Chapter 3

13 2 0
                                    

Berurusan dengan para pelaku tindakan kriminal di masyarakat membuat Alex menggelengkan kepala. Bagaimana tidak, setelah menyelesaikan kasus penculikan, sekarang ketua tim membebankan misi baru. Ya, misi yang harus dilaksanakan adalah mengawasi tindakan suap-menyuap menuju pesta rakyat. Saat ini memang marak sekali kasus seorang calon legislatif mengiming-imingi masyarakat agar memilihnya.

Menurut Alex, tugas ini terbilang cukup berat. Apalagi harus melibatkan para pimpinan pejabat dan suara rakyat. Kadang pesta demokrasi di negeri ini sungguh membingungkan. Banyak sekali cara yang dilalukan para orang yang mencalonkan diri jadi petinggi negara merebut hati suara rakyat dengan suap. Baik suap berupa uang, barang, atau sejenisnya. Yang namanya suap tetaplah suap. Kasus ini harus cepat diberantas demi kelancaran pemilihan para pejabat negara bisa dilaksanakan dengan bersih dan adil.

Denis tengah sibuk menyaksikan acara lawak di layar kaca dikejutkan dengan suara dering telepon. Seperti biasanya telepon dari ketua tim, mau tak mau ia harus mengangkatnya. Sudah pasti jika ketua tim menelepon, ada misi yang harus dijalankan. Misi tersebut adalah membantu Alex mengawasi jalannya pesta demokrasi yang sebentar lagi terlaksana di negeri ini. Katanya ketua tim mendapat laporan masyarakat bahwa terjadi kasus suap-menyuap antara calon legislatif dengan tokoh masyarakat.

"Hm.... Pokoknya kamu, Agen Denis! Tolong kerjakan misi dengan baik!" pesan ketua tim sebelum menutup telepon.
"Baiklah, Pak Robert. Saya laksanakan. Selamat malam." Denis menahan kantuk dan seketika sambungan telepon terputus.

Bersamaan dengan komunikasi antara bos dan anak buah terputus, Alex keluar dari kamar sembari menenteng sebuah laptop di tangannya. Dalam ruangan ini terdapat dua buah kamar, jadi Alex dan Denis memiliki kamar tidur terpisah. Pemuda itu menyertakan sejumlah dokumen mengenai kasus suap-menyuap dalam berbentuk soft file. Dia langsung duduk di tepi sofa yang juga diduduki oleh Denis.

"Tumben kamu balik dari kamar." Pemuda yang juga memiliki tahi lalat di pipi dan dagunya beranjak menghampiri Alex.

"Yah, biasa. Ini informasi tentang kasus suap-menyuap menuju pemilihan caleg yang ditugaskan Pak Robert. Padahal kan ini bukan tindakan kriminal. Malah kita diberi tugas beginian." Pria berparas tampan dan mengenakan baju hijau army menunjukkan dokumen yang perlu dikaji lewat penyelidikan yang lebih rinci lagi.

Denis mengambil alih laptop tersebut, dia membaca satu persatu isi dokumen. "Kadang pesta demokrasi ribet juga, ya? Hm.... Bukan cuma daerah ini doang yang ada kasus beginian. Di tempat lain juga sama. Tak tanggung-tanggung, uang suap yang dikasihkan nggak main-main," ujarnya.

"Ya udah, kita buru-buru selidiki semuanya besok. Kita langsung terjun ke tempat kampanye. Kita nyamar aja jadi penduduk kota di tempat caleg sedang kampanye. Rata-rata mereka berorasi nggak di sembarangan tempat. Pasti di tempat-tempat tertentu."

"Terus bagaimana caranya agar kita bisa menyusup ke sana? Pasti ada undangan segala macam."

"Urusan itu gampang, Den. Yang penting kita nyamar dulu. Urusan surat undangan segala macam itu tinggal tanyain sama warga sana. Kita jadi warga pindahan yang ngekost di sana dan ikut memeriahkan acara pemilu ini."

"Kira-kira kita tinggal di sana sampai kapan?"

"Sampai seminggu setelah acara pemilihan dimulai."

Selesai membaca semua dokumen yang baru dikirimkan ketua tim, Denis mengembalikan laptop pada pemiliknya. Pemuda berpakaian tanpa lengan melanjutkan menyaksikan acara lawak yang sebelumnya tertunda karena sibuk menangani kasus suap. Dia tertawa terbahak-bahak bersama Alex ketika melihat salah satu pelakon dalam acara tersebut terjerembab ke steroform berbentuk kursi.

"Nanti kita akan kerja sama juga dengan penyidik KPK. Agar misi yang kita jalankan selesai dengan cepat," kata Alex.

"Oke, boleh juga tuh!" Denis menyetujui saran temannya.

Mission Attack (Complete)Where stories live. Discover now