60.

6.8K 305 28
                                    

Istirahat kali ini bukan di kantin, melainkan di taman belakang, dikarnakan Andra membawa bekal yang cukup banyak.

Dan kali ini mereka seperti tengah piknik bukan istrahat.

"Gak ada puding coklat?" tanya Vanya saat tak menemukan apa yang ia cari.

"Emang gua gak sempet buat," kata Rega sambil meneguk colanya.

Vanya memajukan bibirnya kesal, padahal semalam ia sudah menyuruh pria itu membawakannya puding coklat.

"Jangan cemberut, besok gua bawain lo puding Nya, gua janji," kata Rega yang membuat ke dua bola mata Vanya berbinar.

"Jangan boong yah, boong gua sumpahin kesamber petir!" kata Vanya yang membuat Rega bergidik ngeri.

Rega akan menulis kalimat Besok bawa puding coklat, kalo lupa bakal di azab! Dan bakal ia jadikan wallpaper agar ia selalu ingat.

Membayangaknnya saja Rega takut apalagi jika ia sampai lupa membawa puding, astaga semoga tidak terjadi. Batin Rega.

"Mevan lama amat dah," ucap Vanya yang kembali merasa kesal.

Kekasihnya itu izin untuk ke toilet, tapi sekarang menagapa belum muncul juga? Apa kekasihnya itu tersesat dan tak tahu jalan pulang? Dramatis sekali.

"Astaga!" Vanga terkejut saat dengan tiba-tibanya Rega duduk di sampingnya.

"Rega!" panggil Vanya dengan kesal, namun detik berikutnya ia mengerti mengapa Rega berpindah duduk.

Sebisa mungkin Vanya terlihat tenang saat Mevan datang bersama Renata, padahal rasa cemburu itu sudah mulai hadir lagi.

"Nya gapapa kan kalo Renata ikut gabung?" tanya Mevan.

Mevan meminta izin padanya? Percuma menolak pun, Renata akan ikut gabung dengannya.

Vanya hanya bisa mengangguk, dan sibuk menghabiskan makanan yang masuk ke dalam mulutnya.

"Jangan acuh Nya, gua bawa Renata kesini supaya lo bisa kembali terbiasa sama dia, dulu kan kaliam temen," ujar Mevan yang membuat Vanya berhenti mengunyah.

"Teman? Maksudnya iblis yang menyamar jadi malaikat?" tanya Vanya dengan kening berkerut.

"Anya!" panggil Mevan.

Vanya menghela nafas, menatap Renata yang ternyata tengah memainkan drama, bersikap sebagai gadis dungu hanya untuk di anggap korban eh Mevan.

Bagus sekali ekting Renata saat ini, berekting layaknya sudah berbubah dan menjadi gadis baik, astaga... Vanya tidak akan pernah mau jika harus kembali berteman dengan iblis di hadapannya itu meskipun ia harus berpura-pura!.

"Renata udah berubah Nya, lo gak boleh bersikap kaya gini terus," ujar Mevan yang di anggap angin lalu oleh Vanya.

Vanya memilih menyibukan diri dengan Rega agar tak kembali mengucapkan kalimat-kalimat pedas.

"Ga lo tau gak? Tadi gua nonton berita terus ada berita yang wow," kata Vanya yang kini menatap Rega.

"Berita apa?" tanya Rega, ia mengerti apa yang diinginkan Vanya sekarang.

"Hari ini di perkampungan apaan tuh gua lupa namanya, lagi macet parahhh dan lo tau apa penyebabnya?" Rega menggelengkan kepalanya saat Vanya menatapnya. " Ternyata penyebabnya adalah beberapa warga yang lagi ngebangunin polisi tidur," sambung Vanya dengan raut wajah yang masih serius.

"Pantes," ucap pelan Rega sambil mengusap-usap dadanya, ia tak mungkin membalikan gununung detik ini juga karna cerita Vanya barusan.

"Anya, pulang sekolah gua sama Renata mau ke toko Novel, lo mau ikut?" tanya Mevan yang membuat tatapan Vanya teralihkan.

𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.Where stories live. Discover now