#18

133 18 0
                                    

Nessa sudah kembali dari kantin dan keluar dari bagian 'pasukan takut lapar'. Perutnya sudah terisi penuh. Kini, rasa mengantuk yang melanda. Ia berjalan menuju kelas. Baru saja hendak melangkahkan kaki ke dalam kelas, langkahnya terhenti. Ia tak ingin mengganggu dua orang yang sedang asyik sendiri--ntah sedang apa--di dalam kelas.

Nessa kembali ke luar. Melihat teman-teman sekelasnya semua berada di luar. "Kenapa kalian di luar? Nggak masuk?"

"Jangan Nes. Kita 'kan nungguin resminya couple goals di sekolah kita. Kalau mereka diganggu, siapa lagi calon kita?" ucap salah satu teman kelasnya yang rambutnya dikuncir kuda.

"Risa sama Zakri memang keliatan serasi," kata siswi yang berjaket merah.

"Nggak kayak Zhia yang gayanya tingkat dewa. Padahal mah yang dia banggain cuma harta orang tuanya, nggak ada yang bisa dibanggain dari dia," sahut lelaki penggosip di kelas.

"Dari pada si Rena. Diam-diam mau embat Zakri dari Risa, eh." Siswi yang melontarkan kalimat itu langsung menutup mulutnya.

Rena?

"Tunggu, apa maksud lo?" tanya Nessa. Matanya menjelajah mencari gadis itu.

Terlambat.

Gadis itu sudah berlari sekuat tenaganya yang ntah kemana arahnya.

"Bodoh. Lo sekelas sama gue. Kemana pun lo pergi, tetap juga bakal ketemu gue."

Apa maksudnya Rena embat Zakri diam-diam? Bahkan, Rena baru tahu namanya, batin Nessa.

☕☕☕

Lima belas menit yang lalu bel pulang sekolah sudah berbunyi. Kini, Risa sedang dalam perjalanan pulang. Tentu saja dengan sepeda motor Zakri si pembalap abal-abal.

Sepanjang perjalanan Zakri tak henti-hentinya berceloteh ria, sepertinya sifat cerewet Risa berteleportasi ke Zakri. Sedangkan Risa, hanya diam menikmati hembusan angin dan sesekali tertawa dengan candaan receh Zakri.

"Sudah sampai, Tuan Putri," ujar Zakri saat sepeda motornya mendarat di depan rumah Risa.

Risa turun perlahan. "Makasih ya, Ri. Mau mampir?"

"Lain kali aja. Aku agak sibuk."

"Sok sibuk. Sibuk ngapain, sih?"

"Sibuk belajar nembak kamu nanti." Zakri menyengir. "Ya sudah, aku pamit ya. Titip salam ke calon mertuaku."

Sebuah senyuman terbit dari bibir mungil Risa. "Iya. Hati-hati di jalan." Zakri memberikan kiss bye sebelum melajukan motornya. Risa hanya menggeleng pelan sambil tersenyum melihat kelakuan calon pacarnya itu.

Ia menutup matanya kemudian berbalik.

"Cieeeee ..."

Risa spontan membuka matanya lagi. "Bunda?"

"Senyum-senyum sendiri. Kayaknya yang satu ini deh yang jadi calon mantu bunda," ledek Aini.

"Apa sih Bun, ngaco' ih."

"Ngelak lagi. Bener 'kan kata Bunda waktu itu, kamu bakal sama dia nantinya."

"Yah ... nggak ada yang tau 'kan, Bun, Risa jodohnya siapa. Risa baru mau buka hati lagi. Risa takut disakiti lagi, Bun."

"Kenapa harus takut? Dia serius, 'kan?"

TIRAMISSU (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now