Chapter 25

8 1 0
                                    

Promise

Semenjak bertengkar dengan Angel, pria yang hanya mengenakan baju tanpa lengan menghabiskan waktu di tempat gym hotel. Sepanjang malam ia hanya menghajar samsak tinju. Sejumlah tendangan dan pukulan dilayangkan ke arah benda tak bersalah itu. Asalkan pria itu tidak menunjukkan kemarahan bahkan menyakiti karena ulah sang istri tercinta, lebih baik melampiaskan semua pada kegiatan olah raga.

Kemudian seorang wanita berambut panjang bergelombang menyadari keberadaan pria yang berolahraga sendirian. Dia bergegas menghampirinya dan di genggaman ada sebotol air minum dingin. Terlihat pria itu sangat bekerja keras menguras tenaga mendalami seni bela diri tinju. Wanita itu tidak menegurnya sampai orang yang diperhatikannya menyadari sendiri.

Saat pria itu membalikkan badan dan melakukan tendangan ala atlet muay thai, dia dikejutkan dengan keberadaan seseorang. "Eh, maaf Angel. Tadi hampir kelepasan mau mukul," Dia menurunkan acungan tendangan kaki dari muka wanita itu.

"Eh!? Aku Claudia lah. Bukan istri kesayanganmu," ralatnya.

"Ya ampun, namanya juga suami sayang istri. Wajarlah jadi sering nyebut namanya daripada namamu," ujar pria itu. "Nah kamu, Bu Claudia! Sedang apa malam-malam di sini?"

"Nah, kamu Pak Alex? Sedang apa malam-malam olah raga di sini?"

"Cih, ingin tahu saja urusanku!" cebik Alex beranjak dari hadapan Claudia. Lalu mengambil handuk kecil untuk mengusap keringat di sekujur tubuh. "Kita tidak boleh berdua saja di sini! Nanti banyak yang salah sangka pada kita. Apalagi kita sudah punya pasangan masing-masing."

"Nggak diingatkan juga aku sudah tahu." Claudia menanggapi cuek. "Eh!? Memang aku ini rekan kerjamu! Wajar saja selalu ingin tahu segala hal."

"Terus, Pak Sersan Mayor Samuel mana? Tidak diajak juga?"

"Mas Samuel lagi ada di rumah. Terluka gara-gara perang di laut lawan perompak. Harusnya aku duduk diam di rumah jagain dia dan Ghea. Tapi gara-gara misi sialan ini, aku tidak bisa menjalankan tugas sebagai istri."

Alex ber'oh' ria menanggapi jawaban rekan sesama agen rahasia. Claudia sudah merasa terbiasa dengan tingkah pria itu yang menyebalkan setiap kali berbincang. Jika menjawab, dia menanggapi seadanya tanpa banyak bicara. Tetapi setiap kali ditanya, dia tidak banyak menjawab sambil mencibir. Sikap Alex selalu membuat rekan satu kerja yang telah meninggal yaitu Denis jadi sebal, sampai-sampai memakinya.

Selesai membersihkan keringat yang bercucuran, Alex mengenakan lagi jas kerja dan mengacungkan sebuah tongkat. "Sudah lama kita tidak latihan bela diri. Nah, bagaimana kalau kau lawan aku?"

Claudia dibuat tiarap saat manik matanya beradu pandang dengan ujung tongkat yang digenggam Alex. "A-aku ti-tidak mau. Kamu sedang marah hari ini dan aku tidak mau menjadi pelampiasan amarahmu." Perlahan-lahan dia mundur dari hadapan pria itu.

Alex menunjukkan seringahan lebar, tentu saja membuat Claudia bergidik ngeri. "Tenang. Aku masih waras untuk tidak menghajarmu sampai tiarap. Kasihan nanti anak dan suamimu," katanya. "Sekarang kita bertarung dengan senjata ini. Aku ingin mencoba kemampuanku setelah berbulan-bulan diinap di rumah sakit."

Claudia menatap rekan kerjanya aneh dan merasa tidak yakin. Namun pada akhirnya dia pun berani menunjukkan sebuah golok kecil yang biasa digunakan untuk shooting film action. Dia meregangkan tubuh yang agak gemuk dan memegang erat senjata yang digenggam.

"Ayo siapa takut!" Claudia melakukan ancang-ancang dan melayangkan senjata ke arah kepala.

Mengetahui serangan mendadak hampir mengenai kepala, Alex mundur selangkah dan melayangkan tongkat ke arah kaki. Claudia meloncat dan mengarahkan golok ke pinggang pria itu. Gerakan yang dilakukan Alex dengan golok terlalu cepat. Sehingga pria itu menghindar dan melakukan serangkaian serangan bertubi-tubi. Wanita yang jadi lawannya panik dan tidak berhenti melakukan pertahanan juga perlawanan.

Mission Attack (Complete)Where stories live. Discover now