, akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk bertanya.

Sejam, dua jam, tiga jam, hingga delapan jam belajar di sekolah, akhirnya jam pulang sekolah pun tiba. Saat di depan gerbang, Risa melihat Pak Henri sedang berdiri di samping mobil—milik keluarga Risa—sambil berkacak pinggang dengan alis yang bertaut. Matanya menatap lelaki yang sedang mengayuh sepedanya menjauh dari lingkungan sekolah.

Risa tidak sempat melihat wajahnya, tapi sepertinya itu anak baru yang diceritakan Rena, karena ia membawa paket seragam SMA Garuda di dalam keresek transparan sehingga langsung bisa terlihat.

Risa berjalan mendekati Pak Henri. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. "Kenapa, Pak? Ada masalah?"

Henri menoleh dengan raut gelisah dan merasa bersalah. "Saya minta maaf, Non. Saat saya membuka pintu mobil, anak yang bersepeda tadi lewat, hingga tidak sengaja menggores pintu mobilnya. Maafkan saya yang ceroboh, ya, Non."

Risa melirik goresan yang dimaksud Pak Henri. Lumayan panjang. Risa tersenyum guna membuat Pak Henri merasa tenang. "Nggak pa-pa kok, Pak. Nanti bisa diperbaiki. Lagi pula, ini bukan sepenuhnya salah Bapak."

"Terima kasih, Non. Saya akan tanggung jawab," ujar Henri. Ia membukakan pintu bagian belakang untuk Risa. Mari Non, pulang." Risa mengangguk kemudian masuk ke dalam mobil.

Selama di perjalanan, Risa memainkan ponselnya. Risa melihat foto-foto pemandangan Paris yang dikirimkan oleh temannya. Tak terpikirkan oleh Risa untuk memperpanjang hari libur. Libur adalah hal yang membosankan. Bagaimana tidak? Selama libur Risa hanya di rumah.

Tak terasa, Risa sudah sampai di depan rumah.

"Bunda ... Risa udah pulang."

Aini langsung membuka pintu rumah dan tersenyum kepada anak tunggalnya itu. "Cepat ganti bajumu ya, Sayang. Habis itu makan siang, sudah Bunda siapkan di dapur. Bunda tunggu Risa di kamar, ya. Bunda mau tau gimana hari pertama Risa sekolah.

"Oke deh, Bunda."

☕☕☕

Risa merasa lelah sekali. Sekarang, ia ingin istirahat. Ia sudah ceritakan semua yang terjadi hari ini kepada bunda. Termasuk laki-laki yang dilihatnya saat di kantin. Bunda tersenyum sambil mengelus kepala Risa. Kata Bunda, suatu saat Risa akan bersama laki-laki itu.

Ah, mustahil. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, jadi itu tidak mungkin terjadi. Namun, di dunia ini semuanya mungkin terjadi. Sekarang, Risa lebih memilih tidur daripada memikirkan itu.

Ting Ting!

Baru saja Risa mulai memejamkan matanya, ponselnya berdering. Ternyata itu WA dari Nessa.

Vanessa
Ris, ternyata laki-laki
yang kita lihat tadi
memang anak baru.

Nah kan, dugaanku benar, batin Risa. Ia tersenyum lebar seraya mengetukkan jarinya pada benda kecil itu.

Clarisa
Wahh.. dugaan gue
bener dong.
Tapi lo tau darimana?

Vanessa
Lo emang bener terus
Ris, wkwkwk.
Tadi waktu pulang sekolah
gue denger temen2 pada
ngomongin dia.
Kalo ngga salah sih
namanya Zakri.
Bisa jadi ntar lo demen
sama dia Ris,
cogan soalnya, haha🤣

Clarisa
Ntar gue tampol lo
ngomong sembarangan.
Udah ah, gue mau tidur.
Ganggu aja lo.

Vanessa
Hahaha.. selamat bobo
tuan putri.
Gue siap kok jadi
mak comblang lo🤣❤️

Sekarang, mata Risa malah jadi segar gara-gara Nessa yang menyebalkan.

☕☕☕


Hari ini hari kedua Risa sekolah. Dia diajak Nessa berangkat sekolah bersama. Dua puluh menit bersiap di kamar, akhirnya Risa turun menemui bundanya. Ternyata, disana sudah ada Nessa duduk menghadap meja makan bersama Aini.

"Pagi, Bunda. Loh, udah ada Nessa? Kapan datang?" ucap Risa seraya menuruni tangga.

Bunda Aini tersenyum. "Pagi, sayang. Nessa udah ada di sini lima belas menit lalu, kamu sudah Bunda panggil nggak nyahut."

"Lo emang budek, Ris." Nessa terkekeh membuat Risa memonyongkan mulutnya. "Udah jelek, tuh bibir dimonyongin lagi. Udah kayak curut," lanjut Nessa.

"Lo ngomong lagi gue sumpelin sikat WC," ucap Risa sambil menarik kursinya. Bunda Aini yang menyaksikan perdebatan mereka menatap tajam satu persatu—membuat Risa dan Nessa meringis ketika sadar mereka tengah bersama Bunda—sambil menyodorkan dua piring nasi goreng.

Nessa dan Risa memulai sarapan. Baru sesendok Risa menyuapkan makanannya, dia langsung tersedak.

"Hati-hati dong Risa," ucap Bunda lembut.

"Bunda," panggil Risa.

"Iya, sayang?"

"Pedes," ucap Risa pelan. Dia masih membuka mulutnya. Matanya memerah dan berair. Bunda dan Nessa yang melihat Risa langsung tertawa.

"Tadi Nessa minta buat yang pedas, katanya kamu sudah kuat sambal, jadi ya bunda buat yang pedas," ujar Bunda Aini sambil menuangkan air minum.

Risa langsung menghabiskan segelas air yang diberikan bunda. "Bunda gimana sih, kayak nggak kenal Nessa aja. Jahilnya itu udah ngalahin Tom-Jerry. Tunggu lo Nes, gue ambilin sepatunya Pak Komar!"

"Eh buset dah Ris, Pak Komar sibuk ngurusin kebun, mana sempat dia cuci sepatunya. Maafin gue Ris, gue nggak bakal jahilin lo lagi, asal jangan kasih gue sepatu Pak Komar, gue nggak kuat!" Nessa memohon dengan wajah yang sangat membuat Risa prihatin. Akhirnya, Risa memilih untuk langsung berangkat ke sekolah tanpa sarapan.

☕☕☕

Dua puluh menit kemudian, mereka sudah sampai di sekolah. Mereka berjalan bersama menuju kelas. Saat memasuki kelas, mereka sangat bingung, tumben sekali suasana kelas begitu riuh.

"Ris, itu Ris, itu!" bisik Nessa dengan pandangannya memusat pada sesuatu. Risa mengikuti arah pandangannya, tertuju pada seorang laki-laki yang dilihatnya kemarin—tapi kali ini ia melihat wajahnya—sedang duduk di bangku paling belakang. Kulitnya tidak putih, tidak coklat. Rambutnya berwarna hitam. Meskipun tatanan rambutnya tidak teratur, dia tetap terlihat keren.

"Jadi, orang di kantin itu, anak baru yang diceritakan Rena?" tanya Risa

"Iya. Baca tuh namanya ada di daftar."

Risa keluar kelas untuk membaca daftar nama yang ditempel di depan pintu kelas. "Zakri Raffasya?"

"Kenapa?" Suara berat tiba-tiba mengejutkan Risa dari depan pintu.



Haii!!
Jangan lupa vote n comment ya,
Masih belajar, jadi kritik dan saran sangat diharapkan.
Terima kasih🙏

TIRAMISSU (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang