Chapter 34

15 1 1
                                    

Seminggu sudah berlalu kejadian penggerebekan ke markas Pak Edward. Beberapa anak buahnya melarikan diri dari lokasi kejadian. Begitupun dengan Levin yang sengaja kabur dengan membawa gadis yang diculiknya. Kabar tentang perkembangan kasus tersebut sampai ke Alex yang kini menjalani masa pengobatan di rumah sakit.

Kebetulan Cleo juga sedang dirawat di rumah sakit yang sama dengan Alex akibat luka tembak di bagian kaki dan perut. Dan pada hari ke sebelas adalah waktu yang tepat untuk kedua agen rahasia itu bisa pergi dari rumah sakit. Meskipun luka yang didapat belum bisa pulih total dan memerlukan waktu istirahat yang cukup. Tapi bagaimanapun juga, misi negara jauh lebih penting dibandingkan kesehatan mereka.

Saat ini ketua tim PKK dan Renald menjenguk kedua rekannya tepat pada dini hari. Mereka menerobos lewat pintu rumah sakit dengan hati-hati dan menelusuri setiap lorong ruangan. Ketika sampai di persimpangan, Renald berjalan ke ruang inap yang ditempati Cleo. Sedangkan Aslan berjalan ke arah yang berlawanan, tempat dimana Alex dirawat.

Tiga ruang rawat inap sudah Aslan lewati dan kini tiba di ruangan yang ditempati Alex. Dia mengambil duplikat kunci pintu ruangan dan bergegas memasuki kamar. Terlihat seorang pria dengan tubuh yang diperban serta selang infus dan oksigen sedang tertidur. Perlahan tangan pasien yang tidak terpasang selang infus diguncangkan sehingga membuatnya terbangun.

"Ngh.... Ada apa? Bukannya sudah kubilang jangan jenguk!" Alex masih terjaga dalam tidurnya, dia mengira bahwa istrinya sendiri yang menjenguk.

"Bangun lah, Sobat! Aku Pak Aslan!" pinta Aslan kembali mengguncang lengan Alex.

Sepertinya Alex tidak salah mengenali suara seseorang yang satu ini. Terlihat sosok ketua tim PKK berdiri di samping ranjanh yang ditempatinya. Dia menunjukkan raut wajah khawatir walaupun terlihat senyuman yang samar. Pria itu langsung terduduk dan menyandar ke bantal dengan dibantu Aslan sebelum menjelaskan maksud kedatangannya kemari.

"Aku ada hal penting perlu kita bereskan, Lex. Kali ini kau dan Cleo yang bertugas mengawasi dan mengumpulkan data di kantor polisi sampai kalian berdua sembuh," katanya tanpa banyak berbasa-basi.

"Apa yang harus ku bereskan? Misi kita belum selesai?" tanya Alex. "Oh iya! Bagaimana nasib Pak Edward? Semoga luka tembak di bahunya cepat sembuh. Saat penggerebekan kemarin, aku menembaknya."

"Pak Edward sudah tewas, Lex. Misi penangkapannya gagal," jawab Aslan tertunduk lesu.

Terlihat ekspresi terkejut yang terpancar dari wajah Alex. Bayang-bayang bagaimana ia dan istrinya bertengkar karena masalah ini pun tergiang-ngiang di kepala. Entah bagaimana perasaan istrinya sendiri saat tahu keluarga satu-satunya di sini sudah tiada. Yang jelas, dia tidak mau membuat Angel kembali termenung bahkan terlarut dalan kesedihan.

"Pak, sudah aku bilang, jangan bunuh Pak Edward, 'kan?" Suara Alex agak meninggi dan tangannya meraih kerah baju Aslan. "Aku tak bisa percaya lagi. Kau dan semua anak buahmu tak bisa dipercaya," Dia pun mendengus kesal.

"Alex, dengarkan penjelasanku dulu! Jangan asal main hakim sendiri. Bukan kami yang membunuhnya." Aslan terkejut mendapatkan tuduhan dan perlakuan dari Alex.

"Alah, alasan apa lagi ini, Pak Aslan? Dengan kamu sengaja mengarang cerita bagaimana Pak Edward dibunuh, aku akan percaya dan Pak Edward akan hidup kembali? Begitu?"

"Alex, please! Anak buahnya sendiri yang membuatnya tewas," kata Aslan sebelum ucapannya dipotong lagi.

"Tahu dari mana kalau anak buahnya yang membunuhnya?"

"Jadi begini, Alex!" Akhirnya Aslan menceritakan bagaimana kronologis kejadian bagaimana Pak Edward tewas tertembak oleh anak buahnya sendiri. Awalnya memang kepala kepolisian yang akan membunuhnya tetapi Cleo bangkit dan menghalang-halangi.

Mission Attack (Complete)Where stories live. Discover now