Chapter 4

21 1 0
                                    

Sejak berhari-hari yang lalu dijenguk oleh Angel, diam-diam ayah mulai berkomunikasi pada seseorang. Seperti biasa ia ingin mendapatkan stok ekstasi dari salah seorang pengedar dari luar sel tahanan. Pria yang memiliki uban tampak jarang meminta kurir narkoba agar melakukan transaksi setelah malam. Hal ini mencegah apabila terjadi infeksi mendadak terhadap segala sesuatu yang tidak diinginkan yang dilakukan oleh sipir.

Pada malam-malam buta, seseorang mengetuk jendela luar sel tahanan. Ayah dari Angel memberikan isyarat agar saling melemparkan barang tukaran dengan menggunakan kail. Orang tersebut mengikuti setiap intruksi dari pria itu. Dia melemparkan kail yang terpasang barang haram ke celah-celah sel. Sedangkan pria dalam sel tahanan melipat-lipat uang ratusan ribu untuk dikaitkan pada kali.

"Terima kasih, Pak Yohan!" bisik kurir pengedar narkoba.

"Nanti kamu suruh keponakanku untuk tolong jualkan butiran heroin di gudang tua dekat apartemen. Nanti uangnya suruh dia buat tabungkan dulu di bank," bisik ayahnya Angel balik.

"Oke siap, Pak Yohan! Kalau begitu saya permisi dulu." Kurir dari ekstasi cepat-cepat beranjak dari balik jendela sebelum ketahuan sipir.

Semenjak istrinya meninggal, Pak Yohan ini menghalalkan segala cara demi bisa menghidupi anak perempuan satu-satunya, Angel. Namun ketika Angel menginjakkan bangku sekolah kelas 2 SMA, ia tertangkap basah oleh polisi sedang mengonsumsi ekstasi. Alhasil ia diseret ke dalam sel tahanan dan dikenai hukuman penjara beberapa tahun lamanya.

Pak Yohan ini meninggalkan Angel bersama dengan pamannya waktu itu agar dijaga selama dirinya di penjara. Tapi ketika anak semata wayangnya lulus SMA, adiknya yang ditugaskan menjaganya malah pergi ke Papua demi mengurusi sebuah organisasi terlarang. Gadis malang itu terpaksa tinggal sendirian dan bekerja menjadi pelayan bar.

Ingin sekali Pak Yohan berhenti mengonsumsi dan mengedarkan narkoba. Hanya saja dia perlu menafkahi Angel lewat keponakannya. Ketika anaknya hampir diusir dari apartemen oleh pemilik apartemen pun, ia membayarkan uang sewa. Keponakannya ini selama menjalankan tugas dan mengawasi Angel dari jauh terbilang cukup bagus. Tidak perlu ada yang dikhawatirkan pada anaknya, lagi pula dia sudah disuruh untuk belajar taekwondo bersama keponakan ketika SMP.

"Nak, maafin Ayah! Ayah tidak bisa berhenti melakukan ini sebelum kamu bisa berkeluarga, memiliki kehidupan baru. Bahkan sebelum Ayah bebas. Kamu adalah tanggung jawab Ayah, Angel. Semoga kamu baik-baik saja di luar sana," gunamnya sebelum meminum air dan menelan sebutir ekstasi. Hal ini dilakukan lantaran ia sudah terlalu candu mengonsumsi barang haram.

****

Kejadian seminggu lalu sejak mengajar pelajaran matematika di sekolah, Aslan belum bisa memastikan bahwa siswa di kelas yang diajarnya terbukti bersalah. Berdasarkan penuturan Rey, Antonio, dan Seno ketika pertama kali membuat perkara di hari pertama mengajar rupanya tidak menghasilkan apa-apa. Ketiga siswa kelas 11 IPS 3 ini terus berkelit tatkala diwawancarai. Dan sampai sekarang ia tampak mengawasi tunduk-tanduk mereka.

Penemuan mistar berdarah oleh Steven di gudang sekolah membuatnya semakin yakin jika ada 12 siswa yang diduga pelaku pembullyan. Selama melakukan penelitian terkait bekas darah yang mengering di mistar dan uji sidik jari, dia menemukan sejumlah bukti sampel. Bekas darah terbukti sebagai darah yang sama dengan milik Sella, baik susunan gen maupun golongannya. Sedangkan uji sidik jari pada ujung mistar lain menunjukkan DNA milik seorang siswa di sekolah ini.

Suasana dalam ruang guru saat ini terlihat sepi dan sunyi di jam pelajaran terakhir. Kebanyakan guru tengah mengajar di kelas lain, sebagian ada yang berjaga piket dan ada keperluan mendesak. Sekarang hanya ada Aslan bersama tiga orang siswa yang sama dari kelas 11 IPS 3.

Mission Attack (Complete)Where stories live. Discover now