#10 - Egois?

191 29 2
                                    

'Senyummu memang lebih manis daripada madu dan gula'

☕☕☕

"Ren, gue nggak pernah ke sini, lho! Lo sering ke sini, ya?"

"Iya, Zhi. Dulu gue, Risa, Nessa, sering banget ke sini. Bareng juga sama Aril dan Reylan," jawab Rena sambil tersenyum dengan mata tertutup. Zhia yang menyadari ekspresi Rena--yang bahagia, mengingat cerita indah bersama para sahabatnya-- merasa kesal.

"Lo pengen gabung sama mereka lagi?" tanya Zhia sedikit ketus. Senyum Rena memudar dan sekarang ia membuka matanya. Ia menunduk sebelum akhirnya menggeleng pelan.

"Jadi," Rena mendongakkan kepalanya, "apa rencana lo?"

Zhia tersenyum sambil menyatukan kedua telapak tangannya. "Kita kekurangan anggota buat merusak hubungan mereka. Kita butuh anggota laki-laki."

"Laki-laki? Buat apa?" ujar Rena seraya menaikkan sebelah alisnya tanda tidak mengerti.

"Iya, laki-laki. Lo ada nggak, laki-laki yang bisa lo andalkan? Kalo ada, gampang aja. Gue yang ngatur rencana, kalian yang jalankan," kata Zhia.

"Ok, nanti gue bakal hubungi dia. Kalau dia setuju, gue bakal kabari lo," ucap Rena sambil berdiri. "Gue pesen menu, ya." Zhia mengangguk.

'Setelah lo misahin mereka berdua, gue bisa dapatin Zakri. Dasar itik buruk rupa, mudah banget gue kendalikan.

☕☕☕

"Halo,"

"..."

"Ada apa sih, tengah malam gini nelponin gue, gue masih ngan- hooaam " lelaki itu berbicara via telepon dengan mata tertutup.

"..."

"Yaudah ah, besok aja kita bicarain ya. Gue ngantuk, lo ganggu mimpi gue aja. Bye." Lelaki itu mengakhiri telepon. Ia melanjutkan tidurnya.

Tujuh jam berlalu. Lelaki yang pulas tertidur di kasurnya merasa terganggu dengan hangatnya sinar mentari di wajahnya. Ia menerjap-nerjap hingga akhirnya matanya terbuka sempurna. Ia beranjak dan langsung bersiap-siap untuk sekolah.

"Halo, Ri. Lo mau berangkat bareng gue?"

"Halo. Ah, gue bareng Risa, hehe," sahut orang yang menjadi lawan bicaranya di telepon.

"Ah, siap, siap. Lanjutkan bosku," ujarnya sambil tertawa kecil. "Kalau gitu gue duluan ya, bye."

Ia melajukan motornya menuju sekolahnya, SMA Garuda. Baru saja ia sampai di depan gerbang, seorang gadis tergesa-gesa menghampirinya. Ia memarkirkan motornya di tempat parkir dan melepas helmnya.

"Ada apa?"

"Kita bisa ngomong di kantin?"

"OK."

Mereka berjalan ke kantin. Suasana kantin pagi ini sepi. Hanya ada dua orang yang melahap sandwich, itu pasti orang yang tidak sempat sarapan di rumah.

"Lo mau kan bantuin gue?" ucap gadis itu dengan wajah memelas.

"Mau, asalkan permintaan lo itu nggak nyusahin gue."

TIRAMISSU (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now