F-27

1.6K 266 33
                                    

Kemana kita setelah ini selesai?

•••

Libur semester pertama sudah dimulai. Dengan agak memaksa, Arif tidak menyarankan anak-anak di kelas F untuk pergi liburan ke mana pun karena pelaksanaan ujian praktek olahraga semakin dekat. Dan latihan adalah sebuah kewajiban. Namun tentu, mereka tidak akan sepenuhnya mendengarkan.

“Omongan presiden aja dianggap angin sepoy-sepoy, apalagi omongan lo, nyet.” ledek Ryan, yang dibalas delikan tajam dari Arif.

Kami latihan setiap hari sejak hari libur pertama. Ibu Arif adalah yang paling antusias kedatangan banyak tamu. Makanan enak selalu jadi incaran anak-anak yang ikut bergabung latihan. Wanita itu benar-benar tidak menganggap pengeluaran sebanyak itu adalah kerugian. Entah keluarga Arif memang loyal atau duitnya terlalu banyak, aku tidak mengerti.

Selama seminggu ini, formasi tidak pernah lengkap. Kadang hari ini ikut, besoknya tidak. Atau yang hari ini tidak ikut, besoknya tidak. Yang absen biasanya memberikan alasan berbeda-beda. Super kreatif.

Namun Arif menanganinya dengan ide lain. Setiap latihan, supir pribadi dan asisten rumah tangga di rumahnya merangkap jadi seksi dokumentasi. Jika ada gerakan atau informasi baru, video itu akan dikirimkan ke orang yang tidak ikut latihan.

Semua orang selalu hadir minimal sekali selama seeminggu ini. Namun Alana, ujung lancip gambar eyelinernya saja tidak pernah kelihatan. Video yang Arif kirim tidak pernah berubah statusnya menjadi centang dua biru. Bahkan status online terakhirnya di hari setelah pembagian raport. Setelah memberanikan diri membuka laman sosial medianya, ternyata dia berada di Australia. Menikmati liburan dengan salju dan Kin ㅡorang yang tak kuduga menjadi teman liburannya.

Fakta ini sempat menimbulkan perasaan yang membuatku bingung. Lucu sekali kalau selama ini mereka masih berhubungan baik, sementara aku dengan mereka tidak cukup untuk dikategorikan ‘masih berhubungan baik’. Mereka bersikap seolah akulah yang bersalah, sementara aku bahkan tidak mengerti salahku di mana.

Setelah kuhubungi Kin waktu itu, kami tidak pernah saling kontak lagi. Aku dan Alana… ah tidak usah ditanya. Lalu tanpa diduga, sekarang dua mantan sahabatku sedang bersenang-senang berdua. Kurang terasing apa aku.

Ditambah lagi Andre. Anak itu sibuk dengan les inilah les itulah. Dia hanya online pagi, menghilang, online lagi setelah lewat jam 9 malam. Sosial medianya kadang hanya diisi snapgram di tempat les, atau buku berisi rumus, pulpen, dan kadang muka lusuhnya yang masih keren.

Adik tiriku juga ada di rumah. Seminggu pertama libur, terhitung empat kali dia mengundang teman-teman selebgramnya ke rumah. Setiap aku pulang dari rumah Arif sore, mereka masih di sana. Menyambutku dengan senyum sok sopan, dan kubalas dengan anggukan singkat.

Saat makan malam, istri papa pernah bertanya ‘kamu gak ajak temen-temen kamu ke rumah?’. Lalu kujawab saja, papa tidak akan suka kalau aku mengundang anak-anak cowok ke sini.

Sempat terlintas untuk mengajak Gevi ke rumahku, biar impas. Tapi kuurungkan niat itu. Kapan-kapan saja deh. Lagipula, rumah Arif jauh lebih nyaman dan hangat. Melihat interaksi Arif dengan ibunya membuatku senang, entah kenapa.

Fajar hanya absen satu kali selama sesi latihan. Di hari ke tiga libur, saat aku datang, dia sudah tiduran di gazebo belakang rumah Arif. Katanya malam itu dia menginap. Jangankan Arif, aku saja terkejut. Ada angin apa ini.

Banyak hal yang luput dari pengetahuanku. Anak-anak cowok bisa dekat dengan cara sederhana atau tidak masuk akal sekalipun. Namun dari setiap perubahan kecil yang kulihat dari teman-temanku, akan selalu menimbulkan rasa hangat dan ketenangan tersendiri.

CLASS FWhere stories live. Discover now