Chapter 8

8 3 0
                                    

Gagal menyelesaikan misi adalah suatu penghinaan yang pasti akan diterima kedua agen yang terpenjara. Seminggu sudah setelah dijebloskan ke dalam ruangan pengap bawah tanah, mereka belum juga memberi laporan pada ketua tim. Segala alat penyelidikan yang dikenakan juga telah dirampas oleh gembong narkoba. Belum lagi penjagaan ketat dari anak buah gembong narkoba membuat akses untuk melarikan diri gagal.

Selama dalam penjara, Gerald dan Charlie hanya disuguhkan air mineral dan roti basi. Sungguh menyedihkan jika dibandingkan dengan para tahanan penjara lain. Gerald mengunyah roti basi dengan tampang mengkerut. Belum lagi ditatap tajam oleh sejumlah penjaga. Pernah kejadian saat lusa kemarin dia pernah membuang roti pemberian gembong narkoba. Alhasil mereka kena sembur amarah dari orang-orang dalam penjara dan diborgol seharian.

"Sialan! Lagi-lagi roti basi. Bisa mules perutku disodorin barang begini. Awas saja jika sampai didalemnya ada pil ekstasi!" gerutu Charlie.

"Yang sabar, Char! Aku juga sama. Perutku berasa mau muntaber diberi roti terus. Lebih baik kita berdoa, semoga agen atau polisi datang nolongin kita." Gerald menenangkan Charlie sembari mengunyah roti.

Ketika kedua agen rahasia sedang menikmati roti, datang sejumlah tahanan baru yang dikawal oleh Levin, Michael, Maxime, dan Fero. Lalu di belakang mereka disusul oleh gembong narkoba yang memanggul senjata laras panjang. Para tahanan dipaksa untuk duduk dekat sel tahanan yang di hadapan Gerald dan Charlie. Gembong narkoba beserta anak buahnya melirik ke arah agen rahasia sambil menyeringai licik.

Lalu para anak buah gembong narkoba berdiri di belakang para tahanan. Senjata yang dipanggul gembong narkoba diacungkan ke arah kepala salah satu tahanan tadi. Dalam hitungan detik situasi dalam penjara berubah sunyi. Tahanan lain selain Gerald dan Charlie juga merasakan tubuhnya gemetaran. Walaupun senjata tersebut bukan diarahkan kepada mereka.

Dor!

Lesatan peluru menembus tempurung kepala seorang tahanan bersama dengan Gerald yang menyuapkan sesuap roti. "Anjing! Aku lagi makan malah disodorin bau amis darah. Dasar bajingan!" gertaknya memuntahkan roti di mulutnya lantaran muak melihat genangan darah keluar dari kepala korban.

Dor!

Gembong narkoba tidak mempedulikan lagi para tahanan lain yang sibuk makan langung melesatkan peluru ke korban lain. Seketika tubuh orang yang tertembak ambuk dan bersimpah darah. Begitu seterusnya sampai semua tahanan yang berjumlah lima orang tewas. Pelaku penembakan menyeringai licik dan memanggul kembali senjatanya.

"Awas saja jika ada yang berani melawan padaku! Aku tidak akan segan-segan menembak batok kepala kalian seperti lima kawan kalian yang tewas," kata gembong narkoba lantas. "Terutama kalian berdua, Babi!" Dia menatap sinis pada Gerald dan Charlie dengan mengacungkan pisau.

"Ayo Bos kita pergi dari sini! Lama-lama aku tidak betah melihat muka sepet para tahanan itu," ajak Michael berjalan terlebih dulu.

"Benar juga kamu! Muak aku dengan muka bajingan itu." Bos Gembong narkoba menyusul Michael keluar dan berhenti di depan pintu penjara.

Pintu penjara ditutup rapat lagi oleh sejumlah anak buah bos gembong narkoba. Tahanan dalam ruangan sel yang pengap ini melanjutkan makan sambil menunjukkan tampang mengkerut. Kejadian penembakan tahanan lain di depan mata jadi pengalaman terburut selama mendekam dalam penjara. Gerald dan Charlie malas menghabiskan roti basi tadi dan memilih minum setelah menyaksikan pembunuhan tahanan lain.

****

Menghabiskan waktu malam bersama wanita tunasusila ternyata cukup melelahkan bagi seorang agen rahasia. Beberapa kali berusaha membujuk sang gadis malam supaya tidak melakukan pekerjaannya sehari-hari. Dia mengajaknya ke sebuah restoran dan taman bermain untuk sekedar bertanya seperti orang yang mau pendekatan. Tampak sekali wanita yang dibayar pada sebuah situs prostitusi online tidak memasalahkan pelanggan aneh tadi.

Mission Attack (Complete)Where stories live. Discover now