20.

12.8K 696 21
                                    

Kali ini Vanya benar-benar merasa kesal pada Mevan, ucapan Mevan pun tidak ia dengarkan, ia memilih untuk pura-pura budeg saja.

Namun bodohnya Vanya, ia kesal pada Mevan sampai mendiami Mevan, tapi sekarang ia malah nemplok di kasur Mevan tanpa tahu malunya.

"Ada film azab lo Nya, mau liat gak?" tanya Mevan yang masih membujuk Vanya agar mau berbicara padanya.

"Judulnya, cewek yang mendiami jodohnya pas mati kagak di temenin sama jodohnya," kata Mevan yang malah membuat Vanya langsung bangun dari tidurnya, menatap Mevan dengan raut begitu terkejut.

"Mevan mau nemenin Anya di kuburan kan?" tanya Vanya dengan perasaan was-was, ia tidak mau jika saat mati sendirian berada di kuburan.

"Gak mau," kata Mevan sambil pura-pura sibuk menonton acara azab.

"Mevan!" panggil Vanya sambil turun dari kasur dan duduk di samping Mevan. Menatap kembali Mevan sambil menunjukan wajah mengemaksannya.

Mevan yang tengah menahan tawa karna Vanya mau saja di bodohi olehnya itu langsung menenangkan dirinya, menatap Vanya yang tengah menatapnya itu.

Dengan perasaan gemas Mevan mencubit ke dua pipi Vanya,ia benar-benar merasa binggung pada Vanya yang terlalu percaya dengan ucapan bodohnya itu.

"Iya-iya gua bakal nemenin lo di kuburan, sekalian gua bawa kasur, kulkas, lemari sama TV, kalo perlu gua bawa rumah biar enak nemenin lo nya," kata Mevan yang ternyata malah membuat Vanya merasa senang.

"Jangan lupa bawa AC yah!" kata Vanya begitu semangat, Mevan mengganguk sambil tertawa keras dengan sikap bodoh yang keluar dari diri Vanya itu.

"Yeyyy... sayang Mevan," ucap semangat Vanya sambil memeluk Mevan.

"Sayang gua engga?" Rega memunculkan dirinya di ambang pintu dengan raut wajah yang di buat sebal.

"Engga ah males!" kata Vanya sambil menjulurkan lidahknya pada Rega.

"Gua kutuk jadi ember lo!" ucap Rega dengan kesal.

Vanya yang mendengar itu tertawa, tertawa karna seorang Rega ingin di kangenin olehnya juga, padahal dulu cowok itu ogah-ogah mulu.

***

"PAGI!"

teriakan Vanya tepat di samping telinga membuat Mevan terkejut bukan main, dan bahkan tubuhnya pun hampir tejatuh ke bawah jika ia tak menahan dirinya.

"Anya!" panggil Mevan dengan penuh rasa kesal, kesal karna telah menganggu tidurnya sepagi ini, kesal karna telah membuat telingannya hampir tuli, kesal karna telah membuatnya terkejut dan hampir jatuh.

"Apa sayang?" tanya Vanya dengan raut wajah tanpa dosanya, duduk di samping Mevan dengan seragam yang telah melekat di tubuhnya.

"Sayang-sayang kepalanya Rega berubah bentuk!" ucap Mevan yang mood paginya berubah buruk.

"Buruan mandi, gua tunggu di bawah buat sarapan," kata Vanya yang langsung turun dari kasur dan berlalu pergi.

Mevan mengusap wajahnya kesal, melirik ke arah jam waker di sampingnya yang sukses membuat ke dua bola matanya membulat sempurna dengan perasaan yang semakin kesal.

"ANYAAAA... INI MASIH JAM 5 SUBUH!" teriak Mevan.

Vanya yang mendengar teriakan Mevan hanya tertawa pelan sambil meneguk pelan susu hangatnya.

.
.
.

 
"Udah sihh ngambeknya kaya cewek aja," sindir Vanya pada Mevan yang masih mendiaminya dari tadi.

𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang