#4 - Lo Bisa Senyum?

299 50 43
                                    

"Jangan nunggu bahagia baru lo mau senyum. Karena senyum yang bakal nuntun lo ke bahagia."
-Clarisa Gunardi

☕☕☕

Matahari samar-samar menyapa pagi. Sinarnya menyinari separuh wajah gadis manis yang masih terpulas di atas kasur. Ia berusaha membuka matanya yang masih setengah terbangun. Ayam jantan berkokok keras di depan rumahnya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Sekarang, matanya sudah terbuka sempurna.

"Setengah tujuh? Ah, ini hari minggu. Tidur lagi aja," ujarnya seraya menutup matanya dan merebahkan tubuhnya kembali.

Tok tok tok!

Bunyi ketukan pintu membuat Risa mengangkat kepalanya.

"Risa, bangun sayang, ini sudah jam setengah tujuh, nanti kamu telat loh," ucap Bunda di depan pintu kamar Risa.

"Telat apaan sih, Bun? Ini kan hari Minggu." Risa menyahut dengan mulutnya yang hanya terbuka sedikit.

"Hari minggu apanya? Ini hari Rabu, Risa. Kamu sekolah hari ini!"

Risa terkejut. Matanya terbelalak dan ia spontan berdiri. Bagaimana bisa dia mengira ini hari Minggu? Apa karena hari kemarin yang dia habiskan dengan bersenang-senang bersama para sahabatnya?

Risa langsung mengambil handuknya dan keluar kamar menuju kamar mandi. Bersih atau tidak, khusus hari ini Risa tidak peduli. Hanya lima menit di dalam kamar mandi, Risa sudah keluar. Handuk terlilit di tubuhnya, ia sibuk menggosok-gosok rambut basahnya dengan handuk.

Ia langsung masuk ke kamar dan memakai seragamnya. Butuh sepuluh menit untuk menata diri. Dan waktu perjalanan ke sekolah butuh dua puluh menit. Sedangkan lima belas menit lagi, Risa akan terlambat.

"Bunda gimana, sih! Kok Risa nggak dibangunin? Telat nih," ucapnya.

"Bunda udah bangunin, kamu aja yang tidurnya terlalu pulas sampe nggak dengar. Makanya, kalau besok masih sekolah itu jangan jalan sampe nggak ingat waktu, jangan nyalahin bunda dong, itu kan salah kamu sendiri." Bunda mendumel tak terima dirinya disalahkan. Karena memang jelas ini adalah kesalahan Risa.

"Ya udah deh, Risa pamit ya, Bunda," ucap Risa sambil mencium punggung tangan Bunda Aini.

"Hati-hati, ya! Belajar yang bener, jangan ngeluyur lagi!"

Dua puluh menit kemudian Risa sampai di sekolah, tapi ia sudah terlambat. Alhasil, ia harus menunggu di depan gerbang sekolah hingga apel pagi selesai. Ini pertama kalinya Risa terlambat datang ke sekolah. Sanhat memalukan.

☕☕☕

"Gimana bisa lo telat, Ris? Bukan lo banget. Biasanya gue yang telat," ucap Nessa diselingi tawa kecil.

Risa mendengus kesal. "Gue kira ini hari Minggu."

Nessa terbahak dengan jawaban Risa. Risa yang notabenenya anak cerdas, disiplin, murid percontohan, hari ini malah telat ke sekolah. Risa yang melihat sahabatnya terbahak--seolah bahagia atas rasa malu yang menimpanya--membuatnya kesal.

Tuk! Tuk! Tuk!

Terdengar suara sepatu hak yang menepuk lantai. Seseorang bertubuh langsing dengan kemeja putih dan rok span hitam memasuki kelas. Ia duduk di kursi guru kemudian meletakkan kacamata dan buku yang dibawanya.

Seketika suasana kelas menjadi sunyi. Wanita itu, Mrs. Erlyn, guru bahasa inggris sekaligus wali kelas XII-IPA 1, kelas Risa dan Nessa.

"Baik," Mrs. Erlyn membuka suara, "Good morning, students!"

"Morning, miss!" Jawab seluruh murid serentak.

"Ok, hari ini kita santai sebentar, ya," ucap Mrs. Erlyn dengan senyuman. Jarang sekali Mrs. Erlyn tersenyum seperti hari ini. Oleh karena itu, Mrs. Erlyn terkenal dengan gelar 'guru killer'. Semua murid tersenyum dan merasa lega.

"Zakri, kemari," panggil Mrs. Erlyn kepada seorang laki-laki yang duduk paling belakang. Laki-laki itu mengangguk dan berdiri kemudian berjalan ke depan kelas.

Mrs. Erlyn tersenyum. "Ayo, perkenalkan dirimu."

Laki-laki itu mengangguk dan menghadap ke arah para murid. Ia berbicara dengan wajah datar. Entah ekspresi apa itu, tak ada yang mampu menebak.

"Perkenalkan, nama saya Zakri Raffasya. Saya murid pindahan dari Singapura. Saya pindah karena ikut orang tua saya. Saya harap semuanya berkenan menerima saya, terima kasih." Zakri membungkukkan badannya sebentar lalu kembali seperti posisi semula.

Murid-murid perempuan di kelas sangat riuh dan bahagia sekali memandang Zakri, kecuali Risa. Ia masih kesal dengan Zakri yang tidak tahu bersikap ramah.

"Pangeran lo ganteng banget, Ris," goda Nessa. Risa malas menanggapi, ia hanya berdecak dan memutar bola matanya.

"Baik, Zakri. Kamu boleh kembali duduk." ucap Mrs. Erlyn. Zakri mengangguk dan kembali ke tempat duduknya. Seluruh murid kembali memasang ekspresi lesu karena harus kembali belajar.

☕☕☕

Reylan, Aril, dan Rena berjalan menuju kelas Risa. Mereka ingin menemui Risa dan Nessa. Tapi sebenarnya, hari ini Reylan dan Aril bukan hanya ingin bertemu Risa dan Nessa, mereka juga ingin bertemu teman barunya.

"Halo semuanya! Pasti pada kangen sama gue, 'kan? Reylan gitu, cowok terganteng se-Himalaya," ucap Reylan yang dibalas tatapan jijik dari para gadis di kelas Risa. Sahabat Risa satu ini memang kelewat PD.

"Iya Rey, lo ganteng kalo dibandingin sama kebo. Tapi kalo sama kingkong, lo setara," ucap Nessa terkekeh. Reylan mencebil.

Aril mendekati Zakri yang duduk di belakang sambil membaca sebuah buku. Raut wajahnya tampak serius. "Hey bro! Kok diem aja di situ? Ngapain?" Zakri langsung menyimpan buku yang dibacanya di laci meja. Namun, Aril sempat melihat gambar di buku itu.

"Itu buku resep, ya? Lo hobi masak? Wah, jarang lho ada cowok gitu," ujarnya.

Zakri merasa malu, "Sebenarnya, gue kerja si sebuah kafe. Gue selalu suka buat makanan atau minuman. Terutama yang rasanya tiramissu."

"Wah, salah satu sahabat gue tuh suka banget tiramissu! Coba sekali-kali kita makan buatan lo, ntar gue ajak yang lain," ucap Aril antusias. Dia memang selalu bersemangat kalau soal makan.

"Em, gue nggak nyaman Ril, gue kan baru kenal sama lo, apalagi sama cewek. Gue sama sekali belum pernah ngobrol sama cewek kecuali cewek itu keluarga gue. Lo rahasiain aja dulu, Ril. Kalo gue rasa pas, ntar gue yang ngasih tau sendiri."

"Oke deh, santai aja kali Ri, lo udah gue anggap sahabat gue juga kok. Mereka juga bakal nyambut lo baik, gue bisa jamin," ucap Aril meyakinkan dibalas senyuman oleh Zakri.

Lo bisa senyum? Lo manis banget kalo senyum. Gue nggak rela senyum lo jadi milik orang lain. Dan gue nggak akan rela sampai ada orang yang jadi alasan senyum lo itu. Kecuali gue. Batin seorang gadis yang rupanya memperhatikan Zakri diam-diam.

Gimana ceritanya nih? Kasih tau dong:'(

Jangan lupa voment ya❤️

TIRAMISSU (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now