24.

10.4K 579 6
                                    

Sebennarnya apa yang mau gadis di hadapan Vanya ini? Menghalangi jalannya dan berpura-pura baik padanya? Astaga! Jika karna Mevan kenapa harus berpura-pura baik padanya? Bersikap jahat padanya sekalipun Vanya tidak peduli.

"Gua cuman mau berteman dengan lo doang Kak," ucap Lutry sambil mengaduk-aduk teh manis di hadapannya.

"Tapi gua gak mau berteman sama lo," balas Vanya yang benar-benar menyakitkan.

Jika sudah tak suka, Vanya akan tetap tak suka. Sebaik apapun orang yang tidak Vanya suka yah percuma.

"Kak!"

"Lut! Lo suka Mevan? Mending usaha sendiri deh, ogah gua bantuin lo," kata Vanya dengan nada datar.

"Gua bukan mau minta tolong buat di bantuin, gua cuman mau temenan sama lo doang Kak. Dan perihal gua suka sama Kak Mevan? Beberapa hari yang lalu gua emang ada perasaan sama dia, itu beberapa hari yang lalu Kak tapi engga untuk sekarang," jelas Lutry dengan nada yang sedikit meninggi, merasa kesal karna kakak kelasnya itu tetap saja menaruh kebencian padannya.

"Gua beneran mau temenan sama lo Kak, bukan buat nusuk lo dari belakang apalagi khianatin lo demi deket sama Kak Mevan," tambah Lutry dengan raut wajah yang terlihat jujur.

Vanya yang melihat ke dua mata Lutry yang terlihat tidak ada kebohongan sama sekali pun masih membuatnya binggung, ia tak pernah mempunyai teman selain Mevan dan Rega, dan ia tidak ingin memiliki teman lagi dengan alasan tidak ingin di khianati.

"Lagian sekarang gua lagi deket sama cowok kelasan gua kak, gak percaya? Nanti gua kenalin ke lo," kata Lutry yang semakin membuat Vanya binggung.

"Gua pikir-pikir dulu," ucap Vanya yang langsung melangkah pergi, meninggalkan Lutry yang tengah menghela nafas lelah.

Mendekati orang yang pernah di anggap jahat itu ternyata susah, harus benar-benar membuat orang itu percaya dan menganggap jika kita benar-benar serius.

Kali ini Lutry benar-benar ingin berteman dengan Vanya, dirinya yang jahat beberapa hari lalu membuatnya sadar jika apa yang ia lakukan itu salah, memberikan rumor tak benar pada seluruh sekolah hanya demi dekat dengan Mevan itu benar-benar ia sesali. Dan kali ini untuk mengembalikan kepercayaan Vanya dan membuang kebencian Vanya pada Lutry itu sangat lah sulit.

.
.
.

"Tidur napa," ucap Mevan yang merasa kesal dengan keanehan Vanya, saat pulang sekolah tadi Vanya memaksanya untuk langsung pulang tapi sekarang Vanya malah berbaring sambil bengong.

"Ngobrol dulu aja sama lo, mata gua berkata untuk tidur, badan gua berkata untuk tidur, hati dan pikiran gua berkata untuk tidur, tapi gua gak mau karna...." Vanya menghentikan ucapannya, merubah posisinya menjadi duduk dan bersandar pada kepala ranjang.

"Karna?" tanya Mevan yang tiba-tiba merasa penasaran akan kelanjutan ucapan Vanya.

"Gua gak ngantuk hahahaha...." Vanya tertawa keras membuat Mevan seketika menatap Vanya dengan wajah bad mood.

"Garing!" kata Mevan yang langsung turun dari kasur, berjalan keluar dari kamar Vanya.

Vanya menghentikan tawanya namun masih tertawa pelan, merasa bahagia karna telah membuat Mevan penasaran yang berakhir kesal.

"Jailin Rega seru kek nya," gumam Vanya sambil mengambil ponselnya, jarinya menari di atas layar ponsel untuk mencari kontak Rega, setelah ketemu Vanya menempelkam ponselnya di depan jidatnya.

"Rega sayang!" panggil Vanya dengan suara keras, membuat Rega yang baru saja menempelkan ponselnya terlonjat kaget.

"Mattiin gua nyet!" kesal Rega yang hanya di balaa tawa oleh Vanya.

𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt