06. Odd (이상한)

18.3K 3.6K 757
                                    

Sudah hampir dua jam Taeyong terkurung didalam penjara Surplus. Ia telah kehabisan akal dan tak tahu kapan sang Ayah akan membebaskannya. Ten juga telah pergi entah kemana, ia benar-benar ingin murka. Setelah bebas nanti Taeyong akan mendiami saudaranya itu untuk beberapa hari, pikirnya.

"Tae!"

Suara lengking Ten menggema, membuat Taeyong yang tengah terduduk di atas batuan penjara Surplus menoleh dan menatap saudaranya itu datar, "Kenapa?" Tanyanya.

Ten mendekati jeruji besi itu, menatap Taeyong dalam lalu mengulurkan tangannya pada Siren beriris kelam itu.

"Ten..."

Taeyong kehabisan kata-kata.

"Aku melakukan ini karena yakin kau akan kembali," ujar Ten lalu menunduk dalam, "Tolong jangan ingkar janji."

Taeyong mengangguk cepat lalu tersenyum sumringah, "Terima kasih, Ten. Terima kasih." Ia menoleh ke arah lain dan memeriksa kemungkinan anak buah sang ayah tengah mengawasi, "Pergilah Ten, kau akan mendapat masalah jika Ayah mendapatimu disini."

"Kau akan pergi sekarang?"

Mendengar nada lirih Ten membuat batin Taeyong kembali berkecamuk. Disatu sisi hanya selangkah lagi ia akan mewujudkan keinginannya selama ini, tapi disisi lain bayangan untuk meninggalkan Ten sementara waktu membuat dadanya ngilu.

"Iya, aku harus pergi Ten." Jawab Taeyong lalu menggenggam jemari sang adik, "Aku janji akan segera kembali. Semakin cepat aku pergi, maka semakin cepat pula kita akan bertemu lagi."

"Jaga dirimu baik-baik," Ten tak kuasa menahan tangisnya, "Aku tak ingin sendiri disini."

"Sudah, sudah. Jangan menangis."

Taeyong mengusap surai hitam adiknya lalu mengangguk pelan, menginstruksikan kepada Ten agar segera menjauhi penjara Surplus. Melihat hal itu membuat Ten mau tak mau mematuhi perintah kakaknya. Meski ia masih tak rela jika harus berpisah dengan Taeyong, tapi Ten juga tak ingin melihat saudaranya itu tersiksa karena tak dapat mewujudkan satu keinginannya.

"Sampai jumpa, Taeyong." Bisik Ten sebelum berenang menjauhi penjara surplus.

Melihat Ten telah hilang dari pandangan, Taeyong menunduk dan menatap botol ramuan yang berada di tangannya.

Tidak, Ten sama sekali tidak mencuri botol ramuan sang Ayah. Namun, saat Taeyong bersembunyi dibalik karang tadi, ia memang telah menyiapkan botol serupa untuk jaga-jaga, lalu menukarnya ketika pengawal menemukannya.

Ten tahu Taeyong adalah Siren yang cerdik, tapi ia benar-benar tak habis pikir ketika kakaknya itu berbisik dan memberitahunya jika ramuan yang asli berada di celah karang. Awalnya Ten tak ingin mengindahkan pertanyaan Siren berwajah rupawan itu, namun melihat wajah murung Taeyong di penjara membuat hati Ten tergerak untuk mengambil botol ramuan asli dan membawanya pada sang kakak.

Taeyong membuka tutup botol ramuan itu, dengan tangan bergetar ia mengarahkan wadah berisi cairan ajaib ke mulutnya. Perlahan Taeyong menenggak ramuan itu sembari memejamkan mata. Beberapa detik berlalu, namun tak ada efek yang dirasakan Siren itu.

"Apa ramuannya sudah tidak berfungsi?" Gumam Taeyong sembari memerhatikan botol ramuan ditangannya.

Namun, setelah mengucapkan kalimat itu tiba-tiba dada Taeyong terasa sesak, ekornya terasa panas, bahkan setengah tubuhnya yang berwujud manusia terasa kebas. Taeyong panik, bagaimana jika ramuan yang ia minum justru adalah racun? Pikirnya.

Kabut putih perlahan mengepul disekitar tubuh Taeyong, bersamaan dengan itu nafas sang Siren seolah telah habis. Tak lama berselang terdengar ledakan yang amat besar.

S I R E N | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now