18.

12.8K 706 7
                                    

"Van temenin Vanya gih, kasian dia sendirian di gua," kata Naya dengan sibuk memasak.

"Tante Nadin emang kemana?" tanya Mevan yang tengah menghabiskan jus mengkudunya.

"Katanya sih lagi ada urusan," kata Naya dengan nada yakin tidak yakin.

"Yaudah Mevan ke rumah Vanya dulu," ujar Mevan sambil berdiri dari duduknya.

"Tolong kasih ke Vanya Van biar di makan, Vanya mah kan kalo sendirian di rumah berasa kek sebatang kara," jeplak Naya sambil memberikan paper bag berisi kotak makan pada Mevan.

"Mevan pergi yah Mah," pamit Mevan sambil menjinjing paperbag

"Tahun depan jangan lupa pulang yah sayang," ujar Naya dengan nada yang di buat sedih.

"Kelamaan mah, Mevan bakal pulang lebaran onta. Tunggu Mevan pulang Mah, jangan rindu karna yang berat itu bukan rindunya tapi si Dilannya," balas Mevan sambil tertawa karna ucapan absurdnya dengan Naya.

.
.
.

Tanpa mengetuk dan tanpa bersuara Mevan masuk ke rumah Vanya, bagaikan rumah milik sendiri dan tidak tahu malu.

"Anya!" panggil Mevan saat tidak melihat kehidupan di dalam rumah itu.

Mevan pergi kr kamar Vanya, jika jam-jam libur seperti ini Vanya pasti tengah belajar mati di kamarnya, namun saat Mevan membuka pintu kamar Vanya gadis itu tidak ada di kamarnya.

Mevan mengertukan keningnya, kemana Vanya yang sama sekali tidak terlihat ujung kukunya? Jika tengah bersama Rega pasti salah satu diantara mereka akan memberitahunya.

"Anya gua bawa makanan nih," teriak Mevan sambil menelusuri rumah Vanya hingga ke kolong kulkas, mrncari keberadaan Vanya yang selalu ada di tempat-tempat yang aneh. Dan jika Vanya mau gadis itu bisa saja nemplok di atas dinding seperti buaya.

"Anya gua bom yah!"

"Vanya Daviandra!" panggil Mevan yang sudah lelah mencari Vanya hingga ke ujung sungai Amazon.

Mevan memilih meletakan isi dari kotak makannya pada piring, menyiapkan makan siang untuk Vanya, mungkin Vanya saat ini tengah ke warung atau tengah bermain di comberan.

Mevan yang tengah sibuk menyiapkan ini itu tak sengaja ia mendengar suara mesin motor. Dengan cepat Mevan meletakan piring dan berjalan ke luar untuk melihat siapa pemilik suara motor itu.

"Anya!" panggil Mevan dengan raut wajah tak suka saat tau jika Vanya tengah bersama Andra.

Vanya yang tengah mengambil kantung belanjaannya refleks menoleh pada asal suara.

"Loh Van?" Vanya menatap Mevan dengan raut wajah binggung.

"Andra makasih yah," ucap Vanya sambil tersenyum simpul pada Andra yang tidak turun dari motornya.

"Sama-sama, gua balik dulu yah," pamit Andra yang hanya di beri anggukan oleh Vanya.

"Kok bisa masuk?" tanya Vanya sambil berjalan masuk ke dalam rumah.

Mevan mengekor dari belakang, memperhatikan beberapa kantung belanjaan di tangan Vanya, gadis itu pasti kembali membuat dompet seseorang berubah kesepian.

"Rumah lo gak di kunci," jawab Mevan.

"Jalan sama Andra?" tanya Mevan sambil memperhatikan Vanya yang sibuk dengan beberapa cemilan.

"Enggak."

"Terus tadi?"

"Gua tadi ke supermarket dan gak sengaja ketemu sama dia, yaudah sekalian gua minta buat bayarin belanjaan gua aja," Vanya tersenyum geli saat kembali membuat isi dompet Andra lenyap.

𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang