27. Willing (자발적인) ㅡ END

27.1K 3K 2.1K
                                    

"Taeyong, sadarlah!"

Pekikan nyaring menembus gendang telinga sang Siren. Bersamaan dengan guncangan pada badannya yang seketika membuat ia melebarkan mata. Napasnya memburu. Rasa nyeri lantas menghujam seluruh persendian tubuh. Pun sensasi panas menjalar dibagian kaki manusianya yang masih utuh.

Hal pertama yang kemudian bisa Taeyong lihat adalah langit-langit berwarna putih tulang. Ketika menolehkan kepala, ia lantas menautkan alis kala mendapati Jinyoung tengah terduduk di sebelahnya seraya memandanginya dengan raut sendu.

"Aku ada dimana?" Taeyong mendengus pelan, rasa sesak di bagian dadanya membuat ia kesulitan bernapas seperti biasa. Mau tak mau ia harus memberi jeda pada ucapannya untuk beberapa saat sebelum kembali bertanya, "Kenapa aku bisa bersama mu?"

"Kau ada di kamarku," jawab lelaki yang lebih tua, "Aku yang membawamu kesini."

"Aku harus pergi," Taeyong berkata dan hendak bangkit dari posisinya. Namun sebelum hal itu terjadi, Jinyoung buru-buru menahannya agar tetap berbaring terlentang.

"Kondisi tubuhmu masih sangat lemah, Taeyong." Kata Jinyoung.

Taeyong mendesis pelan. Potongan-potongan memori dimana ia melihat Junmyeon menodongnya dengan senjata api lantas menghampiri.

"Tapi aku harus bertemu dengan Jaehyun," ucap Taeyong, "Junmyeon... Dia manusia jahat. Dia ingin melukai Jaehyun."

Jinyoung terdiam untuk beberapa saat. Mengamati wajah kebingungan Taeyong yang jelas-jelas belum mengingat semua hal yang telah terjadi beberapa jam silam.

"Pria bernama Junmyeon itu telah meninggal dunia," ucap lelaki bersorot mata tajam yang terduduk pada kursi di samping tempat tidur; dimana Taeyong tengah terbaring lemah.

"Apa?"

"Ya," Jinyoung menghela napas, "Kau menggunakan suara Siren mu untuk menghipnotisnya hingga dia menembak kepalanya sendiri."

Manik legam Taeyong tak berkedip selama kurang lebih lima detik. Otaknya pun berusaha mencerna kalimat yang baru saja diucapkan Jinyoung padanya. Sebab ia benar-benar masih belum bisa mengingat semua kejadian yang menimpanya saat disekap dalam kamar Junmyeon.

Namun satu hal yang pasti, ingatannya tentang ucapan Junmyeon bahwa dokter itu ingin menghancurkan Jaehyun masih tersimpan rapih dalam memorinya.

"Lalu dimana Jaehyun? Apa Jaehyun tidak datang untuk menjemputku?" Raut penuh harap tercetak jelas pada wajah rupawan sang Siren.

"Jaehyun ada di rumah sakit," jawab Jinyoung lalu menjatuhkan pundaknya lesu, "Dia sedang kritis."

Mendengar penuturan Jinyoung membuat Taeyong merasa dihempaskan begitu saja dari langit ke tujuh. Ia sudah cukup tahu makna dari istilah kritis dalam drama dengan tema kedokteran. Dimana artinya kondisi sang pujaan hati saat ini sedang tidak baik-baik saja. Bahkan terbilang parah.

"Apa yang terjadi dengan Jaehyun? Kenapaㅡ"

Sebelum sang Siren melanjutkan ucapannya, lelaki yang lebih tua kembali angkat bicara, "Dia datang untuk menolongmu di rumah Junmyeon, lalu kau mendorongnya dengan kekuatanmu saat tubuhmu kehilangan kendali," Ia dengan berat hati harus mengutarakan kenyataan pahit yang belum diingat oleh Taeyong sama sekali.

"Kondisinya sangat parah," sambung Jinyoung, "Cukup sulit menyembuhkannya hanya dengan bantuan manusia biasa."

"Aku harus pergi, Jinyoung. Jaehyun tidak boleh mati! Biar aku saja yang mati!"

Taeyong berusaha keras untuk bangkit namun percobaannya kembali gagal. Bukan hanya karena Jinyoung lagi-lagi menahan tubuhnya, namun rasa nyeri seketika menghujam seluruh persendiannya. Seperti saat ia baru siuman tadi.

S I R E N | Jaeyong ✓Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon