13. Match (성냥한 개비)

15.6K 3K 1.1K
                                    

"Jaehyun, kau tidak lama kan?"


Mata rusa Taeyong yang berbinar sendu membuat Jaehyun sedikit tidak rela meninggalkan lelaki itu di apartemen. Namun, hari ini sang Ayah akan berkunjung ke panti asuhan, jika Tuan Jung mencurigai Taeyong, masalah besar akan menimpa mereka.

Pria paruh baya itu selalu mengontrol pertemanan Jaehyun. Jika ia mengetahui asal usul Taeyong yang tidak jelas, maka bukan sebuah hal mustahil untuknya memisahkan sang anak dengan lelaki manis itu.

Dan Jaehyun tidak ingin kehilangan Taeyong, penyemangat hidupnya.

"Iya, aku akan pulang sebelum jam makan malam."

Jaehyun meraih tangan Taeyong, mengaitkan kelingking mereka lalu berucap. "Janji."

"Apa kau akan membawa ayam goreng pedas?" Tanya si lelaki manis.

"Hm, aku akan membelinya untukmu." Jaehyun tersenyum tipis. "Jadi tunggu aku pulang ya?"

"Tidak lama kan?"

"Iya," Jaehyun menarik lengan lelaki dihadapannya, membawanya ke depan kulkas sebelum membuka pintu lemari pendingin itu. "Ini, kau bisa memakan semuanya saat aku belum kembali."

Mata Taeyong berbinar, dihadapannya terpampang berbagai macam buah dan makanan manusia yang menurutnya sangat lezat. Meski tak ada yang menandingi rasa ayam goreng pedas buatan Jaehyun, namun ia pun sangat menyukai semua makanan pemberian pria itu.

"Kau juga bisa menonton televisi sambil memakan cookies," si dokter muda memegangi bahu Taeyong agar lelaki itu menatapnya. "Ingat jangan kemana-mana. Oke?"

Mengangguk paham dengan senyum tipisnya, lengkungan kedua ujung bibir Taeyong meredup saat Jaehyun perlahan menjauhi dapur. Lelaki itu nampak buru-buru, bahkan ia melupakan kebiasaannya untuk mengusap surai hitam Siren itu.

Taeyong berlari ke ruang utama, mengikuti Jaehyun yang kini tengah berjongkok dan memasang sepatunya didepan pintu.

"Jaehyun."

"Iya?" Jaehyun menoleh kebelakang, kembali mengulas senyum tipis melihat Taeyong berdiri tak jauh darinya. "Kenapa?"

"Hati-hati," ucap Taeyong lirih.

Bangkit dari posisinya, Jaehyun tidak bisa menahan hasrat untuk tak memeluk lelaki manis itu. Mendekap Taeyong membuatnya merasa tenang meski sang Ayah telah memperingatkannya untuk datang secepat mungkin.

"Aku pergi," Jaehyun menunduk, memandangi wajah Taeyong lalu tersenyum tipis. "Sampai jumpa, Taeyong."

"Sampai jumpa, Jaehyun." Taeyong ikut melambaikan tangan saat dokter muda itu melakukan hal yang sama sebelum keluar dari apartemen.

Kini hanya tersisa dirinya seorang di hunian luas itu. Taeyong merasa hampa tanpa Jaehyun disisinya. Terlalu bergantung pada manusia ternyata membawa efek pada sesuatu didalam rongga dadanya. Taeyong sendiri pun tidak mengerti mengapa ia begitu menyayangi si lelaki berlesung pipi. Melihat raut wajah kecemasan dan ketakutan Jaehyun membuatnya ingin terus berada disamping sosok itu.

Menghela napas panjang, sang Siren pun melangkah riang menuju kamar mandi. Kebiasaannya ketika Jaehyun sedang pergi adalah berendam dalam bak sembari bermain dengan bebek kuning kecil pemberian si lelaki berlesung pipi.

Sementara Taeyong sibuk menyegarkan dirinya didalam air, Jaehyun yang berada dalam perjalanan menuju panti asuhan justru merasa gugup. Firasatnya berkata jika ada suatu hal penting yang ingin diucapkan oleh Ayahnya.

Sesampainya di halaman panti, Jaehyun merapikan kemejanya sejenak sebelum bergegas menuju aula dimana Tuan Jung dan beberapa koleganya telah menunggu. Hari ini si pemegang saham terbesar rumah sakit Yongsae juga melakukan kegiatan amal dengan membagikan hadiah kepada anak-anak yatim berupa pakaian juga makanan dan buku-buku pelajaran.

S I R E N | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang