Chapter 27

8 1 0
                                    

Dalam sebuah tempat bekas gudang penyimpanan hasil tani, Pak Edward memeriksa setiap barang yang dibawakan anak buahnya. Selanjutnya, anak buah yang lain membawakan sejumlah bocah dari golongan konglomerat. Mereka meringkus korban untuk diserahkan pada bos dan tak lupa membuka penutup kepalanya. Terlihat semua korban penculikan hanya bisa menangis dalam diam dan ketakutan.

Pak Edward berhenti memeriksa sejumlah barang curian seperti emas, berlian, ponsel, serta uang tunai. Tas yang terakhir dilemparkan entah ke mana, sebab fokus utamanya adalah melihat anak yang diculik. Dia membuka bekapan di mulut para korban penculikan. Seketika suara tangisan mengaung mengisi ruangan yang luas dan pengap.

"Sialan! Cepat tutup mulut mereka!" teriak Pak Edward di antara raungan anak kecil yang tidak terkendali.

"Ba-baik, Tuan Bos!" Para anak buahnya menurut, mereka membuatkan lakban untuk menutup mulut anak-anak kecil.

Pak Edward berjalan ke kursi singgasananya dekat jendela. Dia menatap setiap anak kecil yang diculiknya dengan tatapan tajam. Seketika para korban penculikan hanya bisa diam. Kemudian pria yang identik dengan janggut tipis berwarna agak putih kecoklatan menyalakan rokok. Lalu telepon berdering di meja dekat kursi yang di dudukinya. Dia membanting sisa rokok dan mulai mengangkat telepon entah dari siapa.

"Siapapun Anda dan berapapun yang Anda minta, cepat lepaskan anak saya!" Suara dari sebrang telepon sana memohon-mohon supaya anaknya bisa dibebaskan.

"Memangnya kamu sanggup menebus anakmu dengan berapapun uang yang kuminta?" tanya Pak Edward meremehkan.

"Jika seratus juta saja bagi Anda tidak cukup, maka biar saya beri Anda seekor kerbau. Asalkan anak saya bisa selamat dan dikembalikan lagi."

"Kerbau? Aku tidak butuh binatang yang menjijikan itu. Aku bisa buat apa dengan kerbau milikmu itu? Tidak berguna."

"Hey, asal Anda tahu, kau penculik! Kerbau milik saya bisa dijual hingga ratusan juta bahkan milyaran."

"Hm.... Aku benar-benar lupa ya jika kau ini saudagar kaya dari Tanah Toraja dan penjual kerbau mahal," gumam Pak Edward tersegih. "Baik lah, besok pukul delapan pagi, kau harus bawa uang tebusan seratus juta dan seekor kerbau milikmu. Aku tidak mau kau membawa polisi kemari. Jika tidak, sebelum anakmu kembali lagi padamu, aku akan bunuh dia."

"Oh, iya-iya siap, Pak. Jangan lupa juga anak saya juga dibawa ke tempat pertemuan dan jangan sakiti dia." Sambungan telepon pun diputuskan secara sepihak. Pak Edward mendengus kesal dan membanting gagang telepon.

Seorang pemuda yang berada lebih dekat dengan Pak Edward kebetulan mendengar semua perbincangan lewat telepon. Dia menghampiri bosnya sambil menunjukkan wajah masam. Terlihat sekali jika ia tidak suka karena tebusan dari hasil menculik anak saudagar dari Tanah Toraja dibayar seekor kerbau. Buat apa kerbau tebusan digunakan, apakah untuk membajak sawah? Lagi pula mereka sama sekali tidak membutuhkan binatang yang satu ini.

"Tuan Bos, buat apa kita menyerahkan anak yang kuculik demi seekor kerbau? Kita tidak membutuhkannya, Bos. Lebih baik dengan uang setengah milyar," protesnya.

Pak Edward tidak percaya akan kebodohan anak buahnya yang satu ini. Dia menjitak kepala pemuda itu keras-keras sampai menyadarkan alasan ia menerima tawaran berupa tebusan uang seratus juta dan seekor kerbau. "Di mana otakmu, Tony! Kamu tahu, kerbau toraja ini bisa dijual sampai semilyar. Kita bisa beli perlengkapan senjata untuk menghancurkan tentara di daerah perbatasan. Mengerti, kamu!"

"Ya maaf, Tuan Bos. Saya kan tidak tahu kalau kerbau di daerah sini bisa dijual mahal."

"Dasar! Goblok dipihara. Balik lagi ke sekolah sana!" usir Pak Edward.

Mission Attack (Complete)Where stories live. Discover now