05. Go Along (같이 해나가다)

20K 3.6K 187
                                    

"Ten! Pssttt!"

Taeyong memelankan suaranya agar tak ketahuan oleh saudaranya juga Siren lain yang tengah berkeliaran. Namun sosok yang ia panggil justru tak mendengarnya.

Apa Ten sudah tuli? Batinnya.

"Ten-ya!" Pekik Taeyong membuat Siren yang tengah sibuk dengan dunianya sendiri menoleh sembari mengangkat alis.

"Ada apa?" Tanya Ten datar.

Aktifitasnya yang tengah mengamati beberapa Siren tampan harus terhenti karena ulah saudara tertuanya itu. Hanya dua alasan Taeyong ketika memanggilnya. Pertama, karena ia ingin menyusahkan. Kedua, karena ia ingin bercerita tentang kemungkinan betapa menyenangkannya menjadi manusia.

Terkadang Ten heran, mengapa saudaranya itu terlalu terobsesi dengan dunia manusia yang jelas-jelas sangat kejam. Padahal tinggal dibawah air lebih damai, meski ketika badai datang semua penghuni pantai terkadang harus terpisah dengan keluarganya. Namun pada akhirnya, mereka akan dipertemukan kembali menggunakan insting masing-masing.

"Apa kau melihat Ayah?" Tanya Taeyong.

Ten mengangkat bahu, "Tidak, apa Ayah tak ada di singgasananya?"

"Aku tak melihatnya di sana," ucap Taeyong lalu mengedarkan pandangan ke segala arah sejenak, "Apa kau tak tahu kemana ayah pergi?"

"Tidak, aku bukan ajudannyaㅡaduh!" Ten mendelik tajam kearah Taeyong, "Kenapa kau malah memukul kepalaku?!"

"Karena aku menyayangimu, adikku." Ucap Taeyong lalu berenang menjauhi Siren bersurai hitam itu.

Tak ada yang tahu kemana perginya sang ayah. Ia telah bertanya kepada beberapa dayang-dayang juga Ten namun nihil hasil. Disatu sisi ia turut berbahagia, sebab rencananya akan berjalan mulus jika sang ayah memang meninggalkan dunia Surplus sementara. Tapi disisi lain, Taeyong juga khawatir jika saja ayahnya ternyata hanya berenang disekitar tempat tinggal mereka. Akan sangat berbahaya jika ia ketahuan.

Saat sampai didepan singgasana mewah milik sang Ayah, Taeyong menelan ludahnya kasar melihat ramuan yang diletakkan didalam kotak berkaca transparan dan pinggirannya dilapisi rentetan mutiara. Sangat jelas begitu keramat dan berharganya syarat untuk menjadi manusia sementara itu, pikir Taeyong.

Dengan modal nekat, Taeyong berenang mendekati ramuan berharga itu. Ia menoleh sekilas, beberapa Siren tengah berlalu lalang disekitar singgasana namun tak seekor pun yang memperhatikannya.

Ayah, maafkan aku.

Batin Taeyong bergejolak sebelum akhirnya ia membuka kotak dihadapannya lalu mengambil botol ramuan ajaib itu.

"Taeyong!"

Siren mungil itu tersentak mendengar suara yang amat ia kenali menggema. Tanpa menoleh kebelakang Taeyong buru-buru berenang menjauhi singgasana.

"Taeyong! Berhenti kau anak nakal!" Sang pemimpin dunia Surplus berteriak murka lalu mengarahkan anak buahnya untuk mengejar Taeyong.

Beberapa Siren lelaki berbadan kekar pun menunduk patuh sebelum ikut berenang dan mengejar tuan muda mereka sendiri.

"Tuan muda, berhenti!"

Taeyong semakin mempercepat gerakan ekornya ketika mendengar suara beberapa anak buah sang ayah.

Tidak aku harus segera bersembunyi, batinnya.

Mata jeli Taeyong menangkap keberadaan sebuah batu karang besar dunia Surplus. Dengan sigap ia menyelinap diantara celah batuan hitam itu. Tangannya bergetar, botol yang ia pegang masih utuh dan membuat Taeyong sedikit bernafas lega.

S I R E N | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now