41.

8.8K 437 2
                                    

Siang ini Vanya, Mevan dan Rega kembali menghabiskan waktu istirahat bersama di pojok kantin tempat biasa mereka.

Kini mereka kembali beristirahat bersama setelah beberapa hari belakangan ini menghabiskan waktu istirahat secara masing-masing.

Bahkan saat ini Vanya kembali seperti beberapa hari yang entah kapan itu, kembali menjadi Vanya yang membuat dompet seseorang terkuras.

Dan kali ini pun targetnya tetap sama, yaitu Rega. Yang saat ini hanya bisa mengelus dada saat dompetnya kembali berduka cita.

"Rega!" panggil Vanya.

"Apaan?" saut Rega dengan raut wajah yang benar-benar ingin di timpug adonan gorengan.

"Gua boleh nanya gak?" ucap Vanya sambil meneyurup teh manis dingin yang kali ini telah turun harga, dari 15 ribu jadi 14 ribu lima ratus.

"Itu barusan lo udah nanya Nya," kata Rega dengan nada yang begitu malas, malas meladeni Vanya, malas berusurusan dengan Vanya, malas mengiyakan dompetnya habis tak tersisa.

"Owh iya, yaudah makasih," balas Vanya yang kembali sibuk menghabiskan bermacam aneka gorengan yang berasal dari bahan tempe.

"Oke sipp pake ngenes!" balas rega yang kembali menatap sedih dompetnya.

"Balikin 10 detik berharga gua Nyet!" suara kesal Mevan membuat Vanya dan Rega terkejut.

Astaga mereka lupa jika ada Mevan yang sedari tadi asik dengan ponselnya.

"Ngegas lo Bang!" cibir Rega.

Mevan hanya memutar bola matanys malas, ia menyesal karna telah menguping pembicaraan pacar bersama sahabatnya itu  ia menyesal karna sempat penasaran dengan apa yang akan di tanyakan olrh Vanya. Sial!.

"Lagian lo sibuk sih sama hape!" sindir Vanya dengan malas, ia memang sadar dengan Mevan yang sedari awal mereka datang begitu sibuk dengan ponselnya, entah apa yang di lakukan oleh Mevan ia sendiri pun tidak tahu.

"I-ini Nya," ucap Mevan sambil mengaruk kepalanya, ia takut Vanya akan mendiaminya jika ia ngomong langsung pada Vanya.

"Apa?" tanya Vanya dengan raut wajah penasaran.

"Si Dino sama yang lain ngajakin gua putsal, sore ini," ucap Mevan sambil berdoa di dalam hati agar Vanya mengizininya.

"Lupa sama janji lo yang sore ini mau ngajakin kuliner bareng?" tanya Vanya dengan nada santai, namun raut wajahnya terlihat seperti ingin memasukan Mevan ke dalam wajan berisi minyak panas.

"Eh? En-engga kok yang, bentar yah gua batalin dulu," kata Mevan dengan mengetik sesuatu di ponselnya, keringat panas dingin membanjiri wajahnya Mevan, Mevan ingin melambaikan tangannya saja jiks Vanya sudah menatapnya seperti itu.

"Yang Yang pala lo peang! Inget disini ada jomblo," gerutu Rega dengan kesal, ia benar-benar seperti kambing idiot saat ini.

Plak.

Sebuah geplakan mendarat dengan mulus di kepala Mevan, Vanya si pelaku hanya menatap santai Rega namun di balik hatinya ia benar-benar metasa kasian pada Rega karna menjadi sasaran kekesalannya pada Mevan.

"Gak usah di batalin, gua bisa kok kuliner sama Rega," kata Vanya yang sukses membuat Rega membulatkan matanya, sudah turut berduka cita, kepalanya di geblak, dan dompetnya akan kembali berduka cita? Rega tidak mau!.

"Ogah! nanti sore gua mau mulung, jangan ganggu gua apa lagi mohon-mohon pake muka ibab lo itu! gua kudu ngumpulin duit buat beli kulkas 5 pintu!" cerocos Rega dengan nada kesal, bahkan jika di luapkan kekesalan Rega pada Vanya dan Mevan itu tidak akan bisa di bayar oleh gorengan di hadapannya.

𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang