#7 - Risa-yang

181 33 4
                                    


Drt.. drt.. drt..

Ponsel Zakri bergetar. Ada satu nama terpampang di sana.

Drt.. drt.. drt..

Ponsel itu terus saja merengek minta diangkat. Tak lama, ada tangan menyambar ponsel tersebut. Sang pemilik ponsel menatap nama yang tertulis jelas di layarnya sebelum menerima panggilan itu.

"Halo."

"...."

"Hm, jadi kapan?"

"...."

"Oke."

"...."

"Iya Pa, Zakri baru habis mandi, handuk aja masih melilit di badan." ujarnya sambil tersenyum.

"...."

"Waalaikumussalam."

Tuut... tuut... tuut...

Lelaki itu menghembuskan napas. Ia mengedarkan pandang ke seluruh bagian rumahnya. Sunyi. Sepi. Membosankan. Rumah seluas itu hanya ditinggali seorang diri.

Sekali lagi ia menghembuskan napas sebelum masuk ke kamarnya. Lima belas menit kemudian ia keluar dengan seragam sekolah yang lengkap dan rapi.

Lelaki itu memanaskan motornya di depan rumah, bersiap-siap berangkat ke sekolah. Baru saja ia mendaratkan bokongnya ke jok motor, sebuah mobil lewat menabrak genangan air yang akhirnya menyemprot celana Zakri.

"Sialan, gue udah nyuci sendiri, gosok sendiri, malah kecipratan air lagi." Ia menggertakkan giginya seraya mendengus sebelum melakukan motornya.

Setelah melewati beberapa rumah dari rumahnya, ia berhenti sejenak di depan sebuah rumah yang cukup megah, bercat putih dipadu dengan biru. Ia menunggu seseorang keluar dari pintu rumah itu.

Tak lama, seorang gadis yang Zakri tunggu menampakkan dirinya, "Dadah, Bunda," ucap gadis itu sebelum berangkat. Zakri pun kembali menjalankan motornya. Tanpa sadar, kedua sudut bibirnya sedikit terangkat.

☕☕☕

"Makasih, Pak," ucap gadis itu setelah turun dari mobil. Mobil itu pun segera menjauh dari hadapannya. Bagi gadis itu, sekolah adalah hal yang paling menyenangkan.  Ia berjalan menyusuri koridor sambil terus tersenyum, seolah ia adalah manusia paling bahagia di dunia.

"Hey!" seru seseorang dengan suara beratnya.

"Woi!"

"Tunggu woi!"

Orang itu terus saja berseru sambil berlari. Risa mendengar, tapi ia tidak akan menghiraukan jika bukan namanya yang disebut. Tentu, ia tidak ingin malu dan disangka 'GR'.

Plak!

Risa terkejut hingga menghentikan langkahnya. Ia mendongak ke kiri dan melihat seorang lelaki yang baru saja menepuk pundaknya. "Kenapa lo?"

"Gue ... manggil lo dari tadi. Tapi ... lo nggak respon ... sama sekali," ucap Zakri sembari mengatur napasnya yang ngos-ngosan.

"Kapan lo manggil gue? Nyebut nama gue aja nggak ada."

"Ya justru itu, gue mau tanya nama lo."

Risa terkekeh. "Oh ... bilang dong dari tadi, 'kan gue nggak tau. Nama gue Clarisa Gunardi."

"Dipanggil?"

TIRAMISSU (SUDAH TERBIT)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu