40.

8.8K 438 6
                                    

Setelah kejadiam tempo hari itu membuat Vanya tidak ingin masuk sekolah dengan alasan ingin istirahat, entah istirahat dari apa tapi yang jelas Nadin selaku ibu dari Vanya itu mengiyakan keinginan Vanya yang tidak mau sekolah.

Seharian ini Vanya habiskan di dalam kamar tanpa ada niatan keluar, bahkan sedari pagi Vanya sibuk menonton beberapa film tanpa turun dari kasur, bahkan saat ini pun Vanya belum membersihkan dirinya maupun sekedar ke dapur untuk mengisi perutnya, Vanya terlalu nyaman di kasurnya tanpa kemana-mana dan tanpa ada yang mengganggu.

Ternyata menjadi pemalas itu menyenangkan, pikir Vanya yang tersadar jika kebiasaan malasnya sudah jarang ia lakukan, ia terlalu sibuk dengan Mevan dan Rega, bahkan terlalu sibuk membuat mereka kesal padanya.

Untuk kesekian kalinya Film yang Vanya tonton telah selesai, Vanya berniat untuk kembali memutar Film yang lain, namun seseorang mengetuk pintu kamarnya, mau tidak mau Vanya  beranjak untuk membuka pintu kamarnya yang sengaja ia kunci.

"Belom mandi juga?" orang yang berdiri di hadapan Vanya menatap Vanya dengan raut wajah sedikit kesal.

Vanya tidak menjawab, Vanya malah kembali masuk dan berjalan menuju jendela dan pintu kaca yang masih tertutup tirai sedari pagi.

Vanya membuka tirai yang langsung membuat dirinya seperti seorang Vampir yang takut terkrna cahaya.

"Ini bukan hari libur Nya!" kesal orang itu yang ternyata sudah berada di belakang Vanya.

"Ketemu sama Renata gak Van?" tanya Vanya sambil membuka pintu kaca yang menuju ke balkon.

Orang itu Mevan, yang kini masih mengekor Vanya hingga duduk di samping Vanya.

"Pasti belom makan kan?" Mevan malah balik bertanya.

"Gua males makan," jawab Vanya.

"Makan di luar yuk," ajak Mevan yang sudah berdiri dari duduknya.

"Gua belom mandi," ujar Vanya sambil memperhatikan dirinya yang tidak jauh beda dari gembel.

"Punya pacar kaya gembel juga gak peduli gua," kata Mevan yang sukses membuat Vanya bersemu malu.

"Bisa aja kutil onta!" jeplak Vanya yang di balas tawa oleh Mevan.

"Yuk dugong afrika," Mevan mengulurkan tangannya yang dengan semangat di balas oleh Vanya.

.
.
.

Setelah selesai makan Mevan membawa Vanya ke taman komplek, membiarkan Vanya terjemur oleh matahari, Mevan tidak mau Vanya kembali ke kebiasaanya dulu, pemalas.

Sedari tadi ia bahkan membiarkan Vanya yang terus saja mengerutu karna panas, namun ia bodo maat dan terus duduk dengan matahari yang siang ini sedikit terik.

"Panas Van," rengek Vanya entah untuk kali keberapa.

"Nih minum," Mevan menyodorkan botol akua pada Vanya.

"Ihhh Mevan! Gua itu kepanasan bukan aus!" kesal Vanya sambil mengambil botol dari tangan Mevan dengan sedikit kesal.

Mevan menaikan satu halisnya dengan raut wajah heran, kemudian terkekeh geli dengan tangan mengacak gemas rambut Vanya.

"Ayo main tebak-tebakan!" ajak Mevan sambil membenarkan posisi duduknya menjadi menghadap Vanya.

"Ayo! Tebak-tebak tentang apa?" tanya Vanya.

"Gimana kalo tentang masa depan kita?" Mevan memberikan senyuman bangsatnya pada Vanya, membuat Vanya sukses merasa salah tingkah sendiri.

Astaga, sejak kapan seorang Mevan bisa sereceh ini? Dan sialnya malah membuat ia sukses salah tingkah! Apa tadi pagi Mevan salah makan? Kepentok sesuatu? Atau kerasukan Jin yang ada di taman ini?

"Gimana?" tanya Mevan.

"Masih panas!" balas Vanya yang tidak mau terjebak dalam tebak-tebakan Mevan.

"Bukan itu Nya!" kesal Mevan karna Vanya tidak mengerti dengan maksudnya.

"Lah terus apa dugong!"

"Udah mau pacaran sama gua? Udah selesai pdktnya?"

Vanya terlihat seperti tengah berfikir, namun tak lama Vanya mengganguk cepat.

"Gua udah mau," kata Vanya dengan penuh keyakinan.

Mungkin dengan seperti ini Vanya bisa dengan bebas melarang Mevan agar jangan terlalu dekat dengan gadis lain, bebas memberi tahu Mevan tentang cemburunya ia saat prianya tengah mengobrol atau bersama gadis lain. Bebas egois demi kebaikan hubungan mereka di kedepannya.

Mevan tersenyum senang pada Vanya, kembali mengacak rambut Vanya, namun dengan penuh kasih sayang.

"Berarti udah boleh bilang zeyeng dong," goda Mevan sambil menaik-turunkan ke dua alisnya.

"Apaan sih zeyeng-zeyeng!" Vanya membuang mukanya karna merasa salah tingkah.

"I love you," ucap pelan Mevan tepat di samping telinga Vanya.

Jantung Vanya berdetak lebih cepat, nafasnya terasa terhenti detik iini juga dengan rona merah yang terlihat sangat jelas di ke dua pipi Vanya.

"Ciee pipinya merah, cie Anya salting, cie Anya malu, ci-"

"Sekali lagi ngegoda Anya, Anya tabok pake sendal mau?" ancam Vanya dengan raut wajah kesalanya.

Mevan mengelengkan kepalanya sambil menahan tawa, ternyata Vanya yang tengah salah tingkah dan merasa malu itu terlihat sangat mengengemaskan.

"Gak mau bales ucapan gua gitu?" tanya Mevan.

"Gak mau!" jawab cepat Vanya.

"Yaudah, kalo gitu gua minta jawaban ke cewek lain aja," ujar Mevan sambil pura-pura mencari seseorang.

"I LOVE YOU TOO MEVAN!" teriak Vanya dengan begitu lantang, dadanya naik turun seperti menahan emosi dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Puas lo!" kesal Vanya yang detik berikutnya menangis tanpa isakan.

"Astaga Nya, gua cuman becanda. Mana mungkin gua serius," ucap Mevan dengan cemas saat Vanya membelakanginya.

"Gua minta maaf Nya, gua cuman becanda," Mevan berjongkok di hadapan Vanya, berusaha membujuk Vanya yang terus saja membuang muka.

"Anya..." panggil Mevan dengan pelan.

"Dengan gampangnya lo buat gua bahagia, dan detik berikutnya dengan gampangnya pula lo buat gua nangis," Vanya menyekat air matanya yang terus saja membasahi pipinya. Vanya tidak suka Mevan seperti ini, seakan-akan ia seperti tengah di permainnkan.

Di buat bahagia kemudian di buat sedih. Vanya begitu tidak menyukainnya.

"Maaf Nya... gua ngaku salah dan gua nyesel, gua cuman becanda, engga serius aslii," kata Mevan yang masih terus saja meyakini Vanya.

"Maaf yah," Mevan mengenggam tangan Vanya erat, ia benar-benar menyesal dengan candaan keterlaluannya barusan.

"Maaf," ucap Mevan sambil membawa Vanya kedalam pelukannya, Mevan tau jika saat ini ia telah membuat mood Vanya hancur berantakan, dan ia merasa benar-benar menyesal.

***

Tbc💜

Jangan lupa vote dan komennya:)
See you next time
Tiaraatika4.

𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.Where stories live. Discover now