10. Thunderbolt (번개)

17.1K 3.2K 255
                                    

Jaehyun menata meja dengan makanan yang telah ia buat. Setelah sore tadi ia berbelanja di supermarket lalu pulang dan memasak sendiri, tak terasa semua pekerjaannya didapur dapat selesai tepat pada jam tujuh malam.

Kesehatan Taeyong sepertinya masih terganggu, pikir Jaehyun. Terbukti sejak sampai dari Busan tadi, pria itu tak pernah keluar dari kamarnya. Saat Jaehyun hendak mengajak Taeyong ke supermarket pun, ia mengurungkan niat ketika melihat pria bermata besar itu tertidur dengan pulas.

Merasa sudah selesai dengan tatanan meja, Jaehyun pun berjalan menuju kamar Taeyong. Mengetuk pintu pelan, dokter muda itu berucap, "Kau sudah bangun, Tae?"

Tak ada jawab dari Taeyong.

Jaehyun memutar kenop pintu kamar pelan, mencondongkan sedikit kepalanya guna melihat apa yang sedang dilakukan oleh pria itu. Namun, mata Jaehyun terbelalak saat melihat tempat tidur Taeyong kosong.

"Tae? Taeyong?!" Panggilnya lalu berjalan ke arah pintu berkaca bening yang digunakan menuju balkon kamar. Namun saat menyibak tirai panjang pintu itu, Jaehyun tak mendapati Taeyong disana.

Sangat jelas raut khawatir diwajah Jaehyun, ia menoleh kearah kamar mandi. Diam-diam dokter muda itu merapalkan doa dalam hati, semoga Taeyong ada di sana.

Tok!
Tok!

"Tae?" Panggil Jaehyun setelah mengetuk pintu, "Apa kau ada didalam?" Tanyanya namun tak kunjung mendapat jawaban dari siapapun di dalam kamar mandi.

"Taeyong-ah?" Panggilnya sekali lagi namun nihil hasil.

Tangan Jaehyun tergerak, ia memegangi gagang pintu berwarna putih itu lalu menyitanya pelan,

Tidak terkunci, batinnya.

Degupan jantung Jaehyun semakin menggila, tak mungkin kan Taeyong mandi tanpa mengunci pintu ini? Pikirnya.

Menetralkan nafas, pria berlesung pipi itu mendorong pelan pintu kamar mandi. Ia telah siap menerima kenyataan kalau saja Taeyong pergi. Tapi dimana lagi ia harus mencari? Taeyong bahkan tak punya tempat tujuan di kota ini, pikirnya.

Ting!

Pergerakan Jaehyun terhenti ketika dentingan ponsel pada sakunya memekikkan telinga. Ia mengurungkan niat untuk membuka pintu kamar mandi, beralih merogoh ponsel dari saku celananya dan melihat nama sang ayah tertera di sana.

Sedangkan didalam kamar mandi, Taeyong tengah melenguh sembari merentangkan tangannya keatas. Siren itu menguap lebar lalu membuka matanya perlahan.

"Eoh? Apa aku ketiduran?" Gumamnya lalu menatap ekornya yang berwarna biru bak samudera.

Sejak bangun tidur sore tadi, Taeyong masih merasa lemas karena kekuatannya telah ia gunakan untuk menghilangkan ingatan Jaehyun dan Paman Kyung tentangnya. Ia hanya butuh air, dan dewa dunia Surplus sepertinya berpihak pada Taeyong.

Saat membuka pintu didalam kamar itu, Taeyong dikejutkan dengan kolam kecil yang terisi penuh dengan air. Berbeda dengan yang di pantai, air pada kolam kecil memanjang berwarna putih itu sangat wangi hingga membuatnya semakin tergoda untuk berendam.

Tapi, Taeyong benar-benar tidak sadar jika ia bisa ketiduran didalam kolam kecil wangi itu.

Menggerak-gerakkan ekornya, Taeyong tertawa pelan. Namun, senyumnya menghilang ketika mengingat Ten yang mungkin tengah menunggunya di kerajaan Surplus.

"Baiklah, Appa." Jawab Jaehyun lalu memutus sambungan telepon.

Pria berlesung pipi itu memijat keningnya sejenak, ia sudah cukup pusing karena tak mendapati Taeyong dikamar. Lalu sang Ayah dengan sikap otoriternya menyuruh ia untuk pulang ke rumah sebelum jam dua belas malam.

S I R E N | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now