21. Canada (개나다)

13.2K 2.4K 324
                                    

Jaehyun melangkahkan kakinya menuju kamar Taeyong. Sebab sudah jam delapan pagi namun belum ada tanda-tanda jika sang Siren telah terjaga. Padahal, ia berencana mengajak Taeyong ke rumahnya dalam kurun waktu kurang dari dua jam lagi. Tepatnya jam sepuluh nanti.

"Taeyong?" Ia memanggil nama lelaki manis itu saat membuka pintu.

Seketika Jaehyun dibuat heran sekaligus khawatir. Biasanya Taeyong selalu bangun lebih awal. Menunggu di ruang tengah dengan menonton kartun pagi kesukaannya atau terduduk pada meja makan guna menantinya memasak ayam goreng pedas. Tapi kini, pujaan hatinya itu justru masih terlelap dibawah selimut.

Apa Taeyong sakit? Pikirnya.

Menghampiri sang Siren, Jaehyun lantas duduk di tepi tempat tidur. Mengusap surai hitam yang menutupi sebagian mata Taeyong lalu berucap, "Taeyong, sudah pagi."

Meski tengah melawan rasa khawatir, sang dokter muda tidak bisa menahan rasa gemasnya kala Taeyong merentangkan kedua tangannya keatas sembari menguap. Selang beberapa detik kemudian si lelaki bermata besar mengedipkan mata berkali-kali seraya mengerucutkan bibir.

Jaehyun tersenyum lalu membungkuk, mendaratkan kecupan singkat pada kening sosok yang sudah ia anggap sebagai kekasihnya. Sebab meskipun ia belum pernah meminta secara resmi kepada Taeyong untuk menjadi sosok kekasih, namun mereka sudah mengetahui perasaan satu sama lain. Saling mencintai.

Lagipula apa pentingnya sebuah status jika mereka bahkan sudah hidup bahagia bersama dalam sebuah apartemen?

"Apa kau merasa tidak sehat hari ini?" Tanya Jaehyun khawatir, "Tumben sekali kau terlambat bangun."

Dokter muda itu kemudian menautkan kedua alisnya saat menyadari jika kantung mata Taeyong begitu besar dan menghitam, "Apa kau tidak bisa tidur semalam?" Tambahnya, "Kenapa kau tidak membangunkan ku?" Seketika ia merasa menyesal tak tidur bersama sang Siren.

Taeyong menggeleng, "Bukan begitu."

"Lalu?"

"Aku menonton drama," jawab Taeyong, "Hari ini kita harus bermain drama dihadapan Ayahmu, Jaehyun. Aku harus banyak belajar dan berlatih."

"Apa?" Jaehyun menjatuhkan rahangnya lalu berdecak. Ibu jarinya kemudian bergerak, mengusap pipi kanan Taeyong, "Kau menonton drama sampai jam berapa, hm?"

"Jam tiga pagi."

Taeyong terkekeh geli melihat Jaehyun kembali memasang tampang terkejut. Kedua iris kecoklatan doker muda itu melebar seperti bola dengan mulutnya yang menganga.

"Jaehyun! Jaehyun! apa kau ingin tahu apa yang ku pelajari semalam?" Tanya Taeyong antusias seraya memeluk leher si lelaki berlesung pipi. Membuat Jaehyun refleks beralih mengungkung tubuh ramping sang Siren sembari menahan berat badannya sendiri.

"Apa lagi yang kau pelajari, hm?"

"Aku menghapal kalimat romantis yang diucapkan pemain drama pada kekasihnya," Taeyong tersenyum malu-malu. Semburat merah jambu pun turut menghiasi pipinya yang memanas.

Jaehyun lantas ikut tersenyum. Mengecup rahang Taeyong sejenak lalu berkata, "Coba beritahu aku kalimat romantis apa yang kau hapal itu."

Jemari Taeyong tergerak. Membingkai pipi tirus Jaehyun lalu membelainya dengan ibu jari seraya tersenyum.

"Saat aku hilang ingatan, saat kenangan tentangmu telah terhapus, aku tetap jatuh cinta padamu lagi. Jadi apabila kau khawatir di masa depan nanti aku hilang ingatan lagi, aku akan menemukanmu, dan aku akan jatuh cinta padamu lagi."

Lelaki manis itu tersenyum tipis, "Kalimatnya sangat indah kan, Jaehyun?"

Jaehyun tidak menjawab. Ia justru tenggelam dalam manik legam Taeyong yang seakan berbicara dan memberinya sebuah kata kunci tersirat. Perpisahan.

S I R E N | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now