#15 - Ke Mall

159 24 1
                                    


Zakri penasaran apa yang sedang Reylan lakukan di rumah Risa beberapa saat lalu. Zakri terus-menerus menepis pikiran buruk yang menghampiri hatinya. Ia terus meyakinkan dirinya bahwa Risa dan Reylan hanya sekedar sahabat. Jadi, Zakri harus terbiasa.

Zakri teringat akan kejadian semalam. Ia menemani Rena ke toko buku sekaligus mentraktirnya makan malam di restoran. Ia berpikir, apakah ia harus memberitahu Risa atau tidak? Jika tidak, Zakri takut Risa akan menganggap bahwa dirinya hanya bermain-main dan tidak serius. Dan jika ia memberitahunya,ia juga ragu Risa akan enggan membuka hatinya. Sepertinya, lebih baik tidak perlu diberitahu.

Aku tunggu cerita dia selanjutnya. Dia bilang mau coba buka hati, kan?

Drt ... drt ...

Papa? Zakri menerima panggilan itu.

"Halo, Pa."

"..."

"Oh, oke. Aku kesana sekarang."

Zakri mengganti pakaiannya dengan kaos putih polos kemudian dipadukan dengan jaket kulit berwarna coklat. Lalu ia memakai celana jeans hitam.

Ia raih kunci motor yang tergantung di paku yang menancap di salah satu sisi dinding di ruang tamu. Zakri segera keluar rumah dan mengunci pintu rumahnya. Kemudian, ia langsung menyalakan motornya dan melaju ke rumah Papa.

Papa meminta Zakri menemaninya di rumah. Ya, itu sering sekali, tapi Zajri seringkali sibuk dengan sekolahnya ditambah pekerjaan sampingan di sebuah kafe. Kafe itu adalah pemberian Papa.

Wajar jika Papa sering meminta Zakri menemaninya. Ia tinggal seorang diri di rumah sewaan yang cukup besar. Ia melakukan segalanya sendirian.

Papa adalah orang yang hebat. Ia mengelola kafe yang awalnya ia buka di Singapura dan akhirnya bercabang ke beberapa tempat sampai di Indonesia. Tepatnya di kota tempat Zakri tinggal sekarang. Papa berhenti dari pekerjaannya sebagai orang kantoran. Alasannya, ia tidak mau berurusan dengan wanita. Ya, ia menjauh dari wanita pasca ia berpisah dari istri dan anaknya.

Zakri sudah sampai di depan rumah Papa. Papa membuka pintu rumahnya dan langsung menyambutnya dengan ramah. Zakri senang sekali setiap bertemu Papa.

"Akhirnya, kamu datang," ucap Papa sambil tersenyum. Ia merangkul Zakri mengajak masuk ke dalam rumah. "Kamu lama sekali baru mampir ke sini. Papa sudah menunggu berhari-hari."

Zakri menyengir. "Maaf, Pa. Baru ada waktu luang sekarang."

Papa tersenyum mengejek. "Pasti sibuk pacaran."

"Zakri belum punya pacar, Pa," ujar Zakri seraya tertawa kecil.

"Tapi ada yang ditaksir, 'kan?"

Zakri merasakan pipinya memanas. "Ada, sih."

Kali ini Papa tertawa renyah. "Cantik?"

"Banget! Manis? Apalagi. Rencananya sepuluh hari lagi Zakri mau nembak dia," ucap Zakru antusias. Papa tertawa sambil mengacak-acak rambut Zakri. Namun, detik berikutnya raut wajah Papa berubah jadi murung.

"Anak Papa seumuran sama kamu. Papa sudah lama tidak bertemu dia. Papa rindu sekali. Dia lucu, sangaaat lucu. Dia sudah tiga kali menjalin hubungan, tapi selalu saja putus. Akhirnya dia menangis dan mengadu pada Papa." Papa bercerita sambil sesekali tertawa kecil.

"Semoga akhirnya dia bertemu lelaki yang baik, seperti kamu." Papa tersenyum ke arah Zakri. Zakri pun membalas senyum Papa. "Ngomong-ngomong, siapa nama calon pacar kamu itu?"

"Risa.".

Papa memajukan bibirnya membentuk 'O' tanpa suara. "Kapan-kapan, ajak dia ke sini, ya," ujarnya sambil tersenyum. Zakri mengangguk mengiyakan.

TIRAMISSU (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now