24. Lotte World (롯데월드)

11.4K 2.1K 158
                                    

Di seberang jalan yang tak jauh dari restoran Ayam milik Park Jinyoung, si lelaki berlesung pipi lantas menghentikan laju mobilnya. Ia kemudian merogoh saku celana, menekan sebuah kontak yang kiranya dapat membantu sebelum menekan opsi dial.

Sembari menunggu sosok itu menjawab panggilannya, Jaehyun kembali menggulirkan mata ke arah Taeyong. Dadanya berdenyut perih melihat sang pujaan hati berjongkok di depan restoran ayam, menenggelamkan wajah pada lipatan lengan di atas lutut seraya menangis tersedu-sedu.

Tanpa sadar air matanya ikut menetes. Lagi-lagi ia harus membuat Taeyong menangis karena kontrol emosional nya diluar kendali.

Sejak sang Ibu tiri menghubunginya beberapa saat lalu, menjelaskan bahwa sang Ayah tiba-tiba tak sadarkan diri setelah meminum obat, juga permintaan bahkan bisa dibilang paksaan dari wanita itu agar ia segera kembali ke rumah sakit membuat pikiran Jaehyun kalut. Ketakutannya untuk kembali ke rumah sakit milik sang Ayah justru kembali menjemput. Bayangan-bayangan dimana ia dituduh sebagai pembunuh kembali berputar di kepalanya.

Taeyong pun lantas menjadi korban atas trauma yang ia rasakan. Ia telah melukai perasaan pujaan hatinya sendiri.

Mungkin memang benar kata Taeyong, mereka tidak perlu menikah. Sebab kini ia sadar jika ketakutannya justru belum bisa ia sembuhkan. Dan ia tidak ingin menyakiti sang Siren terus-menerus di sisa waktunya dalam dunia manusia.

Maafkan aku, Taeyong.

Maafkan aku.

Aku memang tidak pantas untukmu.

Aku terlalu buruk untuk menjadi suamimu.

"Halo, Tuan Muda?"

Gejolak dalam batin Jaehyun seketika sirna ketika mendengar suara pria paruh baya menggema pada ponselnya. Buru-buru ia mengusap kasar air mata lalu berkata, "Paman Kang, apa kau masih di rumah sakit?" Sebab ia sudah bisa menebak jika sosok itu lah yang membawa Ayah juga Ibu tirinya ke tempat itu.

"Iya, Tuan Muda. Aku masih berada di rumah sakit," katanya, "Apa anda tidak ingin kemari?"

"Aku akan kesana, Paman." Jaehyun menyipitkan mata kala melihat Taeyong berjalan masuk ke restoran Ayam milik Park Jinyoung. Ia kemudian melanjutkan ucapannya pada si pria paruh baya, "Tapi boleh kah aku meminta pertolongan mu?"

"Tentu, Tuan Muda. Apa yang bisa kulakukan untuk anda?"

"Apa kau masih mengingat pria bernama Taeyong?"

"Ah, apakah dia pria yang pernah ku antar ke Busan, Tuan Muda?"

"Benar, Paman." Jaehyun menghela napas pelan, "Bisakah kau datang ke Itaewon sekarang? Aku akan mengirim alamatnya dan menunggumu disini. Setelah itu kau hanya perlu mengawasi kemana Taeyong pergi saat aku ke rumah sakit."

"Baik, Tuan Muda. Aku segera kesana."

Jaehyun bergumam sebelum memutus sambungan teleponnya, kembali menoleh ke arah restoran dengan sedikit rasa penasaran. Apa yang Taeyong lakukan disana? Pikirnya. Jujur saja ia takut jika Jinyoung berbuat macam-macam.

Pria itu dari kalangan dunia gelap. Pria itu bisa saja melukai pujaan hatinya. Ia pun tidak tahu apa Taeyong bisa mengatasi hal itu atau justru sebaliknya.

Dada Jaehyun seketika bergemuruh. Ia hanya bisa berharap semoga Paman Kang, supir pribadi Ayahnya segera datang.

Dibalik pikiran Jaehyun yang telah melanglang buana kemana-mana, si lelaki manis yang tengah ia khawatirkan nyatanya justru sedang memasang puppy eyes dihadapan Jinyoung. Pemilik restoran ayam itu memandangi sang Siren dengan tampang datar. Lebih datar dari kentang yang telah ia potong tipis.

S I R E N | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now