19. Nostalgic (향수의)

13.9K 2.6K 585
                                    

"Aku pergi, Jaehyun. Semoga kau tidak terluka karenaku. Jaga dirimu dan teman-teman ku di akuarium mu."

Tak terhitung sudah berapa kali Jaehyun mengulang-ulang rekaman suara Taeyong yang dikirimkan oleh sang supir pribadi sejak mengantarkan si lelaki manis ke Busan tiga hari lalu. Pandangannya seketika kosong saat memikirkan bagaimana keadaan Siren itu. Begitupun dengan dadanya, terasa begitu hampa sejak tak ada tingkah polos Taeyong yang merecoki hari-harinya.

Jaehyun merasa kehilangan separuh jiwanya.

Tapi ia pun tidak ingin egois. Dunianya dan Taeyong berbeda. Jika suatu saat nanti keberadaan sang Siren tercium oleh orang lainㅡselain dirinyaㅡmaka ia pun tidak bisa menjamin jika Taeyong dan mungkin juga teman-temannya di pantai Busan sana dapat hidup dengan aman. Jaehyun tidak ingin manusia-manusia bejat mengintai mereka.

Tanpa sadar air mata Jaehyun terjatuh dari tempatnya bersarang hingga membasahi pipi. Satu hal yang amat ia sesali hingga saat ini, ia sadar jika ucapannya mungkin menyakiti Taeyong. Ia terlalu terkejut dan merasa dibohongi hingga tak mampu mengontrol emosi. Wajah sang Siren ketika memohon dan berkata tak ingin pergi seakan menjadi cambuk yang selalu membuat relung hatinya dilanda rasa perih.

Mendongak ke arah jam dinding pada ruang tengah, Jaehyun kemudian bangkit dari sofa dan berjalan gontai menuju pintu utama. Ketika merindukan Taeyong seperti saat ini, ia perlu ke restoran ayam goreng pedas. Sebab makanan itu mengingatkannya pada tingkah manis nan menggemaskan sang Siren dan sedikit mengobati kerinduannya.

Selama menyetir dalam perjalanan ke restoran, sesekali Jaehyun terjebak lamunan. Pikirannya terbelah pada dua objek. Pertama tentang Taeyong, dan kedua akibat desakan sang Ayah yang sangat ingin agar ia segera kembali ke rumah sakit secepatnya. Bahkan pria paruh baya itu memberinya waktu satu Minggu untuk mempersiapkan diri sebelum memulai operasi pasien pada hari pertamanya bekerja sebagai dokter lagi.

Jaehyun sama sekali belum merasa siap. Terlebih sudah tidak ada Taeyong disisinya yang menjadi sumber semangat juga pemicu ketentraman dalam dadanya.

Tak lama berselang, Jaehyun kemudian sampai pada restoran langganan dimana ia kerap membeli ayam goreng pedas untuk Taeyong saat tak sempat memasak sendiri di apartemen. Ia lantas memarkirkan mobil sebelum berjalan gontai ke dalam tempat yang masih sangat ramai meski jam sudah menunjuk ke angka sepuluh malam.

Namun di tengah-tengah suara pelanggan yang sedang berbincang-bincang dengan teman makannya, Jaehyun sontak menghentikan langkah ketika ia mendengar tawa tak asing. Tawa penyemangat hidupnya. Tawa Taeyong.

Memijat keningnya sejenak, Jaehyun menggeleng pelan seraya memejamkan mata. Apa rasa rindu dapat membuatnya berhalusinasi? Apa ia harus memeriksakan diri karena kejadian yang ia alami saat ini?

Kekhawatiran Jaehyun akan kondisi psikisnya sendiri sontak semakin menjadi-jadi saat ia kembali mendengar tawa Taeyong. Ia kemudian menoleh, mencari sumber suara tadi hingga kedua irisnya menangkap keberadaan sosok lelaki manis yang amat ia rindukan tiga hari belakangan.

Semuanya bukan halusinasi. Sang Siren benar-benar ada di tempat ini.

Namun Taeyong tidak sendiri. Siren itu terlihat sedang menikmati ayam goreng pedas sembari bercakap-cakap dan tertawa lepas dengan sepupunya, Kim Junmyeon. Bagaimana bisa mereka bertemu hingga sedekat itu? Pikirnya.

Buru-buru Jaehyun menyeret langkah menuju meja dimana Taeyong dan Junmyeon berada. Nampak raut terkejut di wajah sang sepupu saat menyadari keberadaannya. Taeyong yang semula sibuk melahap makanan kesukaannya sembari memerhatikan Junmyeon pun memalingkan wajah ke arah Jaehyun. Di detik berikutnya, paha ayam goreng pedas yang Taeyong genggam sontak terjatuh di atas meja ketika netranya bertemu dengan milik si dokter muda.

S I R E N | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now