23. Chaos (혼돈)

11.1K 2.2K 289
                                    

Taeyong terdiam. Matanya tak berkedip sekali pun ketika mendengar penuturan lelaki tampan namun menyeramkan di hadapannya. Jinyoung bahkan tahu jika ia seorang Siren. Seketika ia teringat dengan cerita sang Ayah padanya juga saudara-saudaranya, bahwa manusia itu adalah makhluk yang jahat.

Mungkinkah Jinyoung termasuk ke dalam salah satunya?

"Tidak, aku bukan Siren." Jawab Taeyong, "Aku tidak tahu apa itu Siren," Ia mencoba mengelak dengan raut wajah setenang mungkin.

"Menutup kebenaran itu di hadapanku tidak ada artinya, Taeyong. Aku tahu bagaimana wujud mu yang sesungguhnya," Jinyoung tertawa kecil.

Binar mata rusa Taeyong yang semula begitu polos nan lugu lantas lenyap. Berganti menjadi kelam layaknya langit malam tanpa bintang. Kedua tangannya mengepal di samping paha, rahang tegasnya pun mengeras bersamaan dengan emosinya yang diam-diam meluap.

Jika ia harus menggunakan kekuatannya untuk melawan manusiaㅡyang entah memiliki kemampuan apaㅡdihadapannya ini, meskipun harus berakhir menyiksa diri sendiri, Taeyong sangat rela. Bisa jadi Jinyoung tidak hanya mengincarnya, namun juga akan melukai Jaehyun, kekasih sekaligus calon suaminya.

Bangkit dari posisinya, tangan kanan Taeyong seketika mencekik erat leher Jinyoung. Hendak mengerahkan seluruh kekuatannya, namun pria tampan dihadapannya itu justru bergumam, "Jangan membuang-buang kemampuanmu hanya untuk melawanku," ia menyeringai. "Aku juga bisa membuatmu mati jika aku mau."

Jinyoung mencengkeram pergelangan tangan Taeyong, menginstruksikan agar Siren itu melepas tautan jemari dari lehernya. Namun si lelaki manis jelas-jelas enggan.

"Hanya orang bodoh yang akan melepaskan musuhnya," gumam Taeyong, semakin mengeratkan cekikannya pada leher Jinyoung.

"Aku bukan musuhmu," jawab Jinyoung.

Kekuatan Taeyong tidak main-main. Ia mulai merasa napasnya tertahan di tenggorokan. Dadanya pun mulai kembang-kempis tak karuan.

"Tak ada musuh yang mau mengaku."

"Kubilang jangan menggunakan kekuatanmu, atau kau akan menyesalinya." Gumam Jinyoung, "Aku juga pernah menjadi Siren, sama sepertimu."

"Kau pikir aku akan percaya?"

Taeyong hendak mengangkat tubuh Jinyoung dari sofa dengan satu tangannya. Namun sebelum niatnya itu dapat terlaksana, tubuhnya seketika menegang ketika pria tampan itu berucap, "Simpan energi dan kekuatanmu. Jika kau terlalu sering menggunakannya di dunia manusia, maka waktumu untuk bertahan disini pun akan semakin berkurang."

Cekikan Taeyong pada leher Jinyoung melemah. Ia tidak ingin pergi secepatnya. Ia belum menikah dengan Jaehyun, pujaan hatinya. Tapi apakah pria dihadapannya ini dapat dipercaya? Pikirnya.

"Simbol trisula di bahumu sudah perlahan pudar," kata Jinyoung lagi. "Jika kau masih belum siap untuk kembali ke pantai, jangan pernah menggunakan kekuatanmu lagi."

Pria bertampang dingin itu kemudian menunjuk sofaㅡdimana Taeyong terduduk beberapa saat laluㅡdengan dagu, "Kembali kah ke tempat dudukmu. Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu."

Taeyong masih waspada, namun ia lantas menurut. Mendaratkan bokong pada sofa tanpa melepas pandangannya dari si manusia yang mengaku pernah menjadi Siren. Dan baginya, itu sedikit tidak masuk akal.

Tanpa membuang lebih banyak waktu, Jinyoung pun bertanya, "Kenapa kau ada di sini? Dan darimana kau bertemu dengan Jung Jaehyun?"

Sang Siren tidak menjawab. Ia takut mengambil langkah yang mungkin akan membuat lelaki dihadapannya ini mengetahui kelemahannya. Ia harus menganggap siapapunㅡselain Jaehyunㅡsebagai musuh. Jika tidak, maka keberadaannya semakin terancam.

S I R E N | Jaeyong ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora