Prolog

96 5 2
                                    

Menjadi agen rahasia? Tidak pernah terbesit dalam pikirannya menjadi detektif dan membela negara. Apa yang bisa diharapkan dari seorang alumni siswa STM yang notabene-nya pembuat rusuh bisa membela negeri tercinta ini? Menyerukan perkelahian antar kelompok melawan sekolah musuh. Lalu kabur begitu saja ketika datang gerombolan polisi atau intel yang menyamar. Pada keesokan harinya dia diawasi mereka dan membuat kumpulan barisan siswa terpecah belah untuk sementara waktu.

Saat seorang pemuda yang baru saja lulus STM dan ingin mewujudkan impian menjadi seorang insinyur di sebuah universitas favorite. Beberapa kali mencoba mengikuti ujian test dan gagal membuatnya frustasi. Dia mencoba menenangkan diri dengan pergi ke Makasar dan mencoba mendulang mimpi yang sama. Tetap saja gagal dan membuatnya semakin putus asa.

Tuhan, apakah aku tidak ditakdirkan menjadi insinyur setelah 3 tahun belajar merakit sebuah mesin? batinnya.

Tak disangka, selama pelarian hampir tiga bulan setelah lulus membuat pemuda itu terkejut. Sahabat lama yang menemani perjalanannya selama sekolah di SMP dan STM datang menjenguk ke Kota Makasar. Yang membuat ia semakin terkejut bahwa sang sahabat bisa mengetahui keberadaannya. Bukankah pemuda bergaya ala preman semasa sekolah itu akan mengikuti tes masuk menjadi agen rahasia?

"Denis, kenapa lo bisa datang ke sini? Terus yang bilang alamat rumah gue siapa?" tanyanya penasaran. Dikala lamunan panjang memikirkan mimpi jadi insinyur buyar ketika ibu membawakanya tamu dari Jakarta.

"Siapa lagi jika bukan kakek dan bibimu di Jakarta? Mulai sekarang kita bilang aku-kamu karena sebentar lagi kita bakalan ikut test bersama menjadi agen rahasia," ujar pemuda yang bernama Denis sambil menunjukkan sebuah formulir pendaftaran.

Mata pemuda berparaskan tampan dengan hidung mancung dan tatapan yang tajam melotot. Ditatapilah sebuah kertas yang tak berharga itu dengan tatapan horor. Pasti Denis sengaja datang-datang jauh dari Jakarta untuk menghiburnya yang tengah dilanda putus asa dengan sebuah formulir. Dia sengaja menyeretnya masuk mengikuti impian sang sahabat yang dianggap sebagai lelucon ketika masa-masa menjadi bajingan sekolah.

"Aduh, Den! Please, ya! Aku tak bisa ikut kamu jadi agen, polisi, tentara, apalah gitu. Lagi pula pekerjaan kayak begini ngorbanin segala macam. Uang, kesenangan, keluarga, bahkan mempertaruhkan nyawa buat ngebela negara. Lebih baik mewujudkan mimpi menjadi insinyur daripada ikut-ikutan kamu jadi agen segala macam," tolak pemuda itu.

"Geblek, aku datang ke sini punya niat baik untuk membuat hidupmu jadi lebih baik!" omel Denis sembari mentoyor kepala sahabatnya. "Aku tahu dari keluargamu kalau kamu ini baru saja gagal ujian test ke jurusan teknik mesin, 'kan? Makanya sebagai sahabatmu yang paling baik hati, aku menawarkan tawaran yang berharga ini untukmu. Aku yakin Alex. Kita bisa lulus bersama sebagai detektif. Bukannya kamu tahu kan jika kita ini selalu bersaing dalam berbagai hal saat sekolah dulu?"

"Ya, terserah kamu mau bilang apa, Den. Pokoknya aku tidak mau ikut test ini. Palingan aku bakalan ketemu lagi barang mengerikan macam cerulit segala macam selama ikutan pelatihan BIN. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri setelah lulus STM ingin lebih fokus belajar daripada nyari ribut dengan orang brengsek." Pemuda bernama Alex bersikeras dengan keinginannya.

"Ah, mendingan kamu terima tawaranku saja, kawan! Agen rahasia bukan cuma sekedar pegang pistol dan pedang buat tawuran juga kali!" protes Denis.

Ibu dari Alex yang sejak dari tadi dia melihat Denis mencoba membujuk anaknya ikut daftar ke BIN. Wanita paruh baya itu menepuk pundak anaknya, memberikan segala nasihat. Dia menyerahkan segala keputusan pada anak pertamanya. Namun demi kebaikan anaknya, ia sangat setuju jika Denis mengajaknya ikut test menjadi agen rahasia. Sebab ia tahu dari kerabat juga temannya yang menjadi agen rahasia hidupnya terjamin.

Mission Attack (Complete)Where stories live. Discover now