#24 - Tidak Disangka

125 17 6
                                    

"Ayo, semuanya. Bangun! Mandi! Jam setengah tujuh kita mulai jelajah."

Risa menerjap beberapa kali sebelum matanya terbuka sempurna. Ia mengangkat tubuhnya perlahan dengan telapak tangan sebagai tumpuan. "Lumayanlah, tidur setengah jam." Ia beranjak keluar tenda.

"Hai, Ris! Nyenyak tidurnya?"

Risa menoleh ke pemilik suara. Lelaki itu tersenyum lebar. Ia sudah bersih dan rapi. Penampilannya menunjukkan ia sudah siap menjelajah.

"Lumayan, setengah jam. Kamu?"

"Nggak sama sekali." Risa melongo. Lelaki itu hanya mengangkat bahu. "Aku sudah minum kopi, jadi nggak bakal ngantuk."

Risa mengangguk kecil. "Aku mandi dulu."

☕☕☕

Seluruh murid sudah berbaris rapi di lahan kosong bumi perkemahan. Sinar matahari yang panas membakar semangat para siswa. Pak Bima memimpin apel pagi dan menjelaskan rute penjelajahan hari ini.

"Siapa yang paling banyak membawa sampah akan menjadi pemenangnya. Setiap pemenang akan diberi hadiah."

"Apa hadiahnya, Pak?!" teriak salah satu murid.

"Kamu ini! Belum jalan sudah tanya hadiahnya," sahut Pak Bima tegas. Murid itu terkekeh. Kemudian, Pak Bima memimpin doa diikuti para murid agar diberi keselamatan dan tidak ada kendala dalam penjelajahan.

"Penjelajahan dimulai dari ... sekarang!"

Seluruh siswa dengan kelompoknya masing-masing berhamburan menuju rute yang dijelaskan Pak Bima.

Zakri membuka dua kantong plastik besar berwarna hitam. Salah satunya ia berikan kepada Rena. "Ambil sampah sebanyak-banyaknya, ya!"

"Usahakan kita menang!" seru Aril.

Rena mengangguk dan menerima kantong plastik yang diberikan Zakri. Kemudian, ia menyodorkannya kepada Zhia. "Zhi, ayo pegang sama-sama!"

Zhia melotot. Ia memandangi kantong plastik dan Rena bergantian. "Gue megang kantong sampah? Nggak mau! Menjijikkan."

Aril melihat reaksi Zhia dengan tatapan geram. Ia berdecak lalu berkata, "Nggak usah sok bersih lo. Baru kantongnya aja belagu, ambilin tuh sampah!" ketusnya.

"Udah, Ril. Namanya juga cewek."

"Cewek sih cewek, Ri. Tapi nggak gini juga. Liat tuh, si Nessa. Dia ngambil sampah semangat, sambil senyum lagi."

Zakri menoleh ke depan. Matanya terfokus pada seorang gadis. Tampak antusias, meskipun hanya untuk mengambili sampah. Bukan, bukan yang Aril maksud. Tapi, yang bersama gadis itu. Siapa lagi kalau bukan Clarisa?

"Woe! Malah ngelamun," tegur Aril. "Ayo, ambil sampahnya!"

"Iya-iya," jawab Zakri malas dan kembali fokus memungut sampah.

Di sisi lain, kelompok 'Tenda dua' juga sedang berusaha mengambil sampah. Risa, Nessa, dan Nartha tampak bersemangat. Hanya Reylan yang terlihat lemas. Ia hanya berjongkok memandangi teman sekelompoknya yang memungut sampah.

"Ah, ngambilin sampah gini mah namanya bukan jelajah. Tapi akal-akalan doang biar kita mungut sampah, biar jalanannya bersih. Padahal ada petugas kebersihan."

TIRAMISSU (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now