#13 - Takut?

143 20 1
                                    

Gue nggak perlu takut. Dia nggak akan gebet orang lain. Karena, gue yang paling ganteng.

☕☕☕

"Lo jangan terang-terangan dekatin Zakri, lo mesti tetap baik sama Risa."

"Kenapa? Gue udah males liat mukanya. Lagian kenapa nggak terang-terangan? 'Kan bahagia gue liat mukanya waktu hatinya disakiti," ucap Rena yang duduk di kursi dengan tangan dilipat di depan dadanya.

"Gue mau lo tusuk dia dari belakang."

"Bukannya sudah dilakukan ya?"

"Belum. Ini baru permulaan. Lo terus dekat sama Risa. Risa pasti selalu bareng Zakri. Disitu lo bisa nyuri kesempatan buat dekatin Zakri tanpa dicurigai," jawab Zhia dengan senyum miring.

"Oh iya, pintar juga lo!" ujar Rena disusul tawa jahat mereka berdua.

"Rena?"

"Sebenarnya lo kenapa Ren? Kenapa lo akhir-akhir ini nempel sama Zhia dan menjauh dari kita?" tanya Nessa yang baru datang bersama Risa.

Rena tampak panik. Ia mendadak berkeringat. Mengapa Risa dan Nessa datang di saat yang tidak tepat? Tak mungkin ia menjawab sedang merancang rencananya untuk mendekati Zakri, bukan?

"Engh ... kami cuma ngobrol biasa kok, Nes," jawab Rena sambil tersenyum paksa.

Zhia tersenyum ke arah mereka, "iya Nes. 'Kan gue udah berkali-kali ngehujat dia, gue mau minta maaf. Gue juga minta maaf sama lo ya Nes, Ris."

'Najis banget gue minta maaf sama orang receh kayak mereka' batin Zhia.

Risa tersenyum senang, "Oh, gitu. Baguslah. Gue juga minta maaf sama lo, Zhi. Gue selalu berpikiran buruk tentang lo."

"Gue juga, Zhi," timpal Nessa.

"Hahaha, nggak pa-pa kok, tapi kalau boleh tau, memangnya lo berpikiran apa?" tanya Zhia seraya mengangkat sebelah alisnya.

"Gue pikir lo ngajakin Rena ngelakuin hal buruk ke gue atau Nessa--dan gue pikir lo juga ngehujat Rena. Maafin gue ya Zhi."

Zhia tertawa paksa. "Ohoho, nggak pa-pa. Setiap orang yang buruk ya tetap aja dianggap buruk meskipun sudah berusaha baik."

"Maksud Risa bukan gitu kok Zhi," sela Nessa. "Dia cuma takut sahabatnya kenapa-kenapa."

"Oooh ... begitu? Ya sudah. Gue mau pergi, lo ikut nggak Ren?" kata Zhia sambil berdiri dari kursinya. Rena mengangguk dan kemudian mengekori Zhia meninggalkan tempat itu.

"Udahlah Ris, kayaknya cuma lo yang khawatir sama Rena. Sedangkan dia sama sekali nggak peduli sama kita," kata Rena lirih. Ia merasa Rena bukan lagi seperti yang biasanya. Dia memang menjauhi Risa dan Nessa.

Risa menunduk, mungkin yang dikatakan sahabatnya itu benar. Tapi, Risa tetap saja menyingkirkan pikiran buruk itu. Bagaimana pun juga, Rena tetap sahabat Risa. Mungkin hanya dirinya yang kurang peduli dengan Rena sehingga ia mencari teman yang lain.

***

"Risa mulai curiga sama gue, sialan!"

"Jadi gimana, Zhi? Apa gue laporin aja ke mereka kalau lo itu jahat sama gue?"

"Enak aja! Yang ada tuh si Zakri tambah benci sama gue!" Zhia menatap Rena tajam."Lo mesti akrab lagi sama mereka, tapi bawa gue juga. Seolah-olah kita sama mereka itu damai. Dengan begitu, gue akan dipandang Zakri baik, 'kan?"

Rena menatap Zhia heran. "Loh, kok malah lo? Bukannya lo mau bantuin gue sama Zakri?"

Zhia tampak panik, ia mencari alasan yang tepat untuk diucapkannya saat ini. "I-iya, maksud gue, kalau gue dipandang baik, gue temenan sama lo,  hubungan lo sama Risa juga baik, Zakri nggak bakal nolak lo deketin dia. Dia nggak akan sadar."

TIRAMISSU (SUDAH TERBIT)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu